Seusai makan Nesya dan Isabel bercerita di teras rumah mereka. Isabel diam sejenak menatap puterinya sebelum membuka suara. Dia merasa puterinya sudah semakin dewasa dan mirip dengan mendiang suaminya yang sudah meninggal.
"Semakin dewasa kamu tambah mirip dengan Papa" ujar Isabel.
"Isabel rindu sama Papa Ma" ujar Isabel lirih.
"Mama tahu, Mama juga tahu kalau kamu tidak suka melihat Om Ednan, Mama paham Nak" ujar Isabel mengelus kepala puterinya yang sudah beranjak dewasa.
"Nesya bukannya tidak suka Ma, Nesya senang Mama bahagia, akan tetapi Nesya belum terbiasa saja menghadapi situasi seperti ini" ujar Nesya.
"Kamu pasti sangan merindukan Papamu" ujar Isabel lagi.
"Sangat Ma, Nesya sangat merindukan Papa" jawab Nesya dengan mata mulai berkaca-kaca.
"Kamu tahu kapan pertama kali Mama bertemu dengan Papa?" tanya Isabel.
"Waktu masa kuliah kan Ma" ujar Nesya mencoba menjawab pertanyaan Ibunya.
"Iya waktu Mama maba, Papa Kakak angkatan yang ospek Mama" ujar Isabel.
"Wah jadi gak sabar pengen kuliah" jawab Nesya.
"Mama satu jurusan dengan Papa?" tanya Nesya.
"Iya Nes, Papa dan Mama jurusan bisnis" jawab Mama.
Isabel mulai bercerita tentang pertemuannya pertama kali dengan mendiang suaminya.
*********
Saat itu Isabel masih seorang maba di jurusan bisnis dengan nilai tertinggi di universitas ternama di kota mereka. Isabel memilih untuk tidak melanjutkan kuliahnya di luar negeri karena semangat hidupnya telah hilang.
Semenjak kejadian tragedi yang menimpa Isabel di malam pesta kelulusan, kepribadian Isabel berubah 180 derajat. Selama dua bulan setelah kejadian itu dia tidak keluar kamar dan makan hanya ketika dipaksa oleh Ibunya. Dia tidak mendengar siapa pun dan bisa menangis tiba-tiba.
Dua bulan itu merupakan sisa waktu sebelum penerimaan mahasiswa baru angkatan mereka. Jika Isabel tidak mendaftar tahun itu mungkin dia akan menganggur selama satu tahun lagi.
Oleh sebab itu Ibu Isabel membujuknya habis-habisan dengan segala upaya. Melihat Ibunya sering menangis karena dirinya, di bulan kedua Isabel akhirnya mau untuk kuliah tapi hanya di dalam negeri. Ibunya setuju karena di kota mereka ada universitas ternama dan menyediakan jurusan bisnis.
"Kamu perlahan akan sembuh Nak dari traumamu, percaya pada Mama" ujar Ibu Isabel.
Isabel hanya mengangguk malas, ia melakukan semua ini hanya demi menyenangkan Ibunya. Isabel sama sekali tidak tertarik lagi dengan semuanya. Dikarenakan Isabel sudah pintar dan menguasai pelajaran dengan baik, ia mampu menjawab soal masuk universitas. Bahkan karena ia mendaftar di universitas dalam negeri, Isabel mampu meraih peringkat pertama nilai tertinggi di jurusannya.
Saat masuk universitas Isabel mulai bertanya-tanya dimana keberadaan Ednan. Akan tetapi semua orang tidak ada yang tahu. Bahkan teman-teman SMA seakan menghilang secara bersamaan. Isabel tidak tahu bahwa Ednan sudah berada di penjara saat mereka lulus dari SMA. Ednan baru bisa kuliah setelah dua tahun saat masa penjaranya telah usai. Dia bersama-sama masuk dengan para junior yang dua tahun lebih muda dari dirinya.
Ednan tidak berani mengambil jurusan kedokteran seperti mimpinya karena bagaimanapun ia merasa dirinya adalah narapidana. Dia memutuskan mengambil kuliah seni lukis dan melanjutkan bakat melukisnya.
Sebenarnya Ednan mengambil universitas yang sama dengan Isabel. Sebisa mungkin ia tidak berpapasan dengan wanita itu. Dikarenakan jurusan mereka berbeda hal itu menjadi mungkin karena universitas itu tempat yang sangat luas.
Diam-diam Ednan memperhatikan Isabel dari jauh, dia ingin memastikan apakah Isabel sudah bahagia. Pada saat itu Ednan akhirnya merasakan patah hati kai pertama saat tahu Isabel tengah dikejar oleh Kakak tingkatan yang sejurusan dengannya.
Ednan langsung mencari tahu asal usul pria bernama Rezwan itu. Dia tidak mau Isabel bertemu dengan pria seperti Yudha lagi (baca season 1 terlebih dahulu). Dengan cepat Ednan langsung mendapatkan latar belakang pria tersebut.
Nama pria itu Rezwan Refaldi, seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan bisnis. Dia sudah mengejar Isabel sejak dua tahun yang lalu saat masih maba. Rezwan merupakan Kakak tingkatan yang mengospek angkatan Isabel.
"Hemm pantas saja dia menyukai Isabel, ternyata dia yang mengospek Isabel" ujar Ednan.
Pria itu sama sekali tidak memiliki celah sisi buruk. Dia tampan, kaya raya, baik, dermawan, cerdas, dan semua orang yang Ednan tanyai memiliki jawaban yang sama atas kepribadian Rezwan.
"Ini sangat aneh, tidak mungkin ada pria sesempurna itu" batin Ednan menggerutu tidak terima.
"Tapi syukurlah dia bukan orang jahat" ujar Ednan lagi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments