Sementara di kamar sepeninggal Angga, Kanaya mulai terisak. Ia tidak lagi mampu membendung rasa sakit di hatinya.
" Ya Allah, begitu berat situasi yang hamba harus lewati saat ini. Kenapa engkau tidak adil pada hamba, apa salah hamba. Selama ini hamba tidak pernah menyakiti orang lain, kenapa sekarang hamba merasakan sakit ini ya Allah. "
Kanaya menepuk-nepuk dadanya pelan, tidak lama kemudian terdengar langkah kaki dari luar, Kanaya kembali berusaha tegar, Ia menghapus jejak air matanya yang turun membasahi pipinya.
Angga masuk dengan tangan yang memegang nampan, Ia meletakkan nampan itu di atas nakas.
" Ayo sayang, dimakan dulu. "
Angga terkejut melihat mata sembab Istrinya, dan masih menyisakan bening disana.
" Sayang, kamu kenapa. Apa kamu menangis, katakan pada Mas ada apa. "
Kanaya menggeleng pelan, kerongkongannya terasa sakit karena berusaha menahan tangis.
" Tidak apa apa Mas, Aku hanya rindu kepada Umi. Tadi Umi menghubungi ku, Umi bertanya kenapa Aku nggak pernah mengunjunginya lagi. " Kanaya mencoba mencari alasan yang tepat.
Angga berpikir mungkin ini jalan keluar untuk mereka saat ini, Ia dan juga Istrinya bisa merilekskan pikiran di tempat Umi Rahayu, orang tua Kanaya yang tinggal di pinggiran kota dan cukup jauh dari kediaman mereka.
" Apa kamu ingin kesana sayang. " Tanya Angga perlahan.
Kanaya mengangguk pelan, karena saat ini memang hanya Uminya yang Ia butuhkan untuk menjadi tempat berkeluh kesah.
" Baiklah sayang, sekarang makan dulu dan istrahat. Besok kita akan kesana. "
Angga akhirnya mengambil sedikit makanan yang di bawa suaminya, meskipun sangat sulit untuk melewati kerongkongannya namun di paksa makan malam itu agar bisa tertelan olehnya. Ia tidak mau suaminya semakin khawatir padanya dan terjadi keributan lagi.
Setelah makan Kanaya ingin mengantarkan bekas makannya kebawah namun Angga menolak. Ia meminta Kanaya untuk istrahat saja, Kanaya pun mengangguk. Ia segera menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang lelah.
Lelah untuk fisik dan juga fsikisnya, Ia kembali menangis di dalam selimut. Kanaya tidak bisa menyalahkan Ibu mertuanya, karena Ia tau semua orang tua pasti menginginkan cucu pada Putra Putrinya yang sudah menikah.
Kanaya mencoba memejamkan matanya, berharap jika ini hanya mimpi. Ia berharap ketika terbangun nanti masalah ini tidak pernah ada.
Angga naik keatas setelah kembali berdebat dengan Ibunya, melangkah pelan menghampiri Istri tercintanya itu.
Hatinya trenyuh melihat wajah sedih Istrinya, meskipun sepertinya sudah tertidur tapi tidak bisa menyamarkan kesedihannya.
" Ada apa sayang, apa sebegitu rindunya kamu sama Umi sampai begini. Maaf, maafkan Mas dengan semua kekacauan ini. Kamu Istri yang sempurna, kekurangan mu hanyalah tidak bisa memberikan cucu untuk Ibu. "
Lama Angga menatap wajah Istrinya dengan berperang dalam hati, akhirnya Ia mulai mengantuk dan ikut terlelap sambil memeluk tubuh Kanaya.
Pagi hari Kanaya sudah bangun, seperti biasa Ia membantu Bibi menyiapkan sarapan untuk semua yang ada dirumah.
" Bibi. " Panggil Naya pelan.
Bibi yang mendengar di panggil pun bergegas menghampiri majikannya.
" Ada apa Nak Aya. " Tanya Bibi juga pelan.
Kanaya menarik kursi agar mereka bisa duduk berdua, Ia ingin berbicara serius pada asisten rumah tangga kepercayaannya itu.
" Bi, hari ini aku mau kerumah Umi Rahayu. Bisakah Aku minta tolong sesuatu sama Bibi. "
Bibi langsung mengangguk walau banyak tanda tanya di hatinya.
