NovelToon NovelToon

Pedang Pemburu Roh

BAB 1 | Diusir dari rumah keluarga Zhen

BRAKK!

Pintu kamar Xiaozi ditendang oleh seseorang, tampak ayahnya dengan wajah memerah memasuki kamar Xiaozi.

“Dasar anak nakal!” teriak ayahnya Zhen Wu, seorang kepala keluarga Zhen di kota Murbai.

Xiaozi yang sedang bersama teman-teman wanita nya terkejut melihat kedatangan ayahnya sambil membawa kayu. Mereka segera berhamburan mengambil dan mengenakan pakaian mereka masing-masing.

“Ayah! Kenapa kamu sudah kembali?” tanya Xiaozi yang terkejut karena ayahnya tiba-tiba telah kembali dari kota.

Melihat kedatangan ayahnya Xiaozi yang marah, para wanita yang sedang bersama Xiaozi segera melarikan diri keluar dari dalam kamarnya.

“Anak kurang ajar, kamu berani bersenang-senang di rumahku” teriak ayahnya yang kemudian mengejarnya hendak memukul dengan kayu.

Wajah ayahnya terlihat merah karena marah yang sudah tidak tertahankan selama ini. Selama kepergiannya ke kota hingga kembali dia hanya melihat anaknya masih selalu bermalas-malasan setiap harinya.

“Suamiku, kamu jangan terlalu keras padanya” sahut ibunya Xiaozi, Shi Yueyin yang juga tergesa-gesa mendatangi kamar Xiaozi dan memegang tangan suaminya Zhen Wu.

Ibu Xiaozi yang selalu memanjakan anaknya datang dengan wajah cemas ketika melihat suaminya yang marah membawa kayu ke dalam kamar anaknya.

“Kamu bukannya belajar dan melatih kultivasimu, tetapi setiap hari hanya bersenang-senang saja” teriak ayahnya.

“Ayah, aku sudah berlatih dan sedang beristirahat” sahut Xiaozi berusaha membela dirinya.

Selama ini, Xiaozi memang jarang melakukan latihan kultivasi, karena dia merasa apa yang dibutuhkannya selalu disediakan oleh ibunya.

“Berlatih apanya! Saat aku pergi ke kota kamu masih tidur. Dan saat aku kembali kamu sedang bersenang-senang di dalam kamar” kata ayahnya dengan nada keras

“Suamiku, Xiaozi mungkin kelelahan dalam berlatih. Biarkan dia beristirahat” sahut ibu Xiaozi berusaha menenangkan suaminya.

Ibu Xiaozi yang selalu membela anaknya memegang tangan suaminya dengan wajah memelas agar suaminya melepaskan anaknya.

“Istriku, kamu terlalu memanjakan dia. Dia setiap hari hanya tahu bermain-main saja. Bagaimana bisa menjadi penerus keluarga kita?” kata Zhen Wu

“Kultivasimu tidak pernah meningkat sejak usia 10 tahun, kini usiamu sudah 17 tahun tapi kamu masih berada di alam Spirit, sementara teman-temanmu sudah berada di alam Suci.” lanjut Zhen Wu dengan kesal.

Sejak kecil, Xiaozi yang termasuk salah satu anak yang berbakat dalam bela diri sehingga di usia 10 tahun dia sudah mendahului mencapai alam spirit dibanding teman-teman seusianya. Namun sejak usia 12 tahun dia menjadi bosan melakukan latihannya sehingga perkembangannya terhenti.

“Ayah, itu karena aku kesulitan untuk menembus alam” sahut Xiaozi membela diri lagi.

“Itu karena kamu terlalu malas berlatih. Sungguh memalukan sebagai anak keluarga Zhen, kamu tidak bisa mewarisi jiwa dan semangat leluhur keluarga Zhenmu” kata Zhen Wu kembali.

