Kanaya akhirnya memutuskan ke rumah sakit, semua itu Ia lakukan untuk membuktikan apa yang sebenarnya terjadi, kenapa sampai Erlangga tidak jujur padanya. Padahal Ia tau kalau Dimas telah memberikan hasil tes keduanya padanya.
" Hm ada sih Dim, tapi aku rasanya tidak percaya. Kamu tau nggak kalau beberapa hari ini aku selalu merasa mual, lalu aku berpikir kenapa tidak aku periksa saja dulu. " Jawab Naya.
Diam secara diam- diam mengambil ponselnya, Ia ingin memberitahukan kedatangan Istri dari sahabatnya itu namun dengan cepat Naya melarangnya.
" Kenapa Dim, apa kamu ingin menghubungi Mas Angga. Aku mohon Dim, tolong jangan beritahu Dia. "
Dimas menatap aneh pada Istri sahabatnya itu.
" Maaf Dim, sebenarnya tadi aku ijin mau ke butik bukan kemari. Aku kemari karena merasakan kurang enak badan saja, aku nggak mau mengecewakan Mas Angga ketika tau aku berbohong. " Naya terpaksa jujur pada Dokter Dimas.
Dimas akhirnya tersenyum dan meletakkan kembali ponselnya.
" Kalian itu tidak apa apa Naya, hanya memang belum di kasih kepercayaan saja sama yang Khaliq. Jangan putus asa dan tetap berdo'a. Satu lagi, buatlah sesering mungkin agar temanku itu bisa cepat punya pasukan pemain bola. "
Mendapatkan godaan dari teman suaminya membuat Naya menjadi malu, bisa- bisanya Pria itu menyarankan agar mengadonnya sesering mungkin.
" Aish kamu ada-ada saja Dim, kalau soal itu mah sudah pasti. Lah kamu yang ngomong gitu apa belum ada calon, kasihan tuh nggak bisa ngerasain ngadon juga. "
Kanaya tertawa dalam hati, Ia bahagia karena bisa membalas sahabat dari suaminya itu.
" Aku, ah aku mah gampang. Kan di luaran sana banyak yang jual, kalau mau tinggal beli. " Sahut Dimas.
Jawaban Dimas membuat Naya terkejut, apa semua laki-laki seperti itu. Lebih betah di luaran sana dari pada mencari yang halal.
" Dasar Dokter mesum, bisa-bisanya celup sana sini. " Batin Naya.
Sementara itu Dimas ingin tertawa dalam hati melihat wajah menggemaskan Istri dari sahabatnya itu.
" Sudahlah, sekarang jadi periksa atau nggak nih. Kebetulan aku punya suntikan baru yang lebih besar, bisa di pastikan kamu akan cepat hamil kalau mau menggunakannya. "
Kanaya merinding disco mendengar ucapan Dimas, berlama-lama disini bisa- bisa membuat otaknya menjadi tidak waras.
" Ish nggak jadi deh, kalau begitu aku langsung pulang saja deh Dim. Oh ya, tolong jangan bilang ke Mas Angga kalau Aku kemari, takutnya Dia nantinya khawatir. "
Naya akhirnya pulang setelah mendengar jawaban Dokter Dimas yang berjanji untuk tidak melaporkan kedatangannya pada suaminya.
" Hish, nyesel aku datang kemari. Bisa-bisanya orang mesum itu jadi Dokter, ah jangan- jangan dulu Dia bisa sampai sekarang ini karena nyogok. Eh, eh... Kok aku malah kepo sama urusan orang lain. " Sesal Naya
Ia mengucapkan Istighfar berkali-kali sebagai rasa penyesalan, kini tujuannya adalah kembali ke rumah.
Ketika sedang menyetir ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk.
" Naya, tadi suamimu ada nelpon nanyain kamu. " Naya sedang membaca pesan dari sahabatnya Lia.
Tanpa menunggu lama Naya beralih ke mode panggilan, karena tidak memungkinkan untuknya membalas pesan sahabatnya dalam kondisi menyetir.
" Wa'alaikum salam Lia, terus apa jawaban mu. " Naya mendengarkan apa yang di katakan sahabatnya.
Ia mengangguk angguk pelan, perasaannya lega karena kedua wanita dan Pria itu mau membantunya berbohong.
" Alhamdulillah kalau begitu Lia, ini aku sudah di jalan pulang, makasih ya atas bantuannya. "
" Aku nggak apa apa, sudah ya aku tutup dulu. Ini masih sambil nyetir takut nggak fokus, terima kasih banyak atas bantuannya dan kalau ada apa-apa seperti biasa langsung kirim ke email ku saja ya. " Sambungnya lagi.
Ia meletakkan kembali ponselnya setelah pembicaraan terputus yang di akhiri dengan salam masing-masing dari keduanya.
