Pagi-pagi buta sudah terdengar kegaduhan di kamar Bu Aminah, sejak tadi beliau berteriak namun lagi-lagi tidak ada seseorang pun yang mendengar. Entah sudah berapa kali wanita paru bayah itu berteriak memanggil- manggil nama penghuni rumah barulah di dengar oleh tukang kebun yang kebetulan lewat di samping kamar beliau.
Mas Karyo berlari kecil kedalam rumah, memanggil Bi Nur.
" Bi, Bibi.....! "Panggilnya panik.
Bibi yang sedang mencuci di belakang tidak mendengar teriakan siapa pun karena bunyi mesin cuci yang menghalangi pendengarannya.
" Ada apa Mas Karyo, kok teriak- teriak. Bibi lagi nyuci di belakang. " Setelah hampir sampai di ruang belakang, Bibi baru mendengar suara Karyo.
Mas Karyo menunjuk- nunjuk kebelakang beliau, bahwa ada keributan di kamar Bu Aminah. Akhirnya Mas Karyo dan Bibi segera berlari menuju kamar Bu Aminah.
" Iya Bu ada apa, Astaghfirullah Ibu. " Pekik Bi Nur.
Mas Karyo dan juga Bibi Nur sangat terkejut melihat Bu Aminah terduduk di lantai dan tercium bau menyengat dimana-mana.
Bibi segera mencari lap dan air sabun guna membersihkan kekacauan di kamar majikannya itu.
" Astaghfirullah Ibu, apa susahnya buang air kecil di toilet. Kenapa harus buang air kecil di teko begini, kan bisa bahaya kalau tidak hati- hati dan juga bisa tumpah begini. " Batin Bibi
Tentu saja Bi Nur hanya bisa mengomel dalam hati. Ya, selama ini Bu Aminah selalu buang air kecil pada sebuah teko spittoon, teko bertutup yang khusus di gunakan untuk menampung air seni bagi orang tua yang sudah susah berjalan.
Setiap pagi Kanaya lah yang selalu membuang dan membersihkan teko itu, tapi kini si rajin sudah tidak ada lagi.
" Dari mana saja sih kalian, ini lagi si Naya. Kemana Dia, kenapa tekonya belum di bersihkan juga, kan jadi tumpah. "
Bu Aminah makin ngedumel tidak karuan dan ujung-ujungnya yang disalahkan adalah Kanaya.
" Maaf Bu, tadi Bibi lagi nyuci di belakang. Kalau Naya kan masih di tempat Umi Rahayu, belum pulang. "
Mas Karyo dan juga Bi Nur membantu membopong tubuh Bu Aminah kekamar mandi untuk membersihkan diri karena baju dan juga tubuhnya sudah basah dengan air seninya sendiri.
" Ibu mandi dulu ya, Bibi mau bersihkan di depan. "
Bu Aminah tidak Terima dengan semua yang terjadi, sudah Ia basah dengan air seni nya sendiri sekarang di tambah lagi Ia harus mandi sendiri juga.
Bibi kembali kedalam kamar mandi setelah membersihkan semua kekacauan dan menyemprotkan pewangi di dalam ruangan itu agar tidak tercium aroma yang menyengat lagi.
" Cepat bantu Bi, apa kalian mau biarkan Aku mati kedinginan disini. "
Bibi membantu Bu Aminah berdiri dan melilitkan handuk di tubuh wanita usia senja itu.
" Angga kemana Bi, sudah beberapa hari ini tidak kelihatan. Apa dia pergi menyusul wanita itu. " Tanya Bu Aminah.
Sambil membantu majikannya itu memakai baju, Bibi menjawab berbagai macam pertanyaan wanita itu.
" Tidak Bu, Pak Angga sudah dua hari ke Luar kota. Hampir berbarengan sama kepergian Naha, bedanya Naya perginya pagi sedangkan Pak Angga sore harinya. "
Senyum terbit di bibir Bu Aminah ketika mendengar bahwa Putranya pergi lagi ke luar kota, bukan ke luar kotanya yang membuatnya tersenyum tapi karena Umi tau betul tujuan Putranya pergi ke kota itu.
" Baguslah, biar Ia cepat menceraikan wanita tak berguna itu. " Gumam Bu Aminah namun masih di dengar oleh Bibi.
" Siapa yang diceraikan Bu. " Tanya Bibi yang penasaran.
" Ah sudahlah Bi, kamu lebih baik diam. Kerjakan saja apa yang menjadi tugasmu, tidak perlu kepo dengan urusan orang lain. "
Mendengar ucapan Bu Aminah, Bi Nur akhirnya memilih diam.
" Sudah selesai Bu, apa Ibu mau sarapan. Biar Bibi bawa kemari, atau Ibu mau sarapan di bawah. "
" Bawa kemari saja sarapannya, aku mau sarapan disini saja. " Pintanya.
Di Luar kota.
Angga berpamitan pada Tantenya dan juga Asma, Ia belum bisa berlama- lama di sana karena takut Kanaya kembali dan mendapati dirinya tidak ada di Jakarta. Belum lagi Ia baru dapat kabar kalau Ibunya terjatuh di kamarnya, hal itu membuat Angga menjadi khawatir.