Keluarga Zhen adalah keluarga pahlawan kerajaan Tang, leluhur Zhen Yuwen yang kultivasinya berada di alam Dewa berhasil menyelamatkan negara Tang saat itu dari serangan para pemberontak.

Karena kepahlawanan dan kekuatan Zhen Yuwen lalu dihadiahi tanah dan kekayaan di kota Murbai. Sehingga Keluarga Zhen adalah keluarga terpandang di kota Murbai ini.

“Untuk itu aku mengusirmu pergi dari rumah ini. Dan jangan pernah kembali sebelum kamu menjadi kuat dan mewarisi jiwa serta semangat leluhurmu” kata ayahnya, Zhen Wu selanjutnya dengan keras dan memalingkan wajahnya.

Wajah Xiaozi menjadi tegang terkejut mendengar ayahnya mengusir dirinya dari rumah keluarga Zhen. Dia tidak menyangka ayahnya sendiri melakukan hal itu.

“Suamiku, jangan berkata seperti itu. Tarik kembali kata-katamu” teriak Shi Yueyin terjatuh lemas sambil menangis dan berlutut disebelah suaminya.

“Ibu” gumam Xiaozi dalam hatinya melihat kesedihan ibunya yang sangat menyayanginya.

Namun Xiaozi sama keras kepala seperti ayahnya, dia kemudian segera berlalu pergi meninggalkan kamarnya dengan sedih menerima keputusan dari ayahnya.

“Xiaozi, jangan pergi!” teriak ibunya yang segera berlari mengejar anaknya.

“Xiaozi, suatu saat kamu akan mengetahui bahwa keputusanku ini benar. Sudah saatnya kamu pergi untuk berkembang sendiri di luar rumah mencari jiwa dan semangatmu sendiri” gumam ayahnya sambil meneteskan air matanya.

Ibunya, Shi Yueyin segera mengejar dan memegang tangan anaknya Xiaozi yang hendak pergi keluar dari rumah itu.

Para pelayan keluarga Zhen terkejut melihat kejadian tak terduga ini. Mereka biasanya melihat orang tua Xiaozi sangat menyayangi anaknya Zhen Xiaozi. Namun apa yang terjadi hari ini.

“Mengapa Xiaozi diusir dari rumah?” pikir salah seorang pelayan rumah keluarga Zhen

Shi Yueyin yang memegang tangan anaknya berusaha untuk mengurungkan kepergian anaknya. Dia tidak ingin anak laki-laki satu-satunya pergi meninggalkan rumah keluarganya.

“Xiaozi, minta maaflah pada ayahmu. Jangan pergi tinggalkan ibu” katanya

“Ibu dengar sendiri keputusan ayah untuk mengusirku. Ini bukan niatku untuk meninggalkan ayah dan ibu” sahut Ziaozi tanpa menoleh pada ibunya berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Perasaan Xiaozi berkecamuk merasakan kesedihan ibunya, namun dia tidak bisa menerima sikap ayahnya yang mengusir dirinya dari rumah  keluarga Zhen yang telah membesarkannya.

“Ayahmu hanya emosi sesaat, dia pasti akan menyadarinya dan memintamu jangan pergi” kata ibunya lagi

“Ibu sangat mengetahui sifat ayah, sekali dia memutuskan sesuatu, dia tidak akan pernah lagi membatalkannya” sahut Xiaozi kembali

Xiaozi lalu berbalik dan tersenyum ke arah ibunya yang telah menangis tersedu. Dia memegang tangan ibunya dan memandangnya dengan lembut.

“Ibu, seperti kata ayah. Aku harus menjadi kuat agar layak menjadi penerus keluarga Zhen. Saat aku kuat, aku akan kembali menemui ayah dan ibu” kata Xiaozi

“Tapi, bagaimana kamu mengurus dirimu di luar sana? Kemana kamu akan pergi?” tanya ibunya khawatir pada anaknya Xiaozi

Wajah Xiaozi tertegun mendengar pertanyaan ibunya, dia tidak memiliki rencana tujuannya yang tiba-tiba seperti ini. Saat ini dia hanya ingin pergi dari rumah itu sesuai permintaan ayahnya.

