Bab 4 Mungkin Belum Waktunya

Kanaya akhirnya memutuskan ke rumah sakit, semua itu Ia lakukan untuk membuktikan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa sampai Erlangga tidak jujur padanya. Padahal Ia tau kalau Dimas telah memberikan hasil tes keduanya padanya.

" Hm ada sih Dim, tapi aku rasanya tidak percaya. Kamu tau nggak kalau beberapa hari ini aku selalu merasa mual, lalu aku berpikir kenapa tidak aku periksa saja dulu. " Jawab Naya.

Diam secara diam- diam mengambil ponselnya, Ia ingin memberitahukan kedatangan Istri dari sahabatnya itu namun dengan cepat Naya melarangnya.

" Kenapa Dim, apa kamu ingin menghubungi Mas Angga. Aku mohon Dim, tolong jangan beritahu Dia. "

Dimas menatap aneh pada Istri sahabatnya itu.

" Maaf Dim, sebenarnya tadi aku ijin mau ke butik bukan kemari. Aku kemari karena merasakan kurang enak badan saja, aku nggak mau mengecewakan Mas Angga ketika tau aku berbohong. " Naya terpaksa jujur pada Dokter Dimas.

Dimas akhirnya tersenyum dan meletakkan kembali ponselnya.

" Kalian itu tidak apa apa Naya, hanya memang belum di kasih kepercayaan saja sama yang Khaliq. Jangan putus asa dan tetap berdo'a. Satu lagi, buatlah sesering mungkin agar temanku itu bisa cepat punya pasukan pemain bola. "

Mendapatkan godaan dari teman suaminya membuat Naya menjadi malu, bisa- bisanya Pria itu menyarankan agar mengadonnya sesering mungkin.

" Aish kamu ada-ada saja Dim, kalau soal itu mah sudah pasti. Lah kamu yang ngomong gitu apa belum ada calon, kasihan tuh nggak bisa ngerasain ngadon juga. "

Kanaya tertawa dalam hati, Ia bahagia karena bisa membalas sahabat dari suaminya itu.

" Aku, ah aku mah gampang. Kan di luaran sana banyak yang jual, kalau mau tinggal beli. " Sahut Dimas.

Jawaban Dimas membuat Naya terkejut, apa semua laki-laki seperti itu. Lebih betah di luaran sana dari pada mencari yang halal.

" Dasar Dokter mesum, bisa-bisanya celup sana sini. " Batin Naya.

Sementara itu Dimas ingin tertawa dalam hati melihat wajah menggemaskan Istri dari sahabatnya itu.

" Sudahlah, sekarang jadi periksa atau nggak nih. Kebetulan aku punya suntikan baru yang lebih besar, bisa di pastikan kamu akan cepat hamil kalau mau menggunakannya. "

Kanaya merinding disco mendengar ucapan Dimas, berlama-lama disini bisa- bisa membuat otaknya menjadi tidak waras.

" Ish nggak jadi deh, kalau begitu aku langsung pulang saja deh Dim. Oh ya, tolong jangan bilang ke Mas Angga kalau Aku kemari, takutnya Dia nantinya khawatir. "

Naya akhirnya pulang setelah mendengar jawaban Dokter Dimas yang berjanji untuk tidak melaporkan kedatangannya pada suaminya.

" Hish, nyesel aku datang kemari. Bisa-bisanya orang mesum itu jadi Dokter, ah jangan- jangan dulu Dia bisa sampai sekarang ini karena nyogok. Eh, eh... Kok aku malah kepo sama urusan orang lain. " Sesal Naya

Ia mengucapkan Istighfar berkali-kali sebagai rasa penyesalan, kini tujuannya adalah kembali ke rumah.

Ketika sedang menyetir ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk.

" Naya, tadi suamimu ada nelpon nanyain kamu. " Naya sedang membaca pesan dari sahabatnya Lia.

Tanpa menunggu lama Naya beralih ke mode panggilan, karena tidak memungkinkan untuknya membalas pesan sahabatnya dalam kondisi menyetir.

" Wa'alaikum salam Lia, terus apa jawaban mu. " Naya mendengarkan apa yang di katakan sahabatnya.

Ia mengangguk angguk pelan, perasaannya lega karena kedua wanita dan Pria itu mau membantunya berbohong.

" Alhamdulillah kalau begitu Lia, ini aku sudah di jalan pulang, makasih ya atas bantuannya. "

" Aku nggak apa apa, sudah ya aku tutup dulu. Ini masih sambil nyetir takut nggak fokus, terima kasih banyak atas bantuannya dan kalau ada apa-apa seperti biasa langsung kirim ke email ku saja ya. " Sambungnya lagi.

