Asma tetap pada pendiriannya, Ia tidak ingin ikut ke Jakarta bersama Angga. Keputusannya itu sudah bulat dan tidak ada satupun yang bisa menentangnya.
" Gunakan ini untuk semua keperluan mu disini. " Angga memberikan sebuah kartu pada Asma.
Asma hanya memperhatikan kartu berwarna gold itu yang Ia genggam di tangannya, seraya mengingat beberapa pesan Angga sebelum pergi meninggalkannya.
" Pergilah, kembalilah pada tempatmu yang semestinya. Lanjutkan kebahagiaan mu disana dan anggaplah aku tidak pernah ada. "
Meskipun isinya tidak setara dengan isi kartu yang Kanaya miliki yaitu black card, tapi setidaknya Angga masih punya niatan baik memberi perhatian pada Asma.
Ya, walaupun kenyataannya berapa pun isinya tidak ada artinya bagi Asma di banding dengan kesuciannya yang telah di renggut secara tiba-tiba.
Angga melangkahkan kakinya di bandara setelah menempuh perjalanan udara selama satu jam empat puluh lima menit, memang tidak lama sih tapi tetap saja rasanya lelah, itu karena beban yang Ia pikul saat ini sangatlah besar.
Semakin mendekati kediamannya semakin Ia merasa sesak untuk bernafas, bagaimana Ia akan menghadapi Istrinya nanti.
" Pak Angga, kita sudah sampai Pak. "
Supir yang menjemput Angga akhirnya memberanikan diri menyapa majikannya, karena sejak tadi sang majikan nampak tengah melamun sampai tidak sadar kalau mereka sudah tiba di tempat tujuan.
" Ah iya, makasih Pak. "
Angga melangkah masuk kedalam rumah, Ia berusaha mencoba santai agar tidak ada yang curiga padanya.
" Nak, sudah pulang, kok nggak ngasih salam. " Tanya Bu Aminah yang bahagia sekaligus heran.
Tidak biasanya Putra semata wayangnya itu main nyelonong saja masuk tanpa mengucap salam terlebih dulu.
" Eh Iya Bu, Assalamu'alaikum. " Angga menjawab seperti orang kebingungan.
Ia langsung berpamitan pada Ibunya setelah mencium punggung tangan wanita yang sudah melahirkannya itu.
" Naya dimana Bu. "
Bu Aminah menjawab kalau Istrinya mungkin ada di kamar, akhirnya Angga segera bergegas ke lantai dua. Ia menarik nafas panjang sebelum membuka pintu kamar mereka.
Setelah pintu terbuka Angga terpana melihat sang Istri ternyata masih menunaikan kewajibannya. Ia melangkah pelan dan duduk di samping ranjang, memperhatikan setiap gerakan Istrinya.
" Aamiin, Aamiin.....! " Angga mengaminkan setiap Do' a yang di panjatkan Istrinya tanpa Ia tau apa yang menjadi keresahan wanita itu.
Kanaya menoleh setelah berulang kali mendengar seseorang mengaminkan Do'a nya.
" Mas, sudah pulang. Sejak kapan, kok nggak kasih salam. "
Bergegas Kanaya melepas perlengkapan sholatnya karena melihat Angga sudah merentangkan kedua tangannya, Kanaya pun melakukan hal yang sama. Ia menghambur kedalam pelukan Angga suaminya.
Anggaa mendaratkan ciuman bertubi-tubi di wajah Kanaya, hal itu sontak membuat wanita itu merasa malu.
" Apa kamu merindukan Mas mu ini hm... " Tanya Angga di sertai dengan kedipan mata.
Kanaya mengangguk karena memang Ia begitu merindukan suaminya, berpisah selama tiga hari membuatnya sangat merindukan pelukan suaminya itu.
" Tentu saja Mas, Aku selalu ada disini, selalu merindukan mu. Kendati pun mungkin rindu ini tiada artinya lagi bagimu. "
Angga bingung mendengar ucapan Istrinya, Ia perlahan mengurai pelukannya.
" Tak berarti, apa maksudmu sayang. "
Kanaya langsung tertawa agar Angga tidak semakin membahas apa yang baru saja Ia katakan itu.
" Nggak apa apa Mas. Oh ya, Mas sudah makan belum, kalau belum biar aku buatkan. "
Angga mengangguk, melihat itu Kanaya segera melangkah keluar.