“Seperti kata ayah, aku harus menemukan jiwa dan semangat keluarga Zhen. Aku akan mencarinya sendiri. Ibu tidak perlu khawatir dengan diriku yang sudah besar.” lanjut Xiaozi berusaha menenangkan hati ibunya.

Hati ibunya menjadi melunak meskipun dia tidak bisa menerima kepergian anaknya. Dia kemudian melepaskan cincin dari jari tangannya.

“Bawalah cincin penyimpanan ibu ini. Didalamnya ada cukup bekal untukmu di perjalanan” kata Ibunya sambil menyerahkan cincin penyimpanan pada anaknya Xiaozi

"Baik bu. Aku akan pergi. Jaga diri ibu dan ayah. Tunggulah aku kembali” sahut Xiaozi sambil memeluk ibunya dan kemudian pergi meninggalkan kediaman keluarga Zhen

Dalam perjalanan, hati Xiaozi merasa sedih dan kacau mengingat kejadian hari ini. Dia yang biasa hidup dimanja oleh ibunya dan diurus oleh para pelayan, kini harus hidup sendiri di luar kediaman keluarga Zhen.

Sepanjang perjalanan di kota Murbai yang kecil, sudah beredar berita tentang pengusiran Xiaozi dari keluarga Zhen dengan cepat. Teman-temannya yang biasa dekat dengannya kini berpaling setelah mengetahui dirinya bukan lagi anggota keluarga Zhen.

Xiaozi kemudian pergi ke rumah keluarga Yang untuk menemui calon istrinya Yang Zhisu yang sudah dijodohkan dengannya sejak kecil oleh kedua pihak keluarga.

Namun keluarga Yang kini menutup pintunya untuk bertemu dengannya, bahkan Yang Zhisu sendiri menemuinya dan membatalkan perjodohan mereka.

“Aku hanya menikah dengan pewaris keluarga Zhen. Sejak kamu bukan lagi pewarisnya, maka aku juga bukan calon istrimu lagi” kata Yang Zhisu dengan ketus.

Wajah Xiaozi menjadi merah padam mendengar perkataan dari Yang Zhisu, dia tidak menyangka wanita yang selama ini begitu lembut dan baik padanya hanya melihat statusnya saja sebagai pewaris keluarga Zhen.

Xiaozi kemudian pergi meninggalkan kota Murbai menuju ke arah selatan. Dia berhenti sejenak melihat kota Murbai di belakangnya dengan wajah tanpa ekspresi

“Kota Murbai, tempatku hidup sejak kecil ternyata hanya bayangan kebesaran keluarga Zhen. Tanpa keluarga Zhen, aku bukanlah apa-apa dimata mereka” gumam Xiaozi dalam hatinya sedih.

Dengan sedih Xiaozi melanjutkan perjalanannya menuju ke arah selatan yang dipenuhi oleh hutan yang sangat lebat. Dia sendiri belum tahu harus berjalan ke arah mana.

BAB 2 | Menemukan sebuah pintu di dalam gua

Ketika memasuki hutan yang cukup lebat, Xiaozi merasa sedikit gentar. Dia yang selama ini dikelilingi oleh wanita dan bersenang-senang, kini berjalan seorang diri di tengah hutan dengan pakaian yang lusuh dan berdebu.

Setelah berjalan jauh ke dalam hutan, Xiaozi kemudian beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon yang rindang lalu berusaha untuk melihat isi cincin penyimpanan ibunya.

Matanya terbelalak melihat banyak tumpukan uang dan emas yang disimpan oleh ibunya disana. Dan juga ada beberapa pakaian mereka dan beberapa makanan yang biasa disiapkan oleh ibunya saat dia akan pergi keluar dari kediaman kelaurga Zhen.

