Waktu menunjukkan pukul satu dini hari ketika Selena terbangun karena merasa haus. Air dalam gelas sudah habis. Dia harus turun ke dapur kemudian meneguk banyak air, karena kehausan. Setelah itu, ia berniat kembali ke atas.
Dengan mata yang masih terkantuk dan penerangan yang minim, ia tidak sadar telah menabrak seseorang.
"Brugh!"
"Auwww..." erangnya, sedikit kesakitan.
"Ck, di mana matamu?!" bentak seorang pria yang ternyata adalah Melvin.
"Maaf, Kak. Saya tidak sengaja," ujar Selena sambil menunduk.
Tanpa memedulikan gadis itu, Melvin segera masuk ke dalam lift, diikuti Selena yang juga hendak ke atas. Di dalam lift, suasana sangat hening. Jika Selena masih menunduk, Melvin justru memasang wajah datar.
Ding!
Lift terbuka. Melvin keluar, diikuti Selena. Mereka sama-sama melangkah menuju kamar yang bersebelahan.
"Selamat malam, Kak," ujar Selena, entah dari mana ia mendapatkan keberanian. Sejak dulu, gadis itu selalu ingin mengucapkan kalimat sederhana itu kepada kakaknya. Pria yang awalnya hanya ia anggap sebagai sosok kakak perlahan telah menjadi sosok istimewa di hati.
Brak!
Melvin tidak menjawab, melainkan segera menutup pintu kamar dengan kasar. Selena terkejut lalu mengelus dada. Ia pun segera masuk ke kamar dan melanjutkan tidur.
Tadi sebelum tidur, ia sempat memasang alarm untuk bangun lebih pagi. Sekitar pukul setengah lima, ia akan dibantu beberapa pelayan untuk memindahkan semua barang ke paviliun belakang.
Ia berencana agar semua sudah beres saat penghuni rumah mulai bangun. Untuk paviliun, tidak perlu repot-repot dibersihkan lagi karena setiap hari memang selalu ada yang membersihkan.
Sementara itu, di kamar sebelah, Melvin belum tidur. Ia kembali mengisap batang nikotin. Kebiasaan ini ia lakukan ketika dilanda beban dan pikiran yang mengganggu. Jika tidak, ia biasanya pergi ke tempat hiburan dan menghabiskan malam bersama wanita penghibur. Meskipun sudah mendapatkan pelepasan dan kenikmatan bersama Diana satu jam yang lalu di kamar tamu, pertemuan dengan Selena beberapa menit lalu ternyata membuat suasana hatinya buruk kembali.
Entah mengapa, ia selalu merasa gadis itu menjengkelkan dan menyedihkan disaat yang bersamaan. Hal ini membuat dia tidak nyaman.. Perasaannya selalu mengatakan bahwa Selena bukanlah gadis yang baik. Tapi ketika secara langsung mengungkapkan itu di depan selena dan dibalas wajah sendu gadis itu. Dia malah merasa tidak nyaman.
Kini pikirannya tertuju pada gadis penghuni kamar sebelah yang tidak lain adalah Selena, gadis yang hampir enam tahun lalu, bahkan mungkin hingga sekarang, dengan tegas mengatakan pada keluarga bahwa dia adalah laki-laki pertama yang selena suka, cinta monyet bahkan ingin menjadi cinta terakhir.
Entah kenapa, ada rasa kesal dan ketidaknyamanan di hatinya melihat dan mendengar pengakuan gadis itu. Hal ini juga disebabkan oleh kejadian beberapa tahun lalu saat dirinya masih di sekolah menengah pertama.
Seseorang yang ia kenal sebagai teman seprofesi ayahnya menceritakan sebuah rahasia.
Kisah Cinta Orang Tua Selena dan Orang Tuanya
Flashback On
Hari Kamis sore sekitar pukul empat, Melvin, Matthew, dan Martin mendatangi sebuah hunian mewah di kawasan perumahan. Melvin datang bersama seorang gadis kecil berusia sebelas tahun, selisih tiga tahun darinya. Gadis itu sangat dekat dengannya, selalu ingin mengikuti dan selalu ingin bersamanya. Ia pun tidak mempermasalahkan hal itu, karena Melvin juga menyayangi gadis kecil itu.
