Setelah lama bercerita tentang masa lalu, Qenzo dan Om Ednan akhirnya pamit pulang dari rumah Isabel. Mereka tidak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB.
"Wah kita sudah keasikan bercerita" ujar Om Ednan.
"Lain kali kita harus menyambung pembicaraan kita" balas Isabel.
"Iya Tante pasti, Qenzo pamit pulang dulu ya" ujar Qenzo pada calon mertuanya.
"Iya sayang hati-hati di jalan ya" balas Isabel.
"Nes duluan ya" ujar Qenzo lagi.
"Iya Zo sampai jumpa di sekolah ya" ujar Nesya tersenyum.
Om Ednan juga pamit pada pujaan hatinya beserta calon anak kesayangannya. Dia mengusap kepala Nesya dengan lembut sebelum pergi bersama Qenzo.
Setelah Qenzo dan Om Ednan pergi, Nesya segera meragkul tangan Mamanya. Dia memeluk tubuh Ibunya yang langsing.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Isabel.
"Akubmau tidur bareng Mama malam ini" pinta Nesya.
"Ya sudah kalau begitu, Mama akan senang sekali kalau kamu menemani Mama tidur" balas Isabel.
Nesya segera mengambil bantal nya ke kamar dan bergegas ke kamar Ibunya. Nesya juga membawa handphone nya untuk menanyakan apakah Qenzo sudah sampai dengan selamat atau tidak.
"Kamh sebelah mana?" tanya Mama.
"Di pinggir kanan Ma" ujar Nesya.
"Okee sini sayang" ajak Mama setelah memindahkan bantalnya ke kiri.
Nesya segera berbaring di samping Ibunya. Dia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada Qenzo.
"Kabari aku ya kalau kamu sudah sampai" isi pesan Nesya pada Qenzo.
Nesya kemudian memeluk Ibunya yang sudah berbaring di sebelahnya. Dia sangat bahagia melihat Ibunya yang sudah mulai bersemangat kembali menjalani rutinitas hidup.
"Nesya senang Mama sudah lebih bahagia sekarang" ujar Nesya seraya memeluk Mamanya.
"Dulu semenjak kepergian Papa, Mama merasa sangat terpukul, Mama kira kehidupan kita akan menyedihkan dan membosankan saat Papa pergi" ujar Isabel.
"Papa tahu itu akan terjadi jika dia tidak bertindak, surat wasiat dari Papa membuat kita menemukan kebahagiaan kembali" ujar Nesya.
"Siapa sangka Nesya akan mengenal Om Ednan dari surat wasiat Papa dan membawa Mama ke kursus melukis itu" ujar Nesya.
"Papa mu memang orang terbaik Nak, tidak ada yang lebih mencintai Mama selain Papa, Mama sadar atas itu" ujar Nesya mengingat Rezwan suami tercintanya.
"Mungkin rasa sayang Om Ednan sama dengan rasa sayang Papa Ma, makanya Papa mempercayakan kita pada Om Ednan" ujar Nesya yang begitu pintar.
"Mama tahu Nak, mereka berdua benar-benar sebuah anugrah yang hadir untuk menghilangkan trauma Mama di masa lalu, mereka adalah obat untuk itu semua" ujar Isabel.
"Aku sungguh iri Ma, aku juga ingin mempunyai sosok Papa dan Om Ednan dalam hidupku" ujar Nesya.
"Bukannya kamu sudah punya ya?" tanya Mama memastikan.
"Ha maksud Mama?" ujar Nesya bertanya balik karena tidak mengerti.
"Qenzo kan selalu ada untuk kamu Nak" ujar Isabel.
"Terbalik Ma, aku yang begity jatuh cinta pada Qenzo, dia tidak begitu" ujar Nesya.
"Kamu salah sayang dia begitu menyayangimu" ujar Isabel.
"Darimana Mama mengetahui hal itu?" tanya Nesya tidak mengerti.