“Ibu selalu mempersiapkan hal ini setiap hari, ternyata hari ini akan sangat berguna untukku.” senyum Xiaozi sambil meneteskan air matanya rindu pada ibunya yang lembut.

GROWLLL!

Tiba-tiba terdengar suara auman harimau datang mendekati tempat istirahat Xiaozi

Xiaozi yang baru saja menyelesaikan makannya, melihat seekor harimau yang muncul karena mencium bau makanan darinya.

Mata Xiaozi berkedut melihat kehadiran harimau yang kelaparan itu. Dia merasakan hawa membunuh darinya.

“Sial, setelah aku makan. Kini aku siap untuk dimakan oleh binatang ini” gumamnya dalam hati.

Xiaozi lalu melihat sekelilingnya untuk mencari celah melarikan diri, segera setelah melihat celah diapun berlari sekuat tenaga. Namun harimau itu tetap mengejarnya setelah melihat “makanan” nya melarikan diri.

“Kurang ajar! Jangan mengejarku. Dagingku tidak enak kamu makan!” teriak Xiaozi sambil terus berlari

Harimau itu tidak peduli dengan teriakan Xiaozi, dia semakin kelaparan setelah berlari mengejarnya.

Xiaozi yang jarang berlatih kesulitan untuk berlari jauh, akhirnya harimau itu berhasil mengejarnya lalu melompat menghadang didepannya dan bersiap untuk menerkam dan mengaum.

GRAWLLL!

“Sialan, kamu sengaja mempermainkan buruanmu kan” teriak Xiaozi yang melihat harimau itu hanya menyeringai sebelum menyerangnya.

Xiaozi yang kelelahan tetap tidak putus asa, dia berusaha mencari sesuatu untuk bisa menghalau harimau tersebut. Matanya kemudian melihat sebatang kayu di antara pepohonan disampingnya.

Segera saat harimau itu melompat hendak menerkamnya, Xiaozi lalu berguling kesamping untuk mengambil kayu tersebut.

Kemudian dengan menggunakan kayu itu, dia berusaha memukuli harimau tersebut. Namun bukannya takut, harimau itu malah tambah bersemangat dan semakin garang. Serangan harimau itu semakin gencar dan cepat ke arahnya.

Saat melihat kesempatan, Xiaozi kembali berlari ke arah lain dengan cepat dan tidak memperhatikan sekitarnya. Tubuhnya penuh luka oleh semak belukar yang dilalui olehnya.

Tiba-tiba matanya terkejut melihat sebuah jurang di depannya. “Ah, aku menemui jalan buntu” gumamnya dalam hati

Ketika dia berbalik, harimau itu sudah berada di belakangnya dengan tenang berjalan mendekatinya.

GREWLLL!

“Aku sudah tidak bisa lari lagi. Sepertinya hanya bisa mengadu nyawa dengan harimau ini. Apa yang harus aku lakukan?” pikir Xiaozi yang tak lepas melihat sekelilingnya sambil memegang kayu

Melihat buruannya sudah terpojok, harimau itu menyeringai lalu menerkam lagi ke arah Xiaozi. Kali ini mulut harimau itu sudah siap untuk menggigit leher Xiaozi. Namun Xiaozi dengan sigap menggunakan kayu ditangannya untuk menahan gigitan harimau tersebut.

GRIWLLL!

Suara harimau itu tertutup oleh kayu dimulutnya sehingga aumannya tidak jelas. Namun tangan kanan harimau yang kuat menggaruk lengan kiri Xiaozi hingga terluka.

Darah menetes dari lengan Xiaozi, membuat harimau itu semakin bernafsu untuk memakannya setelah mencium baru darah yang segar.

Harimau itu kemudian melepaskan gigitannya dari kayu Xiaozi lalu mundur sebelum mulai untuk menyerang lagi.

Mata Xiaozi tiba-tiba melihat sebuah akar pohon di pinggir tebing itu, lalu pikirannya berusaha untuk bersembunyi dengan menggunakan akar pohon di pinggir tebing itu

Dia segera melompat dan berpegangan pada akar pohon itu, lalu tubuhnya terbanting ke dinding tebing.

