Pedang Pemburu Roh
BRAKK!
Pintu kamar Xiaozi ditendang oleh seseorang, tampak ayahnya dengan wajah memerah memasuki kamar Xiaozi.
“Dasar anak nakal!” teriak ayahnya Zhen Wu, seorang kepala keluarga Zhen di kota Murbai.
Xiaozi yang sedang bersama teman-teman wanita nya terkejut melihat kedatangan ayahnya sambil membawa kayu. Mereka segera berhamburan mengambil dan mengenakan pakaian mereka masing-masing.
“Ayah! Kenapa kamu sudah kembali?” tanya Xiaozi yang terkejut karena ayahnya tiba-tiba telah kembali dari kota.
Melihat kedatangan ayahnya Xiaozi yang marah, para wanita yang sedang bersama Xiaozi segera melarikan diri keluar dari dalam kamarnya.
“Anak kurang ajar, kamu berani bersenang-senang di rumahku” teriak ayahnya yang kemudian mengejarnya hendak memukul dengan kayu.
Wajah ayahnya terlihat merah karena marah yang sudah tidak tertahankan selama ini. Selama kepergiannya ke kota hingga kembali dia hanya melihat anaknya masih selalu bermalas-malasan setiap harinya.
“Suamiku, kamu jangan terlalu keras padanya” sahut ibunya Xiaozi, Shi Yueyin yang juga tergesa-gesa mendatangi kamar Xiaozi dan memegang tangan suaminya Zhen Wu.
Ibu Xiaozi yang selalu memanjakan anaknya datang dengan wajah cemas ketika melihat suaminya yang marah membawa kayu ke dalam kamar anaknya.
“Kamu bukannya belajar dan melatih kultivasimu, tetapi setiap hari hanya bersenang-senang saja” teriak ayahnya.
“Ayah, aku sudah berlatih dan sedang beristirahat” sahut Xiaozi berusaha membela dirinya.
Selama ini, Xiaozi memang jarang melakukan latihan kultivasi, karena dia merasa apa yang dibutuhkannya selalu disediakan oleh ibunya.
“Berlatih apanya! Saat aku pergi ke kota kamu masih tidur. Dan saat aku kembali kamu sedang bersenang-senang di dalam kamar” kata ayahnya dengan nada keras
“Suamiku, Xiaozi mungkin kelelahan dalam berlatih. Biarkan dia beristirahat” sahut ibu Xiaozi berusaha menenangkan suaminya.
Ibu Xiaozi yang selalu membela anaknya memegang tangan suaminya dengan wajah memelas agar suaminya melepaskan anaknya.
“Istriku, kamu terlalu memanjakan dia. Dia setiap hari hanya tahu bermain-main saja. Bagaimana bisa menjadi penerus keluarga kita?” kata Zhen Wu
“Kultivasimu tidak pernah meningkat sejak usia 10 tahun, kini usiamu sudah 17 tahun tapi kamu masih berada di alam Spirit, sementara teman-temanmu sudah berada di alam Suci.” lanjut Zhen Wu dengan kesal.
Sejak kecil, Xiaozi yang termasuk salah satu anak yang berbakat dalam bela diri sehingga di usia 10 tahun dia sudah mendahului mencapai alam spirit dibanding teman-teman seusianya. Namun sejak usia 12 tahun dia menjadi bosan melakukan latihannya sehingga perkembangannya terhenti.
“Ayah, itu karena aku kesulitan untuk menembus alam” sahut Xiaozi membela diri lagi.
“Itu karena kamu terlalu malas berlatih. Sungguh memalukan sebagai anak keluarga Zhen, kamu tidak bisa mewarisi jiwa dan semangat leluhur keluarga Zhenmu” kata Zhen Wu kembali.
Keluarga Zhen adalah keluarga pahlawan kerajaan Tang, leluhur Zhen Yuwen yang kultivasinya berada di alam Dewa berhasil menyelamatkan negara Tang saat itu dari serangan para pemberontak.
Karena kepahlawanan dan kekuatan Zhen Yuwen lalu dihadiahi tanah dan kekayaan di kota Murbai. Sehingga Keluarga Zhen adalah keluarga terpandang di kota Murbai ini.
“Untuk itu aku mengusirmu pergi dari rumah ini. Dan jangan pernah kembali sebelum kamu menjadi kuat dan mewarisi jiwa serta semangat leluhurmu” kata ayahnya, Zhen Wu selanjutnya dengan keras dan memalingkan wajahnya.
Wajah Xiaozi menjadi tegang terkejut mendengar ayahnya mengusir dirinya dari rumah keluarga Zhen. Dia tidak menyangka ayahnya sendiri melakukan hal itu.
“Suamiku, jangan berkata seperti itu. Tarik kembali kata-katamu” teriak Shi Yueyin terjatuh lemas sambil menangis dan berlutut disebelah suaminya.
“Ibu” gumam Xiaozi dalam hatinya melihat kesedihan ibunya yang sangat menyayanginya.
Namun Xiaozi sama keras kepala seperti ayahnya, dia kemudian segera berlalu pergi meninggalkan kamarnya dengan sedih menerima keputusan dari ayahnya.
“Xiaozi, jangan pergi!” teriak ibunya yang segera berlari mengejar anaknya.
“Xiaozi, suatu saat kamu akan mengetahui bahwa keputusanku ini benar. Sudah saatnya kamu pergi untuk berkembang sendiri di luar rumah mencari jiwa dan semangatmu sendiri” gumam ayahnya sambil meneteskan air matanya.