" Ingat Angga, Tante tidak mau tau. Kamu harus memikirkan Asma juga, jangan sampai kamu lepas tanggung jawab apalagi kalau sampai dia benar-benar hamil anak kamu. "
Angga mengangguk, Ia berjanji akan segera mencari jalan keluar terbaik untuk mereka. Saat ini Ia memang belum bisa memutuskan apapun, rasa cintanya pada Kanaya Istrinya begitu besar sehingga Ia tidak bisa menerima saran Tante Lili untuk menceraikan Kanaya dan menikahi Asma.
Tapi Ia juga tidak bisa melupakan semua dosa yang sudah Ia lakukan pada Asma, apalagi kalau sampai wanita itu hamil darah dagingnya, tentu Ia harus bertanggung jawab.
Hatinya sangat yakin kalau Asma akan mengandung benih miliknya karena Ia sudah berulang kali bercocok tanam bersama wanita itu.
Bahkan Ia sampai mengabaikan pesan dari Kanaya Istrinya karena malam itu Ia begitu bersemangat mendaki gunung himalaya bersama Asma.
Ada rasa yang berbeda, seperti sebuah tantangan untuknya ketika melakukannya bersama Asma. Ternyata benar, yang haram akan terlihat indah dan nikmat bagi orang yang sudah mulai jauh dari jalan-Nya.
" Titip salam pada Asma Tante, seminggu lagi aku akan kemari lagi untuk memberi jawaban. Tolong jaga dia baik- baik. " Pesan Angga kemudian.
Asma memang tidak ikut turun karena merasa tulang- tulang di tubuhnya hampir rontok semua. Bukan hanya itu, tanda kepemilikan yang di tinggalkan Angga di tubuhnya begitu banyak, sehingga Ia malu menampakkan wajahnya pada orang lain.
Ingin protes pada kedua om dan juga Tantenya, tapi sepertinya percuma. Apalagi Angga sepertinya mendapat dukungan dari Amang Usaman dan juga Tante Lili, hingga sekuat apapun Asma berteriak tetap tidak ada gunanya.
" Kamu mau kemana. "
Sebelumnya berulang kali Asma mengendap- endap ingin pergi dari rumah mewah itu namun tetap tidak berhasil. Alhasil Asma di kurung di dalam kamar, untuk beberapa hari Ia mendekam disana. Pintu hanya terbuka ketika jam makan tiba, sampai Angga datang dan menyempurnakan penderitaannya, menyiksa miliknya tanpa ampun.
Rasanya Ia ingin mati saja tapi untuk mengakhiri hidupnya Ia tidak punya keberanian yang cukup.
Perjalanan yang tidak sampai dua jam, memudahkan Angga untuk berpindah-pindah tempat. Baru juga tiba Ia sudah di serang berbagai macam pertanyaan oleh Ibunya
" Sini Nak, sini. " Bu Aminah menarik tangan Angga memasuki kamarnya.
" Bagaimana, bagaimana Nak. Apa sudah ada hasil, apa dia sudah hamil. " Tanya Bu Aminah.
Angga terkejut, darimana Ibunya mengetahui semua yang Ia lakukan. Namun yang menjadi pertanyaan Angga hanyalah kenapa Ibunya tidak marah meskipun tahu kalau anaknya sudah berbuat dosa.
" Ibu sudah tau. "
Bu Aminah mengangguk cepat, wajah senjanya nampak berseri-seri membayangkan akan segera punya cucu.
" Kok Ibu nggak marah kalau aku melakukan dosa. "
Angga sudah bisa menebak Ibunya itu tau darimana, hingga Ia tidak ingin bertanya lagi.
" Ngapain Ibu harus marah, makanya biar nggak dosa cepatlah kamu halalkan dia. Jangan sampai menunggu perutnya membesar baru kamu nikahi. "
Angga merasa lega karena mendapat restu dan juga dukungan dari Ibunya, sekarang tinggal mencari waktu yang tepat untuk Ia berkata jujur pada Kanaya tentang semua yang sudah terjadi.
" Angga tidak bisa sembarangan menikahinya Bu, Angga harus minta ijin dulu sama Kanaya. Kalau Naya jinin baru Angga akan segera menikahi Asma. "
Bu Aminah mendengus kesal, Ia tidak sependapat dengan apa yang di ucapkan Angga. Baginya kalau ingin menikah ya menikah saja, ngapain harus ijin.
" Sudahlah Angga, kalau begitu cepat kamu jemput Istrimu itu dan secepatnya kamu ijin menikah lagi. Tapi Ibu tegaskan satu hal, kamu jangan lemah sama tangisannya. Kalau dia tidak mau mengijinkan kamu menikah lagi, maka ceraikan saja dia, gampang kan. "
Begitu besarnya keinginan mempunyai cucu sehingga yang salah menjadi terlihat benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
funny
dasar merrtuua jahannam
2023-09-01
0
🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜
bener² nih bu Aminah, gak sanggup lah punya mertua kayak gini mending ambil jalan pintas , cerai aja😅
2023-08-29
0
🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜
bener² nih bu Aminah, gak sanggup lah punya mertua kayak gini mending ambil jalan pintas , cerai aja😅
2023-08-29
0