“Ah, tanganku sakit sekali” gumamnya dalam hati menahan rasa sakit dari lengan kirinya yang mengucurkan darah.

GROWLLL!

Harimau itu matanya melotot melihat buruannya melarikan diri terjatuh ke bawah tebing. Dia lalu berusaha menggapai tangan Xiaozi yang dilihatnya menggantung disana. Dia terus menggaruk tanah dan akar-akar pohon disana untuk menarik buruannya.

“Sialan, harimau ini tidak menyerah juga” pikir Xiaozi

Kemudian Xiaozi perlahan menuruni tebing itu dengan menggunakan akar pohon itu dan mencari pijakan di sekitar dinding tebing.

Tiba-tiba matanya melihat sebuah gua yang tersembunyi di balik dinding itu. Dia berusaha untuk mendekati bibir gua tersebut.

Ketika kakinya berhasil menginjak bibir gua tersebut, akar pohon yang dijadikan tempat menggantungnya telah berhasil dihancurkan oleh garukan harimau dan terlepas dari dinding tebing.

Untung baginya sudah menginjak bibir gua itu, sehingga membuatnya terhindar dari jatuh ke dalam jurang tersebut.

GROOAARRR!

Harimau itu mengaum kesal kehilangan buruannya. Lalu pergi meninggalkan tebing itu karena menyangka buruannya telah jatuh ke dalam jurang.

Xiaozi yang berada di dalam gua itu bersyukur sementara ini dirinya telah lepas dari sasaran harimau. Namun dia belum sepenuhnya selamat. Dia tidak tahu apa yang akan dihadapinya di dalam gua tersebut.

Xiaozi melihat ke dasar jurang yang sangat jauh, lalu menoleh ke atas tebing yang cukup tinggi.

“Sialan, aku tidak bisa kemana-mana. Aku harus bertahan disini sementara waktu” gumamnya dalam hati

Akhirnya Xiaozi memutuskan untuk memasuki gua tersebut lebih kedalam lagi. Sebelumnya dia melihat apakah ada sesuatu bisa digunakan untuk menerangi jalan gelap di dalam gua dari dalam cincin penyimpanan ibunya.

“Ibuku memang orang yang penuh persiapan. Bisa-bisanya dia mempersiapkan sebuah lentera dan korek di dalam cincin.” gumam Xiaozi sambil tersenyum mengingat ibunya.

Ibu Xiaozi, Shi Yueyin adalah wanita yang sangat pengertian dan selalu mempersiapkan segala keperluan darurat di dalam cincin penyimpanannya. Hal ini biasa dia bawa setiap hari dalam cincin penyimpanannya untuk berjaga-jaga kondisi darurat yang akan dia temui suatu waktu.

Tak disangka kebiasaannya untuk menyiapkan barang-barang darurat selama ini akan sangat berguna untuk anaknya disaat seperti ini.

Xiaozi yang telah menyalakan lentera segera berjalan memasuki gua lebih ke dalam, wajahnya tegang dan hatinya berdebar waspada pada kemungkinan yang akan dia temui di dalam gua tersebut.

Ternyata gua tersebut tidak terlalu dalam, di ujungnya terdapat seperti sebuah pintu dengan tulisan dan gambar di depannya “Pintu Alam Lain”

“Sialan, tulisan ini membuatku menjadi ragu untuk masuk ke dalamnya” gumamnya kembali.

Wajah Xiaozi penuh keraguan,

“Apakah dia harus membuka pintu itu atau tidak?”.

“Berapa lama dia harus menunggu di dalam gua ini.?”

“Apakah dia harus naik atau turun ke dalam jurang?”

“Ada apa dibalik pintu ini?”

Semua pikiran itu memenuhi kepala Xiaozi dan membuatnya bertambah bingung.

Akhirnya dia memilih untuk menemukan jawaban terakhir, membuka pintu itu untuk mengetahui ada apa di baliknya.

Segera dia mencoba untuk mendorong pintu itu tapi tidak berhasil. Sekuat tenaga dia berusaha namun tetap gagal, pintu itu tidak bergeming sedikitpun

Saat putus asa, dia tidak sengaja memukulkan tangannya yang berdarah dan tepat mengenai gambar di depan pintu itu.

BANG!

Pintu itu tiba-tiba berbunyi dan perlahan terbuka.

BAB 3 | Bertemu Pedang Pemburu Roh

Seketika pintu di ujung gua tersebut terbuka lebar, gelap di dalamnya. Bahkan lentera yang diarahkan pun tidak mampu meneranginya.

Sekejap Xiaozi kembali ragu apakah dia akan memasukinya atau tidak, namun ketika dia masih berdiri di depan pintu itu. Sebuah kekuatan yang dahsyat menarik tubuhnya memasuki ke dalam pintu yang gelap tersebut.

Dia merasakan tubuhnya terhisap oleh kekuatan yang besar dan tekanan itu membuat kepalanya pusing dan setetes darah mengalir keluar dari lubang hidungnya.

Xiaozi bukan orang yang berkultivasi tinggi, dia hanya berada di alam spirit sehingga kekuatan dari dalam pintu itu membuatnya meneteskan darah akibat dari tekanan tersebut.

Kemudian dia melihat cahaya di ujung lorong yang menariknya itu. Lalu dia terjatuh di sebuah hutan kembali dengan tubuhnya yang masih terluka akibat harimau itu.

“Ugh, hari ini benar-benar hari yang sial” gumamnya sambil masih terbaring di tanah dalam hutan itu.

Xiaozi masih terbaring untuk memulihkan kekagetannya dan juga merasa tubuhnya sedikit sulit untuk digerakkan akibat terjatuh dari lorong yang hilang entah kemana.

Tiba-tiba sebuah kepala muncul di depan wajahnya, kepala itu mirip dengan wajah kadal berwarna hijau yang menjulurkan lidahnya yang panjang.

Mata kadal itu berkedip melihatnya, membuat Xiaozi terkejut dan terbangun karenanya.

“Aah, siapa kamu” teriaknya

Kadal itu pun terkejut melihat keterkejutan Xiaozi dan menjauh darinya. Dia berusaha mengatakan suatu bahasa yang tidak dimengerti oleh Xiaozi.

“ով ես դու” seakan-akan kadal itu berbicara padanya.

“Ugh, ini pasti mimpi. Aku bertemu kadal yang bertubuh seperti manusia berekor berwarna hijau mengenakan pakaian wanita dan berbicara padaku” gumamnya dalam hati

Xiaozi melihat ke arah kadal tersebut meneliti tubuhnya, membuat wajah kadal itu menjadi merah dan bergerak mundur menjauhinya.

“ինչ եք ուզում անել” lagi-lagi kadal itu berkata suatu yang aneh

Xiaozi tidak tahu harus menjawab apa, dia tidak mengerti kata-kata kadal itu. Lalu tangannya menjulur untuk berusaha meraihnya, memastikan dirinya sedang bermimpi atau tidak.

Kadal itu terlihat ketakutan lalu pergi melarikan diri dengan cepat meninggalkannya.

“Ini pasti benar-benar mimpi. Kadal itu cepat sekali lenyap dari depanku” gumamnya dalam hati.

“Tapi dimana kah ini?” pikir nya lagi sambil melihat sekeliling hutan tersebut.

Lalu dia berjalan ke salah satu arah untuk menemukan petunjuk meskipun menurutnya ini adalah mimpi.

“Meskipun mimpi pun harus ada penjelasannya” pikir Xiaozi

Tiba-tiba dia kembali melihat sebuah gua tersembunyi di balik semak belukar yang rimbun.