Sore itu, teman sekelas mereka, yaitu Merlin, sedang merayakan ulang tahun, jadi semua siswa sekelas diundang. Merlin adalah anak dari Tentara Yanto, teman seprofesi ayahnya.
Waktu semakin malam ketika Melvin didatangi ayah pemilik pesta.
"Kau sangat memperhatikan dia," ujar pria itu sambil mengikuti arah pandangan Melvin yang mengawasi seorang gadis kecil berlesung pipi dan tampak sangat manis di antara teman-temannya.
"Tentu, Om. Dia adikku. Permata kami di rumah. Aku sangat menyayanginya," jawab Melvin tulus. Sejak Tante Serena meninggal demi menyelamatkan nyawanya, Melvin berjanji akan menjadi malaikat yang selalu menyayangi putri kecil dari tantenya itu. Begitu juga keluarganya yang sangat menyayangi gadis kecil itu.
"Namanya Selena, bukan?" tanya pria itu lagi.
"Tentu. Om Yanto pasti tahu karena sering ke rumah dan melihat dia di sana," jawab Melvin.
Pria di sampingnya terkekeh ringan. "Kau benar. Aku lihat dia begitu lengket sama kamu, sampai ke mana pun selalu ikut. Aku hanya tidak ingin kejadian di masa lalu orang tua kamu terulang kembali," ujar Tentara Yanto dengan nada ambigu.
"Maksud Om?" tanya Melvin bingung.
"Sejujurnya, Om tidak ingin bercerita, karena merasa itu bukan ranah saya. Namun, karena Om merasa kau pantas tahu, apalagi orang tua kamu memilih merahasiakannya, Om rasa itu salah," ujar pria itu lagi semakin membuat Melvin penasaran.
"Ceritakan saja, Om," desak Melvin dengan tidak sabar.
"Baiklah. Om harap kamu tidak kaget. Apakah kamu ingat saat kamu baru masuk sekolah dasar, orang tua kamu sering bertengkar bahkan hampir bercerai?"
Melvin terdiam sejenak, kemudian mengangguk. Ia ingat kejadian-kejadian itu.
"Dulu, Tante Serena, mama dari Selena, adalah anak dari pembantu di rumah ayah kamu. Dia dianggap seperti anak sendiri oleh kakek nenek kamu dan disekolahkan hingga sukses. Kebetulan, ayah kamu, saya, dan Bram, yaitu papa dari Selena, seumuran. Kamu pasti ingat Bram, anak dari asisten kepercayaan kakek kamu yang kemudian menggantikan ayahnya menjadi asisten lanjutan untuk membantu mengurus bisnis keluarga. Sejak TK kita sekolah di tempat yang sama sampai SMA. Begitu tamat, Serena secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya kepada ayah kamu. Tentu, ayah kamu syok dan hanya menganggap Serena sebagai saudara dan teman, tidak lebih. Pernyataan cinta itu tentu ditolak.
Selena bersikukuh ingin menunggu ayah kamu membalas cintanya. Saat itu, kita memilih jalan lain untuk melanjutkan studi. Serena memilih masuk kedokteran, sedangkan ayah kamu dan Om memilih sekolah tentara, sementara Bram kuliah jurusan manajemen.
Ternyata, Serena sudah lama diam-diam menyukai ayah kamu. Kebaikan ayah kamu yang menyayangi dia membuatnya salah paham. Sementara itu, ayah kamu justru menyukai sahabat Serena, yaitu Yohana, mama kamu. Mereka sama-sama kuliah kedokteran. Keduanya memutuskan diam-diam pacaran, dan hanya aku yang tahu hubungan itu. Saat ayah kamu mendadak memutuskan untuk menikah, Serena kaget dan hendak bunuh diri. Setelah beberapa bulan, ia baru bisa menerima kenyataan bahwa Jhonson telah menikah dengan Yohana. Padahal saat itu, Bram menyukai Serena dan sudah melakukan proses lamaran. Setelah kamu lahir, ternyata Serena masih mencintai ayah kamu. Cinta itu sudah seperti obsesi. Itu juga alasan mengapa dia tidak mau mengandung setelah menikah dengan Bram. Beberapa kali teror menghampiri hubungan mama dan ayah kamu, seperti ada kiriman foto Jhonson selingkuh, tidur dengan wanita lain. Orang tua kamu bertengkar, dan mama kamu ingin pisah, tetapi ayah kamu tetap mempertahankan hubungan itu, karena cinta yang tidak akan pernah berubah kepada mama kamu.