"Bahkan sejak pertama kali melihat cara memandang Qenzo ke kamu Mama sudah paham, begitulah cara memandang Om Ednan pada Mama" ujar Isabel yang sudah paham tentang cara memandang pria.
"Itu tidak bisa menjadi alasan yang valid Ma, bisa saja Mama salah memahami cara memandang Qenzo" bantah Nesya.
"Cara memandang itu bisa salah, tapi sudah dibenarkan oleh berita yang Mama dapatkan siang ini" ujar Mama lagi.
"Berita apa sih Ma?" tanya Nesya penasaran.
"Tadi waktu kamu pamit ke rumah Qenzo, Tante Helma menghubungi Mama" ujar Mama.
"Oh ya, Tante Helma bilang apa Ma?" tanya Nesya.
"Kamu tahu apa yang dia temukan di kamar Qenzo? foto kamu sayang" ujar Isabel tersenyum.
"Foto apaan Ma, yang jelas dong Ma ceritanya jangan nanggung" pinta Nesya sudah tidak sabar mendengar keseluruhan cerita.
"Iya foto kamu berdua dengan Qenzo, yang membuat kaget adalah tulisan di belakangnya" ujar Mama lagi senang membuat puterinya merasa penasaran.
"Apa tulisannya Ma?" tanya Nesya.
"My first love, bayangkan foto itu diambil saat kalian MOS dan dia sudah jatuh cinta pada saat itu" ujar Mama.
"Tidak mungkin Ma, bahkan Nesya yang mengejarnya terlebih dahulu" ujar Nesya tidak yakin.
"Mama ada buktinya, foto itu dikirim oleh Tante Helma setelah memotretnya diam-diam" ujar Isabel seraya memperlihatkan foto itu pada Nesya.
Nesya begitu terkejut melihat foto itu. Benar saja itu adalah foto mereka saat MOS dan tulisannya lebih membuat Nesya terkejut. Dia tidak tahu bahwa Qenzo juga sudah lama menaruh rasa padanya.
"Kamu juga pasti pernah kan memberikan coklat pada Qenzo?" tanya Mama lagi.
"Kok Mama bisa tahu sih, itu sudah lama sekali" jawab Nesya.
"Coklat itu masih ada sampai sekarang sayang di kulkas mereka" jawab Mama.
"Ha kok gitu Ma" ujar Nesya.
"Qenzo tidak rela memakannya dan mengabadikannya dj kulkas mereka dengan bacaan milik pribadi agar tidak ada yang memakan coklat itu" ujar Mama menceritakan semua yang ia dapat dari Helma.
"Wah aku benar-benar tidak menyangka Ma" ujar Nesya.
"Mungkin dia tidak berani mengungkapkannya karena selama ini kamu sudah menjauhinya karena salah paham itu" jelas Mama.
"Mama benar selama ini aku sudah sangat kasar padanya" ujar Nesya merasa bersalah.
"Belum terlambat untuk memperbaiki ini semua kok sayang" ujar Mama.
"Iya Ma, Nesya akan memperbaiki semuanya dan kembali bahagia bersama Qenzo" ujar Nesya.
"Ya sudah, semuanya kini benar-benar jelas, sekarang kita harus tidur" ujar Mama seraya menarik selimutnya.
"Malam Ma" jawab Nesya.
"Malam sayang" balas Mama kembali dan tertidur.
Nesya meraih ponselnya yang sudah lama ia letakkan di meja samping tempat tidur. Dia sangat asik bercerita dengan Mama sehingga tidak sadar pesannya sudah dibalas oleh Qenzo.
"Aku sudah sampai dengan selamat, Malam Nesya semoga mimpi indah" balas pesan itu.
Nesya tersenyum dan kembali bersiap-siap untuk tidur. Dia tidak sabar untuk memulai kehidupan yang baru. Mulai besok dia tidak akan menunda-nunda kebahagiaannya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments