Kanaya bangun seperti biasa meskipun malam tadi Ia hanya bisa tidur dua jam saja, tapi rasa tanggung jawabnya yang besar pada suami dan mertuanya memaksanya untuk bangun.
Ia membantu menyiapkan sarapan dan kemudian kekamar Ibu mertuanya, membersihkan teko mertuanya itu, Ia harus berusaha baik- baik saja karena sadar ini adalah kesalahannya.
Setelah selesai di dapur dan di kamar Bu Aminah, Kanaya baru kembali kekamar merapikan ranjang yang nampak masih berantakan.
Tidak berselang lama Angga keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, Kanaya membantu menyiapkan semua keperluan suaminya.
" Sayang, nanti siang Mas ke luar kota,ada pekerjaan mendadak disana, kamu tidak apa- apakan seperti biasa kalau Mas tinggal sendiri. "
Deg ! Jantung Kanaya berdegub kencang.
Ternyata suaminya menuruti semua saran dari Ibunya. Ya, malam tadi Kanaya sudah mendengar semua pembicaraan Ibu mertuanya dan juga Angga suaminya. Kanaya yang hanya berpura-pura tidur langsung bangun dan menyusul suaminya yang terlihat keluar tergesa-gesa dan ketika sudah di bawah ternyata Angga masuk ke kamar Ibunya, disana Kanaya bisa mendengar semua percakapan kedua Ibu dan anak itu dengan jelas.
Ingin marah namun Kanaya mencoba tenang, Ia masih menunggu niat baik suaminya itu. Berharap Angga akan jujur padanya hari ini tapi ternyata tidak, Ia malah mengatakan pergi ke Banjarmasin karena urusan pekerjaan yang mendadak.
" Apakah Aku boleh ikut Mas. " Tanya Kanaya pelan
Angga terkejut karena tidak biasanya Istrinya itu ikut dengannya keluar kota, meskipun sering di ajak olehnya namun Kanaya selalu saja menolak.
" Benarkah sayang, kamu beneran ingin ikut. Tumben, biasanya juga di ajak nggak mau. "
Angga harus memutar otaknya agar Kanaya tidak ikut, tapi Ia juga tidak berani menolak karena takut Kanaya jadi curiga padanya.
" Baiklah sayang, siapkan semua keperluanmu nanti setelah makan siang Mas jemput. " Meskipun berat hati Angga akhirnya menyanggupi permintaan Kanaya
Kanaya tertawa kecil, sebenarnya Ia hanya mau mengetes suaminya dan benar saja wajahnya langsung pucat meskipun Angga pada akhirnya menyanggupi keinginannya.
" Nggak lah Mas, aku hanya bercanda. Pergilah dan cepatlah kembali, kalau semua urusan disana sudah selesai. Jaga hatimu disana kalau memang di hatimu masih ada aku. "
Angga menatap manik mata Kanaya, Ia tidak mengerti kenapa Istrinya berbicara seperti itu.
" Kamu ngomong apa sih, bukankah kamu tau kalau dari dulu hanya kamu yang bertahta di hatiku. Omongan mu kok seakan-akan kamu tidak percaya padaku. "
Kanaya memejamkan mata, mencoba meredam rasa kecewa dan amarah di hatinya agar tidak berteriak pada pria yang notabenenya adalah imamnya. Seorang Imam yang harus di hormati.
" Nggak apa- apa Mas, sudah lupakan saja, pergilah nanti telat. "
Setelah Angga pergi Kanaya kembali ke kamarnya, Ia menangis sejadi-jadinya. Mengelus perutnya yang masih rata.
" Sayang, kapan kalian akan hadir disini. Ya Allah, betapa inginnya hamba memiliki buah hati yang hadir di rahim hamba, sekiranya Engkau berkenan kabulkanlah harapan hamba ini. "
Bosan mengurung diri di kamar Kanaya memutuskan untuk jalan- jalan, berada dirumah bisa membuatnya gila dengan semua beban yang menumpuk di hatinya.
" Bi, aku keluar sebentar. Tolong jaga Ibu ya, seperti biasa kalau ada apa-apa langsung telpon aku Oke. "
Bibi mengangguk, Ia bisa mengerti perasaan Kanaya. Memang lebih baik begitu, jalan- jalan mungkin akan mengurangi beban majikannya itu.
Kanaya mengemudikan mobilnya pelan, hatinya kacau. Ia bingung mau kemana, kalau ke butik juga sia- sia. Dia tidak akan bisa konsen dalam keadaan seperti saat ini.
Kanaya terus melajukan mobilnya dan parkir di sebuah taman karena merasa kepalanya sedikit pusing.
" Ya Allah, kenapa dengan kepalaku. Kenapa terasa berat begini. Ini pasti karena aku terlalu banyak berpikir dan menangis, belum lagi tidurku malam tadi tidak cukup. " Gumam Kanaya seraya memijat pelipisnya pelan.
Kanaya duduk di sebuah bangku taman dan tanpa sadar Ia sudah menghabiskan waktu selama dua jam lamanya. Ia melirik ponselnya ternyata sudah jam dua sore, namun tidak ada satu pesan apapun dari suaminya yang masuk di ponselnya.
" Sudahlah Naya, jangan mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Mas Angga tidak akan mungkin menghubungimu, jam segini mungkin dia sudah berangkat. "
Ketika akan kembali ke mobil, Ia di kejutkan dengan suara seseorang yang sangat Ia kenali.
" Naya, kamu disini sama siapa. " Tanya Dimas.
Sebenarnya Dimas sejak tadi sudah memperhatikan Kanaya dari jauh, dan baru berani mendekat setelah melihat Kanaya beranjak dari tempatnya.
" Ah, Dim Aku..... Aku sendirian saja kesini, kalau kamu sama siapa kok bisa ada disini. "
Dimas memperhatikan wajah Kanaya yang nampak pucat meskipun tetap tidak mengurangi kecantikannya.
" Biasa, lagi cari angin. " Jawab Dimas asal.
Kanaya kembali merasakan tidak enak badan, rasanya Ia ingin buru- buru pulang. Namun ketika akan melangkah tubuhnya tiba-tiba oleng, dengan sigap Dimas menahan tubuh Kanaya agar tidak terjatuh.
" Kamu kenapa Naya, apa kamu sakit. Yuk kita ke rumah sakit sekarang. "
Naya yang mendengar kata rumah sakit tiba-tiba teringat semua yang terjadi padanya, Ia menepis tangan Dimas yang masih memegang tangannya.
" Pergi ! Pergi dari sini, jangan sentuh aku. "
Tubuh Naya semakin bergetar ketika mengingat ucapan Dimas yang mengatakan kalau dirinya baik- baik saja. Tapi ternyata kenyataannya sangat menyakitkan, Ia adalah wanita yang tidak berguna dan mandul.
Dimas langsung bingung melihat sikap Kanaya yang mendadak berubah.
" Naya ada apa dengan mu, kamu sedang sakit. Mari biar ku bantu, kita harus kerumah sakit sekarang. Ah... sebentar, biar aku telpon Angga dulu. "
Dimas sedikit menjauh dari tempat Ia berdiri semula, Ia mencoba menghubungi sahabatnya namun ponselnya tidak aktif.
" Suami bodoh, dimana Dia saat Istrinya sedang sakit begini malah di biarkan keluyuran seorang diri. "
Entah kenapa Dimas langsung marah- marah setelah panggilannya tidak tersambung. Ketika akan mencoba menghubungi lagi, Dimas justru terkejut dengan bunyi sesuatu yang jatuh dan setelah berpaling Ia melihat Naya yang sudah tergeletak di tanah.
" Ya Allah, Naya. Kamu kenapa sih. "
Dimas langsung menggendong tubuh Naya, membawanya masuk kedalam mobilnya dan langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat Ia bekerja.
Sesampainya disana Ia turun dan kembali mengangkat tubuh Istri dari sahabatnya itu.
" Raisya, cepat tolong bantu aku. "
Dimas yang kebetulan bertemu sahabatnya Raisya langsung meminta Dokter wanita itu membantunya. Mereka membawa Kanaya keruang perawatan.
Dimas segera memeriksa Kanaya yang masih dalam keadaan pingsan itu, Raisya terus memperhatikan wajah Dimas yang nampak khawatir.
" Dokter Dimas. "
Tiba-tiba dari luar seorang wanita berseragam putih lengkap memanggil Dimas, Pria itu menoleh begitu juga dengan Raisya.
" Iya ada apa Sus. " Tanya Dimas.
Suster mengabarkan kalau ada pasien gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera. Dimas bingung Ia menatap wajah pucat Kanaya, namun kemudian tidak lama Ia menghela nafas.
" Raisya, tolong kamu periksa dia. Cek keseluruhan kondisinya dan juga tolong ambil sampel darahnya buat pemeriksaan lanjutan. "
Raisya mengangguk dan mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Dimas, sementara itu Dimas langsung di sibukkan dengan pasien yang Ia tangani sebelumnya. Kondisinya tiba-tiba menurun membuat semua keluarga yang menunggu disana menjadi panik.
Kanaya mengerjabkan matanya pelan, Ia merasa tubuhnya sedikit nyaman. Namun Ia sedikit terkejut melihat ruangan serba putih tempat Ia berbaring saat ini.
" Rumah sakit, Astaghfirullah untuk apa aku disini. " Gumam Kanaya.
Ia segera bangkit dan melihat tangannya yang masih terpasang infus. Tanpa berpikir lagi Kanaya segera menarik selang infus yang menempel di tangannya.
Dokter Raisya yang baru datang langsung panik, Ia mencoba menahan Kanaya yang mencoba kabur.
" Bu, Ibu belum boleh pulang, kondisi Ibu masih belum membaik. "
Kanaya tidak peduli, Ia benci mengingat akan bertemu Dokter mesum sahabat suaminya itu.
" Aku baik- baik saja Dok, ijinkan aku pergi. " Kanaya tetap memaksa pergi.
Raisya terus berusaha menahan Nayabnamun sama halnya dengan Raisya, Naya juga bersikeras untuk meninggalkan tempat itu.
" Bu, tunggulah sebentar. Paling tidak sampai Dokter Dimas kembali. "
Mendengar Dokter Dimas di sebut kemarahan Naya muncul kembali.
" Aku tidak ingin bertemu dengan Dokter pembohong itu, bilang padanya aku membencinya. Tolong jangan halangi aku. "
Kanaya akhirnya bisa lolos dan terus berlari menjauh dari area rumah sakit, dalam hatinya masih menaruh rasa tidak nyaman pada Dokter Dimas karena Pria itu sudah berbohong padanya.
" Kalian berdua sama saja. "
Naya terus melangkah menjauh, Ia ingat mobilnya pasti tertinggal di taman
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ
jangan terlalu membenci nanti jadi cinta 😊
2023-09-05
0
🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ
semoga kehadiran nya nanti datang di waktu yang tepat kanaya kamu harus sabar
2023-09-04
0
🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜
kanaya istri sholehah meski udah tau suaminya sudah berbohong dia masih menjalankan kewajibannya sbgai seorg istri dgn baik sungguh wanita yg sabar
2023-09-04
0