Jakarta.
Bu Aminah yang baru terbangun dari tidurnya, seperti biasa memanggil penghuni rumah lainnya karena air minum dalam teko nya habis.
Beliau sudah berteriak berulang kali namun tidak ada jawaban, dengan sangat terpaksa beliau keluar.
" Pada kemana sih ini orang rumah, di panggil- panggil dari tadi tidak ada satu orang pun yang jawab. "
Bu Aminah melangkah kedapur sambil terus menggerutu.
" Menantu tidak berguna, taunya tidur saja. "
Lagi-lagi Kanaya yang menjadi sasaran kemarahan Ibu mertuanya, mungkin karena memang sudah cacat. Meskipun berbuat baik, tetap akan terlihat buruk dimata sang Ibu. Karena rasa kecewa di hati, satu saja kesalahan kita makan tiada artinya kebaikan kita yang lama. Mungkin itulah yang Kanaya alami saat ini.
" Bi Nur. " Teriak Bu Aminah di meja makan.
Bibi yang masih di toilet buru- buru keluar mendengar suara Bu Aminah yang memekakkan telinga.
" Iya Bu, eh Ibu kok sudah keluar. Ada apa Bu, apa Ibu perlu sesuatu. " Tanya Bibi
Bu Aminah mendengus kesal, biasanya Ia langsung minum ketika bangun tidur tapi siang ini ketika Ia terbangun teko tempat air minum tidak ada isinya.
" Bagaimana aku tidak keluar kalau air dalam teko habis, apa saja yang kalian kerjakan sehingga mengisi air saja kalian tidak bisa. "
Satu yang salah semuanya kena amarah, begitu di ibaratkan kondisi saat ini. Marahnya sama siapa meledaknya ke siapa.
" Bibi tadi di toilet Bu, sakit perut soalnya. " Bibi berkata jujur karena memang perutnya tiba-tiba melilit.
" Elah, alasan saja. Bilang saja mau malas- malasan sama seperti wanita tidak berguna itu. Apa dia tuli atau mati, sampai tidak mendengar lagi suara apapun. "
Bi Nur yang tau siapa yang di maksud majikan nya hanya bisa mengucapkan istighfar dalam hati berulang kali.
Bi Nur tidak menyangka kalau majikannya yang dulu baik kini berubah seratus delapan puluh derajat.
" Maksud Ibu, Naya. " Bibi pura-pura bertanya meskipun dalam hati Ia sudah tau.
" Ya, siapa lagi. Sudah sepuluh tahun nikah kok nggak punya anak, lalu apa yang bisa Ia lakukan di rumah ini. Sudah tidak bisa punya anak, seharusnya Ia bisa sedikit berguna. Ini apa, dari tadi aku teriak- teriak tidak di dengar. Entahlah, tidak dengar atau dia sudah bosan mengurus ku, dasar wanita tidak berguna. "
Tidak henti - hentinya Bu Aminah mencaci maki keberadaan Kanaya karena baginya semua yang berbau Kanaya tidak ada gunanya.
" Maaf Bu, tapi Naya memang sedang tidak dirumah. "
Bu Aminah menatap Bibi penuh tanda tanya.
" Apa maksudmu tidak di rumah, apa dia keluar. Ah bodoh amat, meskipun dia jual diri pun percuma. Kan dia mandul, nggak akan bisa punya anak. "
Bibi hanya bisa menggeleng pelan, sungguh kalau berada di posisi Kanaya, Bi Nur tidak akan sekuat ini.
" Bukan Bu, Naya ijin berkunjung ke rumah Umi Rahayu. Dia juga sudah pamit sama Pak Angga. "
Mendengar itu membuat darah Bu Aminah semakin mendidih, bisa- bisanya wanita itu pergi tanpa pamit.
" Apa, kerumah orang tuanya. Memang benar-benar sudah keterlaluan, pergi keluar rumah tidak pamit sama yang punya rumah. Dia anggap apa aku ini. "
Bi Nut semakin di buat bingung dengan sikap Bu Aminah, sudah jelas- jelas tadi Kanaya berdiri di depan pintu dan mengetuk nya berulang kali.
" Bu, tadi Naya sudah pamit pada Ibu. Dia sudah mengetuk- ketuk pintu kamar Ibu berulang kali tapi tidak ada jawaban. "
Merasa Bibi selalu membela menantu yang di anggap tidak berguna itu, Bu Aminah memilih kembali ke kamarnya.
" Sudah, kamu jangan membelanya Bila. Cepat isi tekonya dan bawa ke kamar. "
Bi Nur menghempaskan bokongnya di kursi, Ia menghela nafas berat. Ini sudah benar-benar keterlaluan.
****
Sehari Kanaya berada di kampung Uminya tidak ada satupun pesan dari Angga suaminya, berharap Angga akan merindukannya tapi ternyata hanya harapan semata.
Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Bibi, ingin tau bagaimana kabar Umi di Jakarta.
Bibi yang baru akan memejamkan mata terkejut ketika ponsel jadulnya berdering, Ia segera bangkit dan menjawab panggilan masuk di ponselnya.
" Assalamu'alaikum, maaf dengan siapa. " Tanya Bibi langsung ketika panggilan tersambung.
.......