" Bibi tolong jaga Ibu dengan baik disini, perhatikan semua keperluannya. Jam makan, jam kapan Ibu harus minum obat jangan sampai telat, sama itu yang harus di ganti tiap pagi Bibi harus segera menggantinya. Jangan sampai tertinggal sesuatu disana. " Pesan Kanaya.
Bibi mengangguk berulang kali, hatinya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh majikannya itu.
" Ya Allah Nak Aya, kamu adalah menantu terbaik. Tapi kenapa Allah memberikan ujian seberat ini. " Batin Bibi.
Kanaya kembali keatas guna menyiapkan keperluannya dan juga keperluan sang suami.
" Mas bangun yuk, sudah siang. "
Kanaya mencium wajah Angga agar suaminya itu terbangun dan benar saja, Angga langsung terbangun ketika merasakan bibir Istrinya menyentuh pipi dan keningnya.
" Hm sini belum sayang. " Angga menunjuk bibirnya sendiri dengan mata masih terpejam.
Kanaya pun melakukannya, mungkin hal ini akan jarang lagi Ia lakukan atau bahkan tidak akan pernah lagi. Setelah nanti posisinya di ganti dengan wanita yang lebih sempurna sesuai harapan Ibu Aminah, Ia harus bisa merelakan suaminya untuk itu.
Ciuman itu akhirnya bukan lagi sekedar ciuman namun menjadi sarapan pagi buat mereka berdua.
" Jangan pernah tinggalkan Mas. " Bisik Angga ketika Ia melepas ******* itu dan menarik tubuh Istrinya untuk memeluknya.
Kanaya mencoba mengendalikan dirinya agar tidak menangis, Ia tidak mau semua rencanya gagal. Jangan sampai Angga tau kalau dirinya sudah mengetahui semuanya dan mendengar semua perdebatan suami dan mertuanya itu.
" Mas apa- apaan sih. Jangan ngomong sembarangan, ayo bangun. Aku tidak akan pernah meninggalkan mu, memang kenapa aku harus meninggalkan suamiku yang baik, tampan dan yang paling penting punya masa depan yang besar, yang bisa buat aku puas. " Goda Kanaya agar suaminya segera bangkit.
Mendengar Istrinya menyebut perabot nya dan membanggakan miliknya membuatnya semakin bersemangat, ada rasa bangga dalam hatinya bahwa Istrinya mengakui keperkasaannya.
" Jangan pancing- pancing nih, apa mau coba lagi. Nih coba lihat, junior sudah bangun begini, kamu harus tanggung jawab sayang. "
Angga langsung berdiri dan menyerang Istrinya tanpa ampun, begitu juga dengan Kanaya. Ia juga memberikan pelayanan terbaiknya, tanpa di minta lebih dulu Ia mulai melepas pakaian tidur yang menempel di tubuh suaminya tanpa satupun yang tertinggal.
Merasa tak tahan Angga menarik Istrinya dan mereka lanjut melakukan aktivitas yang membuat mereka sama- sama bahagia.
" Mungkin ini terakhir kalinya aku melayani mu sebelum nanti tugas ku di gantikan oleh wanita lain. Wanita yang tentu lebih baik dari aku dan membuat mu melupakan ku. Tidak apa Mas, aku sudah siap dengan apapun itu. " Batin Kanaya di tengah-tengah gempuran Angga.
Di sela-sela aktivitas nya, Kanaya terus mensugesti alam bawa sadarnya bahwa Dia tidak akan kenapa- kenapa walau tanpa Angga di dalam hidupnya. Cinta tidak harus memiliki atau selalu bersama. Namun cinta yang sesungguhnya adalah disaat melihat Dia yang kita cintai bahagia dengan segala yang bisa membuatnya nyaman, itulah cinta.
Angga begitu mengagumi pelayanan Istrinya, mungkin juga karena belum pernah merasakan turun mesin jadi sama-sama masih sangat begitu menikmati aktivitas mereka. Hingga sebuah guncangan hebat menyudahi semuanya.
Kanaya memejamkan mata berharap andai itu bisa meninggalkan sesuatu keajaiban disana. Salahkah jika Ia sedikit berharap setelah bercocok tanam pagi ini ada secercah cahaya yang bisa menyelamatkan hubungan mereka saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
aku malah berharap tidak ada benih yg berbuah dari laki2 seperti mu Angga.
2023-10-09
0
@💞Lophe💝💗💓🤵👰
Angga terkejut melihat mata sembab Kanaya sang istri
2023-09-05
0
🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ
tidak ada salahnya berharap dan tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak 😊
2023-08-28
0