" Kamu mau kemana sayang. " Tanya Angga
" Kedapur Mas, bukannya tadi Mas bilang kalau Mas lapar, jadi aku mau ambilkan makan siang buat Mas. " Jawab Kanaya.
" Tetaplah disini sayang, Mas masih ingin bersamamu. "
Kanaya kembali duduk di samping Angga suaminya.
" Bukannya tadi Mas ingin makan. " Kanaya tidak mau sampai suaminya telat makan dan akan berakibat yang kurang baik.
Angga memeluk erat tubuh ramping Istrinya, menariknya pelan agar duduk di pangkuannya. Ia menyembunyikan wajahnya di tengkuk Istrinya.
" Apa kamu bisa merasakannya sayang, dia sangat merindukan mu. " Bisik Angga tepat di telinga Kanaya.
Kanaya merinding, Ia bisa merasakan sesuatu yang keras di bawah sana.
" Aku ingin makan siang dengan itu, apa bisa sayang. " Tanya Angga lagi sambil tangannya sudah bergerilya mencari tempat yang menjadi paporitnya selama ini.
Kanaya mengangguk karena Ia pun menginginkannya. Ia mulai memejamkan mata merasakan apa yang di lakukan Angga padanya.
" Aku merindukanmu sayang. " Ucap Angga di sela-sela aktivitas nya mempermainkan gunung kembar sang Istri.
Berulang kali Angga mencoba memfokuskan dirinya pada Istrinya, tapi tidak dapat di pungkiri kalau saat ini pikirannya sudah bercabang. Ternyata tujuannya tidak lagi lurus pada satu hati, namun kini sudah terpecah belah.
Akhirnya Ia bisa hanyut setelah Kanaya melayaninya dengan baik. Karena aktivitas mereka itu sampai tidak di hiraukannya panggilan di luar yang sejak tadi menggedor- gedor pintu.
" Sayang, di lu.... arr. "
Kanaya tidak mampu melanjutkan ucapannya karena Angga menghujam kan junior miliknya sekuat-kuatnya. Hal itu membuat Kanaya hanya bisa menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara yang keras.
" Jangan pikirkan orang lain sayang, aku tidak suka. Teruslah seperti ini sayang, aku menyukainya. "
Seolah tidak merasa lelah, bukan hanya sekali tapi mereka melakukan nya berulang kalian di beberapa tempat yang mereka inginkan.
" Ya sayang, kamu hebat. "Racau Angga memuji kehebatan sang Istri.
Setelah menghabiskan beberapa jam lamanya, akhirnya Angga mulai mempercepat ritme aktivitas mereka, hingga keduanya mengakhiri semua dengan perasaan bahagia.
Keduanya terdiam mencoba menetralkan debaran jantung mereka masing-masing, Angga mencoba melupakan masalahnya sesaat meskipun nyatanya semua itu tidak muda.
" Mas, ada apa. Kenapa Melamun saja, apa masalahnya disana belum selesai. " Tanya Kanaya yang melihat gelagat suaminya yang tidak seperti biasanya.
Angga menghela nafas dan tersenyum seraya menggeleng, Ia menarik kembali Istrinya kedalam pelukannya.
Kanaya yang merasa tidak nyaman, berusaha berontak ingin turun karena ingin membersihkan diri. Namun sayang, usahanya itu justru membuatnya mengulang hal yang baru saja mereka lakukan.
Meskipun lelah namun Kanaya tetap melayani suaminya dengan baik, mereka melanjutkan aktivitas kesenangan mereka sampai terdengar Adzan Ashar berkumandang.
Kanaya langsung masuk ke kamar mandi guna untuk membersihkan diri dari sisa aktivitas mereka barusan. Kanaya mencoba tenang dan mengikuti kemana alur cerita rumah tangga mereka. Iya, Kanaya mencoba memposisikan kalau dirinyalah yang bermasalah. Apalagi di kuatkan dengan ucapan sang mertua di saat beliau sedang memarahinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
Felling istri jalan ya...
2023-10-09
0
@💞Lophe💝💗💓🤵👰
Angga mencoba melupakan kalau dia selingkuh dengan wanita lain
2023-09-05
0
@💞Lophe💝💗💓🤵👰
Angga mencoba melupakan kalau dia selingkuh dengan wanita lain
2023-09-05
0