" Ah Naya, bagaimana kabarnya disana dan kapan kembali ke Jakarta. "
Di tempat lain
" Belum tau Bi, masih kangen sama Umi. Bagaimana kabar Umi dan Mas Angga, apa Mas Angga ada di rumah. "
Kanaya terdiam cukup lama mendengarkan apa yang di sampaikan Bi Nur.
" Baik Bi, makasih. Bibi istrahat saja, ini sudah malam. Besok Naya telpon lagi. "
Kanaya tertunduk lesu, Ia berharap kepergiannya akan membuat sedikit rasa rindu di hati suaminya tapi ternyata tidak.
" Ada apalagi disana Mas, apa ada masalah lagi di kantor cabang. " Gumam Kanaya
Kanaya baru mendapat kabar kalau suaminya tadi pulang kerumah buru- buru. Bi Nur sempat bertanya dan suaminya berpesan kalau Naya bertanya tentang keberadaannya bilang saja Ia ada di rumah. Namun karena Bibi tidak tega akhirnya Bibi pun mengatakan yang sebenarnya.
Kanaya mulai membuka aplikasi hijau dan menulis beberapa pesan disana.
" Assalamu'alaikum sayang, bagaimana kabar Mas disana. Apa semua urusan lancar. "
Satu menit
Sepuluh menit
Satu jam tidak ada juga balasan padahal pesan telah centang dua dan juga berubah warna, menandakan kalau sang empunya ponsel sudah melihat pesan yang Ia kirim.
" Ya sudah sayang, maaf mengganggu. Assalamu'alaikum. "
Satu jam, dua jam sampai jam sebelas Ia menunggu pesan suaminya tidak satupun Ia dapatkan balasan. Akhirnya Ia tertidur karena lelah berpikir.
Siangnya Kanaya mencoba untuk tidak peduli dengan semua masalah yang bersangkutan dengan suaminya, Ia nampak asyik membantu Umi berkebun di taman belakang rumah.
Umi memang sangat suka berkebun, bahkan sayur mayur yang mereka konsumsi sehari-hari adalah hasil dari kebun Umi.
" Ada apa denganmu Nak. Sejak tadi kamu nampak melamun saja, apa ada masalah Nak. Atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari Umi. "
Ingin rasanya Umi bertanya hal itu namun Umi merasa tidak nyaman, Ia takut mencampuri urusan rumah tangga Putrinya.
" Sayang, apa kamu sudah lelah Nak. Yuk kita pulang, Umi juga sudah capek, pegel- pegel nih semua. "
Umi sengaja mencari alasan, biarlah Naya kembali kerumah dan istrahat.
" Eh iya Umi, yuk. Kenapa nggak bilang kalau Umi lelah, ayo pulang. Nanti Naya pijitin deh. "
Lokasi yang hanya berjarak dua puluh meter dari rumah, ya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk jalan pulang.
" Umi mandi dulu gih, nanti Naya nyusul ke kamar Umi kalau Naya sudah selesai mandi ya. "
Bukannya mandi Naya malah melamun seorang diri, tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk.
Naya meraih benda pipih itu dan membukanya, ternyata itu pesan dari Angga.
" Waalaikum salam, maaf sayang. Mas malam tadi ketiduran karena lelah, pekerjaan di Jakarta saat ini masih banyak jadi Mas belum bisa menyusul kesana. Mas juga jarang pegang HP karena sibuk sayang, jadi Mas tidak menghubungi kamu, sekali lagi maaf ya. Oh sekarang Mas mau kerja lagi, sehat- sehat disana. I love you. "
Pesan yang di kirim Angga untuk Kanaya dengan tanda emot love di akhir kalimat, bukan membuat Kanaya bahagia tapi merupakan sebuah tamparan baginya.
Sebuah kenyataan bahwa suaminya tidak jujur lagi padanya, Ia mengatakan sibuk dengan pekerjaan di Jakarta sementara kata Bibi suaminya itu ada di Banjarmasin.
Ia mengatakan baru membuka ponselnya karena ketiduran padahal dari malam tadi pesannya sudah centang dua dan berwarna biru.
" Apa sebegitu tak berartinya aku di hatimu Mas, sampai kamu berbohong sedemikian rupa. "
Cara membuat hati agar tidak terasa sakit adalah, buatlah hatimu sesakit-sakitnya hingga tidak bisa lagi merasakan apapun. Mungkin itu yang akan di lakukan Kanaya. Ia akan mencoba bertahan sampai dimana yang maha Kuasa menguji kesabarannya, bila nanti tiba saatnya Ia menyerah berarti memang hanya sampai disana batas kesanggupannya untuk bertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜
Bu Aminah tega bnget sm menantunya ,memang benar 1 kesalahan bs menghapus seribu kebaikan ini bnyak terjadi
2023-08-29
0
🍌 ᷢ ͩ🔵🍭ͪ ͩ🥜⃫⃟⃤🍁❣️🦚⃝⃟ˢᴴ
astaga mulutnya kalo ngomong ko seenaknya saja sih ini ibunya angga bilang baik baik kan bisa ya
2023-08-28
0
🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ
Astaghfirullah Bu nyebut Bu, ngomongnya yang bener napa, harusnya kamu bersyukur Bu menantumu mau merawatmu dengan baik walaupun sering kamu nyinyirin
2023-08-28
0