Tahukah kamu siapa yang mengirim teror itu? Dia adalah Serena, sahabat yang sudah seperti saudara bagi kedua orang tua kamu. Saat semuanya terbongkar, dia tidak merasa bersalah dan tetap mengatasnamakan cinta pada ayah kamu. Sungguh obsesi yang besar, bukan?
Rasa obsesi itu terang-terangan ditunjukkan Serena hingga beberapa tahun setelahnya, bahkan setelah Selena, putri Serena dan Bram, lahir. Sampai kamu masuk sekolah dasar, hal itu terus berlanjut. Kamu sering melihat orang tua kamu bertengkar karena gangguan yang diberikan Serena pada hubungan mereka. Beberapa tahun berlalu, semuanya tetap seperti itu.
Bram saat itu sangat stres menyadari sifat Serena. Ia bahkan sampai terkena serangan jantung dan meninggal di rumah sakit. Setelah Bram meninggal, Serena menyadari kesalahannya. Namun, semua sudah terjadi. Beruntungnya, kakek dan nenek serta orang tua kamu sangat baik; mereka tidak mengusir Serena dari paviliun belakang rumah, tempat di mana dia dan Bram tinggal sebelumnya, dan tidak memecatnya dari rumah sakit, tempat dia bekerja sebagai dokter seperti mama kamu. Keluarga kamu kembali menerima kehadirannya sebagai teman dan keluarga, karena mereka melihat Serena sudah menyadari kesalahannya. Apalagi, dia janda beranak satu.
Om melihat kedekatan kamu dan Selena mirip kisah ayah kamu. Om hanya berharap kisah di masa lalu itu tidak terulang."
Mendengar penjelasan panjang dari Tentara Yanto, Melvin termenung seolah mengumpulkan semua kepingan ingatannya. Lama terdiam, akhirnya Melvin bersuara dan pamit begitu saja.
"Terima kasih om sudah bercerita banyak. saya tidak pernah mendengar kisah seperti ini sebelumnya. sudah larut. saya permisi dulu.
Tentara yanto tersenyum samar melihat punggung melvin menjauh dan menarik keluar rumah selena yang tadi ikut datang bersamanya. Perasaan melvin menjadi tidak karuan setelah mendengar kisah itu, apakah semua benar. Kalau iya dia tidak akan membiarkan hidupnya seperti itu juga. Sejak saat itu, Melvin menjaga jarak dengan Selena, apalagi beberapa tahun setelahnya selena mengaku mencintai dia dan ingin menikahi kalau besar nanti. Pengakuan itu dia akui sangat mirip dengan kira orang tua mereka yang diceritakan Tentara Yanto.
Dia semakin ingin menjaga jarak dari selena. Melvin Merasa bukan cinta yang ada dari gadis itu untuknya melainkan obsesi.
FLASHBACK OFF
Melvin beberapa kali mendesah kasar. Dari dulu dia sama sekali tidak punya keberanian untuk menanyakan kebenaran kisah itu pada kedua orangtuanya. Yang ada di malah semakin membenci Selena. Karena gadis itu terang-terangan mengaku cinta dan selalu ada dimana dia berada.
Hanya setahun belakangan, setelah dia sering menegur, berkata kasar bahkan mengancam, barulah gadis itu tidak lagi terang-terangan menatap penuh cinta padanya. Walau sebenarnya dia masih melihat ada pancaran kagum. Dia menjadi tidak nyaman dan seperti diawasi. Dia tidak suka akan hal itu.
"Serena... Selena.. nama yang hampir sama. sudah pasti sifatnya juga sama. Lihat saja orang tua ku sampai lebih peduli pada putrinya. benar-benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. tidak menyangka padahal Tante serena sekejam itu pada orang tua ku" monolog melvin sembari terus menghisap batang rokok yang entah sudah habis berapa banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments