Angga keluar setelah selesai membersihkan diri dan juga karena cacing dalam perutnya sudah meronta ingin minta jatah, apalagi setelah berolahraga selama tiga jam lamanya.
" Dari mana saja kamu Nak, dari tadi Ibu panggil- panggil tapi tidak di jawab. "
Angga langsung di sambut omelan pedas oleh Bu Aminah, beliau yang kesal karena sejak tadi hanya menunggu di depan pintu serta mendengar suara aneh yang Ia juga tau itu apa.
" Bikin capek ah oh nggak jelas, toh nggak mungkin jadi juga. " Batin Bu Aminah makin kesel.
Angga hanya tersenyum, tidak mungkin Ia mengatakan yang sebenarnya apa yang mereka lakukan di kamar. Bukan hanya itu, tidak mungkin juga Angga jujur pada Ibunya kalau dirinya pura-pura tuli karena lagi asyik naik gunung mendaki puncak himalaya.
" Di tanya bukannya jawab malah senyam senyum nggak jelas. "
Angga memanggil Bibi untuk menyiapkan makan siangnya yang tertunda.
" Dimana Naya, kenapa bukan dia yang menyiapkan makan siang untuk mu. Apa gunanya dia sebagai Istri. "
Angga menatap Ibunya bingung, sejak kapan Ibunya itu berucap ketus seperti saat ini.
" Ibu, ada apa. Apa ada masalah dengan Naya, Ibu kok ngomongnya kaya gitu. "
Bu Aminah mendengus kesal, beliau segera berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Angga yang tengah menikmati makan siangnya yang tertunda.
" Setelah makan temui Ibu di kamar, Ibu ingin bicara dengan mu. "
Angga mengangguk dan kembali melanjutkan makan siangnya, setelah makan Ia meminta Bibi untuk mengantarkan makan siang untuk Naya Istrinya, karena Ia tau kalau saat ini Istrinya itu pasti kelelahan.
Angga mengetuk pintu kamar Ibunya pelan sebelum masuk, dan tidak lama terdengar seruan dari dalam kamar.
" Masuk saja Nak, pintunya tidak di kunci. "
Angga membuka pintu pelan dan masuk, Ia melihat Ibunya yang tengah duduk di sofa dengan melipat salah satu kaki yang di tumpangkan ke kaki yang lain.
" Ada apa Bu, apa yang Ibu ingin bicarakan dengan Angga "
Bu Aminah meminta Angga untuk duduk karena tidak nyaman berbicara sambil berdiri.
" Bagaimana keadaan di kantor cabang kemarin Nak. " Tanya Bu Aminah membuka percakapan.
" Tidak ada masalah Bu, semuanya aman. "
Bu Aminah tersenyum sinis, tanpa Angga katakan pun Ia sudah tau.
" Syukurlah kalau begitu, lalu kapan kalian akan memberikan Ibu cucu. Angga, Umi tidak ingin menunggu lebih lama lagi atau kamu menikah saja dengan orang lain kalau kalian belum juga bisa mendapatkan kabar baik itu pada Ibu. "
Angga terkejut, Ia tidak suka dengan ucapan Ibunya yang selalu saja memaksa meminta cucu pada mereka .
" Ibu, harus berapa kali Angga bilang, jangan bahas masalah itu terus menerus. Sabar mungkin belum waktunya yang kuasa memberi kepercayaan itu. " Jawab Angga yang mulai tersulut emosi.
Sama halnya dengan Angga, Bu Aminah pun juga mulai tersulut emosinya karena sang Putra yang terus saja berbohong padanya, demi menutupi kenyataan yang ada.
" Belum waktunya katamu Nak, mau sampai kapan. Berapa tahun lagi yang kalian minta, sepuluh tahun lagi atau menunggu Umi tiada begitu, itu juga kalau Istri mu itu tidak mandul. " Ucap Bu Aminah berapi-api.
Ucapan Ibunya sontak membuat Angga semakin terkejut, Ia menatap penuh tanya pada wanita yang sudah melahirkan nya itu.
" Sudahlah Angga, tidak perlu kamu berusaha sembunyikan semua dari Ibu. Kamu tidak harus menutupi kekurangan Istri mu itu. Bukankah dia itu Mandul, dan sampai kapan pun, pengobatan sehebat apapun itu, Dia tetap akan Mandul, tidak akan pernah memberikan kamu keturunan sama sekali, kamu sadar nggak sih Angga. " Bentak Bu Aminah dengan suara lantang.
Angga menghela nafas berat, Ia menyenderkan tubuhnya di sofa. Bertanya-tanya dalam hati dari mana Ibunya tau akan hal itu, apa jangan- jangan surat itu bukan hilang tapi Ibunya yang sudah mengambilnya. Apa mungkin Ibunya bertanya langsung pada Dimas.
" Angga, buka matamu lebar- lebar. Kamu itu sudah di butakan oleh cinta yang bodoh, sehingga kamu tidak bisa melihat betapa besar kekurangan yang dia miliki. "
Bu Aminah mengatur nafasnya yang turun naik karena sudah terlalu emosi.