“Lagi-lagi sebuah gua, apakah ini tempat pintu untuk kembali dari dunia mimpi ini?” pikir Xiaozi

Karena penasaran, Xiaozi pun memasuki gua itu yang kali ini cukup kecil sehingga dia merangkak untuk memasukinya. Namun makin ke dalam, gua itu semakin melebar hingga di ujung gua itu cukup luas untuknya berdiri dan melihat sekelilingnya.

Tampak sebuah pedang tergantung melayang di udara dan dirantai sekelilingnya yang tertancap di dinding gua itu.

Mata Xiaozi terbelalak melihatnya, dia kemudian mencoba memegang pedang tersebut untuk memeriksanya.

“Ugh” Xiaozi terkejut merasakan sengatan saat memegang pedang tersebut dan melihat jarinya terluka oleh sengatan pedang itu dan darahnya menempel di gagang pedang.

“Mengapa aku merasa kesakitan dalam mimpi ini?” pikirnya bingung dan melihat jarinya yang terluka.

Pedang itu bergetar dan suara rantai gemericing lalu terputus oleh getaran pedang tersebut.

Mata Xiaozi berkedut, dia menggigil ketakutan melihat reaksi pedang itu. Dia tidak menyangka meskipun rantai pedang itu telah putus hancur, namun pedang itu masih melayang di udara

“Ini pasti benar-benar mimpi” gumamnya dalam hati

“Ah, manis sekali” tiba-tiba dia mendengar suara dari arah pedang itu

Xiaozi memalingkan wajahnya melihat sekeliling untuk mencari arah datangnya suara tersebut. Namun dia tidak menemukan sosok siapapun di dalam gua tersebut.

“Si..Siapa kamu?” tanya Xiaozi pada suara tersebut

“Apakah kamu yang memberikan darahmu untuk membangunkanku?” tanya suara itu lagi

“Darah? Apa maksudnya? Membangunkan siapa?” gumam Xiaozi kembali

Dia memikirkan tangannya yang tergores akibat sengatan di gagang pedang tadi. Matanya kemudian tertuju kepada bilah pedang yang melayang di depannya.

“Apakah darahku yang kamu maksud?” tanya Xiaozi pada suara itu

“Benar. Aku tidak melihat orang lain disekitar sini. Pasti ini darahmu yang terasa manis” sahut suara tersebut

Mata Xiaozi menatap ke arah pedang itu lalu mendekatinya untuk memastikan arah suara yang didengar olehnya berasal dari pedang itu.

“Berikan aku darahmu sedikit lagi. Maka kamu akan menjadi tuanku” kata suara tersebut.

“Apa maksudmu? Apakah kamu ingin membunuhku?” tanya Xiaozi pada suara tersebut ketakutan.

Tanpa sadar Xiaozi mundur menjauh dari pedang itu begitu mendengar dia meminta darahnya lagi. Matanya berkedut mengetahui sebilah pedang berbicara padanya.

“Tidak. Aku tidak ingin membunuh orang yang akan menjadi tuanku. Aku hanya ingin mengenal darahnya untuk mengalir dalam tubuhku ini” sahut suara itu

“Tubuh? Siapa kamu? Kenapa aku tidak melihatmu?” tanya Xiaozi kembali

Wajah Xiaozi menjadi tegang mendengar suara dari pedang tersebut, namun dirinya masih belum mempercayainya.

“Hahaha... aku adalah pedang ini. Kamu sedang melihatku” sahut suara itu yang ternyata berasal dari pedang yang melayang itu.

Xiaozi akhirnya menyadari bahwa pedang itulah yang sedang berbicara dengannya. Dia menjadi ketakutan dan ragu untuk mengikuti kata-kata pedang tersebut.

“Jangan takut. Aku adalah Pedang Pemburu Roh. Tuanku yang terakhir telah mati ribuan tahun yang lalu. Dan akupun tertidur disini. Karena darahmu lah akhirnya aku terbangun kembali” kata pedang itu.