Ibunya, Shi Yueyin segera mengejar dan memegang tangan anaknya Xiaozi yang hendak pergi keluar dari rumah itu.
Para pelayan keluarga Zhen terkejut melihat kejadian tak terduga ini. Mereka biasanya melihat orang tua Xiaozi sangat menyayangi anaknya Zhen Xiaozi. Namun apa yang terjadi hari ini.
“Mengapa Xiaozi diusir dari rumah?” pikir salah seorang pelayan rumah keluarga Zhen
Shi Yueyin yang memegang tangan anaknya berusaha untuk mengurungkan kepergian anaknya. Dia tidak ingin anak laki-laki satu-satunya pergi meninggalkan rumah keluarganya.
“Xiaozi, minta maaflah pada ayahmu. Jangan pergi tinggalkan ibu” katanya
“Ibu dengar sendiri keputusan ayah untuk mengusirku. Ini bukan niatku untuk meninggalkan ayah dan ibu” sahut Ziaozi tanpa menoleh pada ibunya berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Perasaan Xiaozi berkecamuk merasakan kesedihan ibunya, namun dia tidak bisa menerima sikap ayahnya yang mengusir dirinya dari rumah keluarga Zhen yang telah membesarkannya.
“Ayahmu hanya emosi sesaat, dia pasti akan menyadarinya dan memintamu jangan pergi” kata ibunya lagi
“Ibu sangat mengetahui sifat ayah, sekali dia memutuskan sesuatu, dia tidak akan pernah lagi membatalkannya” sahut Xiaozi kembali
Xiaozi lalu berbalik dan tersenyum ke arah ibunya yang telah menangis tersedu. Dia memegang tangan ibunya dan memandangnya dengan lembut.
“Ibu, seperti kata ayah. Aku harus menjadi kuat agar layak menjadi penerus keluarga Zhen. Saat aku kuat, aku akan kembali menemui ayah dan ibu” kata Xiaozi
“Tapi, bagaimana kamu mengurus dirimu di luar sana? Kemana kamu akan pergi?” tanya ibunya khawatir pada anaknya Xiaozi
Wajah Xiaozi tertegun mendengar pertanyaan ibunya, dia tidak memiliki rencana tujuannya yang tiba-tiba seperti ini. Saat ini dia hanya ingin pergi dari rumah itu sesuai permintaan ayahnya.
“Seperti kata ayah, aku harus menemukan jiwa dan semangat keluarga Zhen. Aku akan mencarinya sendiri. Ibu tidak perlu khawatir dengan diriku yang sudah besar.” lanjut Xiaozi berusaha menenangkan hati ibunya.
Hati ibunya menjadi melunak meskipun dia tidak bisa menerima kepergian anaknya. Dia kemudian melepaskan cincin dari jari tangannya.
“Bawalah cincin penyimpanan ibu ini. Didalamnya ada cukup bekal untukmu di perjalanan” kata Ibunya sambil menyerahkan cincin penyimpanan pada anaknya Xiaozi
"Baik bu. Aku akan pergi. Jaga diri ibu dan ayah. Tunggulah aku kembali” sahut Xiaozi sambil memeluk ibunya dan kemudian pergi meninggalkan kediaman keluarga Zhen
Dalam perjalanan, hati Xiaozi merasa sedih dan kacau mengingat kejadian hari ini. Dia yang biasa hidup dimanja oleh ibunya dan diurus oleh para pelayan, kini harus hidup sendiri di luar kediaman keluarga Zhen.
Sepanjang perjalanan di kota Murbai yang kecil, sudah beredar berita tentang pengusiran Xiaozi dari keluarga Zhen dengan cepat. Teman-temannya yang biasa dekat dengannya kini berpaling setelah mengetahui dirinya bukan lagi anggota keluarga Zhen.
Xiaozi kemudian pergi ke rumah keluarga Yang untuk menemui calon istrinya Yang Zhisu yang sudah dijodohkan dengannya sejak kecil oleh kedua pihak keluarga.
Namun keluarga Yang kini menutup pintunya untuk bertemu dengannya, bahkan Yang Zhisu sendiri menemuinya dan membatalkan perjodohan mereka.
“Aku hanya menikah dengan pewaris keluarga Zhen. Sejak kamu bukan lagi pewarisnya, maka aku juga bukan calon istrimu lagi” kata Yang Zhisu dengan ketus.
Wajah Xiaozi menjadi merah padam mendengar perkataan dari Yang Zhisu, dia tidak menyangka wanita yang selama ini begitu lembut dan baik padanya hanya melihat statusnya saja sebagai pewaris keluarga Zhen.
Xiaozi kemudian pergi meninggalkan kota Murbai menuju ke arah selatan. Dia berhenti sejenak melihat kota Murbai di belakangnya dengan wajah tanpa ekspresi
“Kota Murbai, tempatku hidup sejak kecil ternyata hanya bayangan kebesaran keluarga Zhen. Tanpa keluarga Zhen, aku bukanlah apa-apa dimata mereka” gumam Xiaozi dalam hatinya sedih.
Dengan sedih Xiaozi melanjutkan perjalanannya menuju ke arah selatan yang dipenuhi oleh hutan yang sangat lebat. Dia sendiri belum tahu harus berjalan ke arah mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Defrin
jadi ceritanya si manja yang bertualang...
seru nih
2023-10-02
0
ciru
cakeep. ikut mampir ya 🙏
2023-08-05
0
Ismaeni
awal yang bagus,bahasanya enak tidak berat...semangat thor
2023-05-29
1