" Pokoknya Ibu tidak mau tau Angga, mau atau tidak kamu harus menikah dengan wanita lain agar bisa secepatnya memberikan Ibu cucu. Soal Naya tidak perlu kamu pikirkan, minta dia menerima wanita pilihan kita atau ceraikan dia kalau dia menolak. " Sambung Bu Aminah setelah sempat menjeda ucapannya.
Lagi lagi Angga mengusap wajahnya kasar, masalah yang Ia hadapi saat ini benar-benar hampir membuat kepalanya ingin pecah.
" Ibu, aku mohon tolong mengertilah. Beri kami waktu. "
Ingin rasanya Angga membenturkan kepalanya di dinding atau memporak-porandakan seisi kamar itu namun otaknya masih waras untuk melakukan itu.
" Mau sampai kapan Angga, bukannya kamu sudah tau jawabannya. Sampai kapan pun kalian tidak akan pernah bisa punya keturunan, kalau yang masih jadi Istrimu itu adalah Dia. "
Bu Aminah makin menggebu-gebu menyudutkan Angga dan juga Kanaya. Keinginan memiliki cucu dalam hatinya sangatlah besar, sehingga dirinya mengesampingkan kebaikan Kanaya yang lain.
" Tapi Ibu, ini bukan sepenuhnya salah Naya. Anak itu adalah rezeki, dia juga kalau bisa milih pasti tidak ingin menjadi wanita yang man....... dul. Dia wanita yang sangat baik, bahkan Ibu juga tau itu. Selama ini Dia tidak pernah berbuat sesuatu yang merugikan untuk kita, bahkan Dia selalu mengalah. Ibu, bukanlah sangat kejam kalau aku lakukan itu padanya. Ini sangat tidak adil baginya kalau aku menduakan dia dan pergi bersama wanita lain apalagi kalau sampai meninggalkannya. "
Tanpa mereka tau sejak tadi perdebatan mereka sudah di dengar oleh dua orang yang sejak tadi berdiri di depan pintu.
Bibi yang awalnya heran melihat Kanaya hanya berdiri di depan pintu kamar Bu Aminah ingin menegur, tapi dengan cepat Naya menempelkan satu jarinya ke bibirnya, meminta Bibi untuk diam.
Samar- samar Angga melihat ada orang lain di balik pintu, Ia segera melangkah keluar untuk memeriksa siapa yang ada disana.
" Angga, kamu mau kemana, Ibu belum selesai bicara. "
Angga tetap melanjutkan langkahnya, Ia bisa bernafas lega karena ternyata yang berdiri disana adalah Bibi, asisten rumah tangganya.
" Ahhh..... Alhamdulillah ternyata Bibi. Aku pikir tadi adalah Kanaya, jangan sampai Ia mendengar semuanya dan membuatnya semakin sakit hati. " Batin Angga
" Bibi, ngapain disini. Ah sejak kapan Bibi ada disini. " Tanya Angga.
Bibi yang saat ini ikut bersedih mengetahui kenyataan pahit rumah tangga majikannya, hanya mampu tersenyum miris. Senyum yang di paksakan.
" Ah maaf ini Pak, Saya baru juga berdiri disini, ini saya ingin mengganti air minum Ibu. Tadi lupa belum di ganti. " Jawab Bibi memberi alasan.
Angga hanya menjawab Oh dan memberi jalan untuk sang asisten rumah tangga. Angga segera berlari ke lantai atas mencari keberadaan Istrinya, senyum terbit di bibirnya ketika melihat Istrinya sedang duduk di samping meja rias sambil menyisir rambut hitam panjangnya yang masih basah.
" Biar Mas bantu sayang. " Angga merebut sisir di tangan Kanaya dan mengambil alih merapikan rambut Istrinya.
Kanaya menatap wajah suaminya lewat pantulan cermin, Ia tau kalau suaminya tidak sedang dalam keadaan baik.
" Ada apa Mas, apa ada masalah. " Tanya Naya hati- hati.
Angga menggeleng pelan, Ia belum siap mengatakan yang sebenarnya pada Istrinya.
" Eh sayang, apa kamu sudah makan tadi." Angga mencoba mengalihkan pembicaraan, Ia takut tidak bisa menahan diri.
Kanaya menggeleng pelan karena memang dirinya belum makan sama sekali, tadinya Ia ingin turun ke bawah untuk mengambil jatah makan siangnya yang tertunda namun Ia malah mendengarkan perdebatan hebat suami dan juga mertuanya.
" Astaghfirullah kok belum makan sayang, kamu bisa sakit kalau begini. Sebentar, biar Mas yang ambilkan. "
Angga segera turun kedapur, mencari Bibi. Angga mulai menceramahi asisten rumah tangganya karena tidak menjalankan perintahnya untuk mengantarkan makanan siang pada Kanaya Istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
astaga ibu, kenapa ngomong gitu...
2023-10-09
0
@💞Lophe💝💗💓🤵👰
Angga perhatian sekali dengan Kanaya sang istrinya dan mau mengambilkan makanan
2023-09-05
0
𝐀⃝🥀💠☃️$@l$à💖💖
duh ibu mertua udah pengen cucu sampe rela ngorbanin Kanaya... tetap sabar ya Kanaya
2023-09-04
0