Ia meletakkan kembali ponselnya setelah pembicaraan terputus yang di akhiri dengan salam masing-masing dari keduanya.

Akhirnya naya memutuskan kembali ke rumah, meskipun kecewa karena tidak mendapatkan apa yang Ia inginkan namun hatinya sedikit lega ketika mendengar Dimas menyebutkan kalau diantara Dia dan Erlangga suaminya tidak ada masalah.

Kanaya menghela nafas, dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya agar dadanya tidak terasa sesak melihat kediaman mereka yang tidak seperti dulu, semenjak pertama kali Ia menginjakkan kaki di tempat ini.

Ia berharap setelah menikah dan pindah kerumah baru itu maka dirinya akan segera mendapatkan buah hati yang lucu- lucu, ternyata semuanya hanya hayalannya saja.

Meskipun suaminya tidak pernah menyinggung- nyinggung soal momongan, dan seolah cuek seperti lagu kang Haji yang berjudul mandul, tapi Ia pribadi tidak bisa memungkiri kenyataan kalau dirinya juga butuh kehadiran buah hati. Selain dari kesempurnaan baktinya sebagai seorang Istri, anak itu juga buat masa depan mereka. Yang kelak bisa merawat mereka dimasa tua nanti.

" Ya Allah, mungkin memang belum waktunya. Aku harus tetap berprasangka baik, semoga Allah mengabulkan niat kami semua. " Monolog Naya sebelum melangkah masuk ke dalam rumah mewah milik mereka.

Rumah hadiah pernikahan yang di belikan Angga, dan sudah menjadi atas nama Kanaya, tapi sampai sekarang Ia masih berpikir untuk apa rumah sebesar itu kalau di dalamnya rasanya masih sangat hampa tanpa hadirnya buah hati belahan jiwa yang sesungguhnya.

Kembali Naya menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah dan mengurus Ibu Aminah, di saat senggang Ia mencoba- coba keahliannya yang lain yaitu membuat desain gaun- gaun indah yang mungkin bisa di gunakan di butik miliknya.

Di tempat berbeda, Erlangga juga sedang menandatangani beberapa berkas. Rasa- rasanya berkas itu seakan tidak pernah berkurang, padahal Ia sudah dua jam duduk disana setelah sebelumnya Ia mengadakan rapat dengan beberapa investor pemegang saham lainnya.

" Bim, apa setelah makan siang masih ada agenda untukku. " Tanya Angga pada asisten pribadinya.

Bima mengecek laporan yang sudah Ia tulis di buku pentingnya.

" Sepertinya tidak ada Pak. " Jawab Bima setelah meneliti dengan benar.

Erlangga mengangguk- angguk pelan kemudian menarik tubuhnya kebelakang, bersandar pada kursi putar miliknya. Ia mencoba memejamkan mata, dan langsung terbayang wajah cantik Istrinya yang sedang tersenyum.

" Semangat kerjanya sayang, dan cepat kembali. Aku menunggumu di rumah. "

Bayangan wajah cantik dan ceria Istrinya membuat Angga menyunggingkan senyum, moodnya kembali bangkit lagi dan mulai melanjutkan aktivitasnya kembali.

" Makasih sayang, kamu memang yang terbaik. " Gumamnya pelan.

Bima memperhatikan wajah atasannya yang tadinya kusut, kini kembali ceria lagi dan Bima tau apa itu penyebabnya.

" Semoga Pak Angga dan Ibu Kanaya segera mendapatkan keturunan, mereka orang-orang baik dan saling mencintai, tapi sayang mereka belum beruntung dalam hal memperoleh keturunan. " Batin Bima memohon semoga sang dewata agung menghadirkan kebahagiaan kecil dalam rumah tangga Bos nya itu.

Bima yang sudah mempunyai bayi kembar dari pernikahannya dengan kekasihnya lima tahun yang lalu tentu tau bagaimana bahagianya ketika memiliki momongan, Ia mengajungi jempol untuk keteguhan cinta atasannya itu.

Bahkan hingga usia pernikahan yang kesepuluh tahun, tak pernah atasannya itu mengeluhkan tentang keributan rumah tangga mereka, keduanya selalu nampak adem ayem.

" Bima, apa kamu baik- baik saja. " Tanya Angga

Ia yang sejak tadi memperhatikan wajah sekertarisnya itu yang nampak bersedih, berpikir kalau sekertarisnya itu ada masalah.

" Kalau ada masalah, kamu bisa ijin pulang. Jangan pikirkan tentang pekerjaan, keluarga lebih penting. "

Mendengar ucapan Angga sekertaris Bima segera menggeleng, Ia jadi merasa bersalah karena lalai dalam tugasnya.