Xiaozi terdiam sejenak memikirkan hal ini. “Haruskah aku mempercayai kata-katanya?”

“Baiklah. Aku akan memberikanmu sedikit darahku” sahut Xiaozi

Kemudian pedang itu melayang keatas seperti kegirangan meliuk kesana kemari, lalu turun dan berdiri di depan Xiaozi.

“Aku siap menerima darahmu untuk mengalir di dalam tubuhku” sahut pedang tersebut bergetar sambil mendengung.

Xiaozi menggigit jari telunjuknya untuk mengeluarkan setitik darah lalu memoles bilah badan pedang tersebut.

“Bagus. Darah yang sangat manis. Kamu adalah tuanku yang baru sekarang” kata pedang tersebut.

“Pedang Pemburu Roh. Itukah namamu?” tanya Xiaozi

Meskipun awalnya Xiaozi sedikit takut, namun kini dia sudah membiasakan dirinya lalu mendekati pedang itu.

“Benar” sahut pedang tersebut

“Mengapa namamu menyeramkan seperti itu?” tanya Xiaozi kembali

Xiaozi kemudian memberanikan dirinya untuk mengambil pedang itu dengan tangannya dan merasakan getaran dari gagang pedang tersebut.

“Hahaha... karena memang aku memakan roh dari mahluk-mahluk yang telah aku bunuh” sahut pedang itu lagi sambil bergetar.

“Kamu sungguh kejam?” kata Xiaozi

Mata Xiaozi bergidik mendengar kata-kata dari pedang di tangannya. Dia mengayunkan pedang itu untuk mencoba menggunakannya.

“Tuan, aku memang dibuat untuk itu” sahut pedang tersebut bergetar seolah-olah mengiyakan perkataan Xiaozi.

“Baiklah. Aku akan menyimpanmu dalam cincin penyimpananku. Masuklah” kata Xiaozi selanjutnya

“Baik tuan” sahut pedang itu yang kemudian masuk ke dalam cincin penyimpanan Xiaozi.

Xiaozi melepas pedang ditangannya yang kemudian melayang mengecil hingga masuk ke dimensi di dalam cincin penyimpanan yang diberikan oleh ibunya.

“Sepertinya yang aku alami ini bukan mimpi” gumam Xiaozi

“Tentu saja ini bukan mimpi tuan” sahut pedang itu dari dalam cincin penyimpanan Xiaozi

Meskipun pedang itu telah berada di dalam cincin penyimpanannya, dia masih bisa berbicara dengan Xiaozi dari dalam cincin tersebut.

“Menurutmu, aku harus kemana sekarang?” tanya Xiaozi pada pedang itu.

“Cari mangsa sebanyak-banyaknya untuk menjadi makananku” sahut pedang itu membuat mata Xiaozi berkedut mendengarnya.

Mata Xiaozi kembali berkedut mendengar perkataan kejam dari pedang itu. Dia menghela nafasnya.

“Aku tidak suka membunuh sembarangan. Jadi jaga nafsu makanmu” sahut Xiaozi

“Baik. Sesuai permintaanmu tuan” sahut pedang itu kembali

Xiaozi kemudian keluar dari dalam gua tersebut, lalu kembali ke tengah hutan tadi.

Dari kejauhan tampak kadal wanita yang lari tadi datang bersama beberapa orang yang juga wajah mereka mirip dengan kadal. Namun kali ini kelihatan mereka memang berasal dari klan yang sama.

Mereke mendekati Xiaozi, lalu kadal wanita yang tadi berkata pada orang-orang di belakang mereka.

“դա այն մարդն է, որի մասին ես պատմում էի ձեզ” kata kadal wanita itu

“որտեղի՞ց է այդ մարդը եկել” tanya salah satu dari mereka pada yang wanita

“նա ընկավ երկնքից” sahut kadal wanita tersebut

Kali ini kepala Xiaozi terasa mau pecah mendengar pembicaraan mereka yang tidak dimengerti olehnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!