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ

semoga ada keajaiban buat keluarga Erlangga Kanaya...

2024-03-06

0

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

semogah aja Bim biar ta ada kata selingku ya atau nyewa rahim 🙈

2023-08-29

0

𓆩𓆪🏠⃟ ᴘᷳᴙᷫᴉᷫᴎᴄᴇ𝐀⃝🥀

𓆩𓆪🏠⃟ ᴘᷳᴙᷫᴉᷫᴎᴄᴇ𝐀⃝🥀

usaha tangga kejayaan naya, tpi klu gk bisa juga, gpp cowo bisa nikah 4🤣

2023-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kenyataan Pahit
2 Bab 2 Melakukan Kewajiban
3 Bab 3 Mencari Jawaban Sendiri
4 Bab 4 Mungkin Belum Waktunya
5 Bab 5 Ke luar Kota
6 Bab 6 Kebingungan Angga
7 Bab 7 Ucapan Adalah Do'a
8 Bab 8 Awal Malapetaka
9 Bab 9 Drama Di Balik Malapetaka
10 Bab 10 Mencari Jalan Keluar
11 Bab 11 Pokus Yang Mulai Bercabang
12 Bab 12 Perdebatan Ibu dan Anak
13 Bab 13 Berharap Ada Keajaiban
14 Bab 14 Pulang Kampung
15 Bab 15 Mulai Berbohong
16 Bab 16 Dukungan Dari Bu Aminah
17 Bab 17 Pil Ketamat Pemberian Umi
18 Bab 18 Paksaan Dari Sang Ibu
19 Bab 19 Pingsan
20 Bab 20 Masuk Rumah Sakit
21 Bab 21 Mulai Tidak Peduli
22 Bab 22 Memilih Bersama Selingkuhan
23 Bab 23 Positif Hamil
24 Bab 24 Berita Baik dan Buruk
25 Bab 25 Mencoba Kuat Demi Baby Twins
26 Bab 26 Apa Masih Pantas Di rindukan
27 Bab 27 Terlambat Ke kantor
28 Bab 28 Tanda Tangan Persetujuan
29 Bab 29 Frustasi
30 Bab 30 Aku dan Dia Berbeda
31 Bab 31 Di Larikan Ke Rumah Sakit
32 Bab 32 Tambah Kacau
33 Bab 33 Rencana Istri Muda
34 Bab 34 Di Tolong Pria Tak Di Kenal
35 Bab 35 Singa
36 Bab 36 Pilihan Yang Sulit
37 Bab 37 Angga Frustasi
38 Bab 38 Pembicaraan Mengenai Status
39 Bab 39 Jatah Terakhir
40 Bab 40 Talak Karena Amarah
41 Bab 41 Kekecewaan Seorang Ibu
42 Bab 42 Kehilangan Kerja Sama Lagi
43 Bab 43 Menanggung Malu
44 Bab 44 Kedatangan Kevin
45 Bab 45 Mencari Keberadaan Kanaya
46 Bab 46 Tidak Bisa Di Pertahankan
47 Bab 47 Menyalahkan Ibu Mertua
48 Bab 48 Wanita Di Masa Lalu
49 Bab 49 Ramuan Penyubur Kandungan
50 Bab 50 Penyakit Aneh Angga
51 Bab 51 Baby Twins
52 Bab 52 Mengetahui Kebenaran
53 Bab 53 Menyusul Ke Bogor
54 Bab 54 Usahakan Cepat Hamil
55 Bab 55 Abidzar Dan Adiba
56 Bab 56 Penyelamatan Baby Twins
57 Bab 57 Kiriman Paket Misterius
58 Bab 58 Kemarahan Asma
59 Bab 59 Tragedi Sepuluh Tahun Silam
60 Bab 60 Menculik Sang Mafia
61 Bab 61 Aksi Leony
62 Bab 62 Lionel Adriano Siregar
63 Bab 63 Kebingungan Asma
64 Bab 64 Kegilaan Albert
65 Bab 65 Janji Albert
66 Bab 66 Di Ikuti Umi Aminah
67 Bab 67 Sulit Untuk Hamil
68 Bab 68 Terkuaknya Sebuah Rahasia
69 Bab 69 Siasat Robert
70 Bab 70 Mengingat Semuanya
71 Bab 71 Syarat yang Sulit
72 Bab 72 Menantu yang di Sia- siakan
73 Bab 73 Memaksakan Jodoh
74 Bab 74 Melumpuhkan Robert
75 Bab 75 Tidak Sah
76 Bab 76 Bagaikan Langit dan Bumi
77 Bab 77 Aku Lebih Berhak
78 Bab 78 Perdebatan Angga dan Sang Istri
79 Bab 79 Memperbaiki Keadaan
80 Bab 80 Saran Asma
81 Bab 81 Syarat Yang Tidak Menguntungkan
82 Bab 82 Menunggu Jawaban Kanaya
83 Bab 83 Siasat Sean
84 Bab 84 Menemui Albert
85 Bab 85 Selamat Karena Notif
86 Bab 86 Bangun Bersama Pria Tak di Kenal
87 Bab 87
88 Bab 88 Pembantu Buat Bu Aminah
89 Bab 89 Tuduhan Erlangga
90 Bab 90 Sidang Hak Asuh Anak
91 Bab 91 Sidang Putusan
92 Bab 92 Tidak Sadarkan Diri
93 Bab 93 Ketakutan Susi
94 Bab 94 Gagal Kabur
95 Bab 95 Pembatalan kerja sama
96 Bab 96 Mencari Alasan
97 Bab 97 Ancaman Asma
98 Bab 98 Apakah Sudah Terlambat
99 Bab 99 Salah Faham
100 Bab 100 Calon Suami
101 Bab 101 Datanglah Ke Rumah
102 Bab 102 Lamaran Sean
103 Bab 103 Diam Di Kira Sakit
104 Bab 104 Persiapan Pernikahan
105 Bab 105 Pulang Kampung
106 Bab 106 Di Labrak Istri Dari Kekasih Gelap
107 Bab 107 Jodoh Adalah Cerminan Diri
108 Bab 108 Pertengkaran Dua rumah tangga
109 Bab 109 Tidak Akan Memperpanjang Masalah
110 Bab 110 Khawatir untuk yang pertama kali
111 Bab 111 Menenangkan Diri
112 Bab 112 Ungkapan Cinta Arman
113 Bab 113 Membantu Susi
114 Bab 114 Surat Dari Rumah Sakit
115 Bab 115. Mari Kita Bercerai
116 Bab 116 Meminta Dukungan mertua
117 Bab 117 Mengikhlaskan Lebih Baik
118 Bab 118 Ketakutan Asma
119 Bab 119 Kabar duka
120 Bab 120 Tidak Perlu mencari yang salah
121 Bab 121 Junior Otw
122 Bab 122 Bekerja tanpa syarat
123 Bab 123 Berdamai dengan masa lalu
124 Bab 124 Ucapan Sinis Karyawan hotel
125 Bab. 125 Ancaman Miska
126 Bab 126 Kabar Baik
127 Bab 127. Tidak tau tempat
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Pengajuan Syarat
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Kenyataan Pahit
2
Bab 2 Melakukan Kewajiban
3
Bab 3 Mencari Jawaban Sendiri
4
Bab 4 Mungkin Belum Waktunya
5
Bab 5 Ke luar Kota
6
Bab 6 Kebingungan Angga
7
Bab 7 Ucapan Adalah Do'a
8
Bab 8 Awal Malapetaka
9
Bab 9 Drama Di Balik Malapetaka
10
Bab 10 Mencari Jalan Keluar
11
Bab 11 Pokus Yang Mulai Bercabang
12
Bab 12 Perdebatan Ibu dan Anak
13
Bab 13 Berharap Ada Keajaiban
14
Bab 14 Pulang Kampung
15
Bab 15 Mulai Berbohong
16
Bab 16 Dukungan Dari Bu Aminah
17
Bab 17 Pil Ketamat Pemberian Umi
18
Bab 18 Paksaan Dari Sang Ibu
19
Bab 19 Pingsan
20
Bab 20 Masuk Rumah Sakit
21
Bab 21 Mulai Tidak Peduli
22
Bab 22 Memilih Bersama Selingkuhan
23
Bab 23 Positif Hamil
24
Bab 24 Berita Baik dan Buruk
25
Bab 25 Mencoba Kuat Demi Baby Twins
26
Bab 26 Apa Masih Pantas Di rindukan
27
Bab 27 Terlambat Ke kantor
28
Bab 28 Tanda Tangan Persetujuan
29
Bab 29 Frustasi
30
Bab 30 Aku dan Dia Berbeda
31
Bab 31 Di Larikan Ke Rumah Sakit
32
Bab 32 Tambah Kacau
33
Bab 33 Rencana Istri Muda
34
Bab 34 Di Tolong Pria Tak Di Kenal
35
Bab 35 Singa
36
Bab 36 Pilihan Yang Sulit
37
Bab 37 Angga Frustasi
38
Bab 38 Pembicaraan Mengenai Status
39
Bab 39 Jatah Terakhir
40
Bab 40 Talak Karena Amarah
41
Bab 41 Kekecewaan Seorang Ibu
42
Bab 42 Kehilangan Kerja Sama Lagi
43
Bab 43 Menanggung Malu
44
Bab 44 Kedatangan Kevin
45
Bab 45 Mencari Keberadaan Kanaya
46
Bab 46 Tidak Bisa Di Pertahankan
47
Bab 47 Menyalahkan Ibu Mertua
48
Bab 48 Wanita Di Masa Lalu
49
Bab 49 Ramuan Penyubur Kandungan
50
Bab 50 Penyakit Aneh Angga
51
Bab 51 Baby Twins
52
Bab 52 Mengetahui Kebenaran
53
Bab 53 Menyusul Ke Bogor
54
Bab 54 Usahakan Cepat Hamil
55
Bab 55 Abidzar Dan Adiba
56
Bab 56 Penyelamatan Baby Twins
57
Bab 57 Kiriman Paket Misterius
58
Bab 58 Kemarahan Asma
59
Bab 59 Tragedi Sepuluh Tahun Silam
60
Bab 60 Menculik Sang Mafia
61
Bab 61 Aksi Leony
62
Bab 62 Lionel Adriano Siregar
63
Bab 63 Kebingungan Asma
64
Bab 64 Kegilaan Albert
65
Bab 65 Janji Albert
66
Bab 66 Di Ikuti Umi Aminah
67
Bab 67 Sulit Untuk Hamil
68
Bab 68 Terkuaknya Sebuah Rahasia
69
Bab 69 Siasat Robert
70
Bab 70 Mengingat Semuanya
71
Bab 71 Syarat yang Sulit
72
Bab 72 Menantu yang di Sia- siakan
73
Bab 73 Memaksakan Jodoh
74
Bab 74 Melumpuhkan Robert
75
Bab 75 Tidak Sah
76
Bab 76 Bagaikan Langit dan Bumi
77
Bab 77 Aku Lebih Berhak
78
Bab 78 Perdebatan Angga dan Sang Istri
79
Bab 79 Memperbaiki Keadaan
80
Bab 80 Saran Asma
81
Bab 81 Syarat Yang Tidak Menguntungkan
82
Bab 82 Menunggu Jawaban Kanaya
83
Bab 83 Siasat Sean
84
Bab 84 Menemui Albert
85
Bab 85 Selamat Karena Notif
86
Bab 86 Bangun Bersama Pria Tak di Kenal
87
Bab 87
88
Bab 88 Pembantu Buat Bu Aminah
89
Bab 89 Tuduhan Erlangga
90
Bab 90 Sidang Hak Asuh Anak
91
Bab 91 Sidang Putusan
92
Bab 92 Tidak Sadarkan Diri
93
Bab 93 Ketakutan Susi
94
Bab 94 Gagal Kabur
95
Bab 95 Pembatalan kerja sama
96
Bab 96 Mencari Alasan
97
Bab 97 Ancaman Asma
98
Bab 98 Apakah Sudah Terlambat
99
Bab 99 Salah Faham
100
Bab 100 Calon Suami
101
Bab 101 Datanglah Ke Rumah
102
Bab 102 Lamaran Sean
103
Bab 103 Diam Di Kira Sakit
104
Bab 104 Persiapan Pernikahan
105
Bab 105 Pulang Kampung
106
Bab 106 Di Labrak Istri Dari Kekasih Gelap
107
Bab 107 Jodoh Adalah Cerminan Diri
108
Bab 108 Pertengkaran Dua rumah tangga
109
Bab 109 Tidak Akan Memperpanjang Masalah
110
Bab 110 Khawatir untuk yang pertama kali
111
Bab 111 Menenangkan Diri
112
Bab 112 Ungkapan Cinta Arman
113
Bab 113 Membantu Susi
114
Bab 114 Surat Dari Rumah Sakit
115
Bab 115. Mari Kita Bercerai
116
Bab 116 Meminta Dukungan mertua
117
Bab 117 Mengikhlaskan Lebih Baik
118
Bab 118 Ketakutan Asma
119
Bab 119 Kabar duka
120
Bab 120 Tidak Perlu mencari yang salah
121
Bab 121 Junior Otw
122
Bab 122 Bekerja tanpa syarat
123
Bab 123 Berdamai dengan masa lalu
124
Bab 124 Ucapan Sinis Karyawan hotel
125
Bab. 125 Ancaman Miska
126
Bab 126 Kabar Baik
127
Bab 127. Tidak tau tempat
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Pengajuan Syarat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!