Akhirnya naya memutuskan kembali ke rumah, meskipun kecewa karena tidak mendapatkan apa yang Ia inginkan namun hatinya sedikit lega ketika mendengar Dimas menyebutkan kalau diantara Dia dan Erlangga suaminya tidak ada masalah.
Kanaya menghela nafas, dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya agar dadanya tidak terasa sesak melihat kediaman mereka yang tidak seperti dulu, semenjak pertama kali Ia menginjakkan kaki di tempat ini.
Ia berharap setelah menikah dan pindah kerumah baru itu maka dirinya akan segera mendapatkan buah hati yang lucu- lucu, ternyata semuanya hanya hayalannya saja.
Meskipun suaminya tidak pernah menyinggung- nyinggung soal momongan, dan seolah cuek seperti lagu kang Haji yang berjudul mandul, tapi Ia pribadi tidak bisa memungkiri kenyataan kalau dirinya juga butuh kehadiran buah hati. Selain dari kesempurnaan baktinya sebagai seorang Istri, anak itu juga buat masa depan mereka. Yang kelak bisa merawat mereka dimasa tua nanti.
" Ya Allah, mungkin memang belum waktunya. Aku harus tetap berprasangka baik, semoga Allah mengabulkan niat kami semua. " Monolog Naya sebelum melangkah masuk ke dalam rumah mewah milik mereka.
Rumah hadiah pernikahan yang di belikan Angga, dan sudah menjadi atas nama Kanaya, tapi sampai sekarang Ia masih berpikir untuk apa rumah sebesar itu kalau di dalamnya rasanya masih sangat hampa tanpa hadirnya buah hati belahan jiwa yang sesungguhnya.
Kembali Naya menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah dan mengurus Ibu Aminah, di saat senggang Ia mencoba- coba keahliannya yang lain yaitu membuat desain gaun- gaun indah yang mungkin bisa di gunakan di butik miliknya.
Di tempat berbeda, Erlangga juga sedang menandatangani beberapa berkas. Rasa- rasanya berkas itu seakan tidak pernah berkurang, padahal Ia sudah dua jam duduk disana setelah sebelumnya Ia mengadakan rapat dengan beberapa investor pemegang saham lainnya.
" Bim, apa setelah makan siang masih ada agenda untukku. " Tanya Angga pada asisten pribadinya.
Bima mengecek laporan yang sudah Ia tulis di buku pentingnya.
" Sepertinya tidak ada Pak. " Jawab Bima setelah meneliti dengan benar.
Erlangga mengangguk- angguk pelan kemudian menarik tubuhnya kebelakang, bersandar pada kursi putar miliknya. Ia mencoba memejamkan mata, dan langsung terbayang wajah cantik Istrinya yang sedang tersenyum.
" Semangat kerjanya sayang, dan cepat kembali. Aku menunggumu di rumah. "
Bayangan wajah cantik dan ceria Istrinya membuat Angga menyunggingkan senyum, moodnya kembali bangkit lagi dan mulai melanjutkan aktivitasnya kembali.
" Makasih sayang, kamu memang yang terbaik. " Gumamnya pelan.
Bima memperhatikan wajah atasannya yang tadinya kusut, kini kembali ceria lagi dan Bima tau apa itu penyebabnya.
" Semoga Pak Angga dan Ibu Kanaya segera mendapatkan keturunan, mereka orang-orang baik dan saling mencintai, tapi sayang mereka belum beruntung dalam hal memperoleh keturunan. " Batin Bima memohon semoga sang dewata agung menghadirkan kebahagiaan kecil dalam rumah tangga Bos nya itu.
Bima yang sudah mempunyai bayi kembar dari pernikahannya dengan kekasihnya lima tahun yang lalu tentu tau bagaimana bahagianya ketika memiliki momongan, Ia mengajungi jempol untuk keteguhan cinta atasannya itu.
Bahkan hingga usia pernikahan yang kesepuluh tahun, tak pernah atasannya itu mengeluhkan tentang keributan rumah tangga mereka, keduanya selalu nampak adem ayem.
" Bima, apa kamu baik- baik saja. " Tanya Angga
Ia yang sejak tadi memperhatikan wajah sekertarisnya itu yang nampak bersedih, berpikir kalau sekertarisnya itu ada masalah.
" Kalau ada masalah, kamu bisa ijin pulang. Jangan pikirkan tentang pekerjaan, keluarga lebih penting. "
Mendengar ucapan Angga sekertaris Bima segera menggeleng, Ia jadi merasa bersalah karena lalai dalam tugasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
semoga ada keajaiban buat keluarga Erlangga Kanaya...
2024-03-06
0
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
semogah aja Bim biar ta ada kata selingku ya atau nyewa rahim 🙈
2023-08-29
0
𓆩𓆪🏠⃟ ᴘᷳᴙᷫᴉᷫᴎᴄᴇ𝐀⃝🥀
usaha tangga kejayaan naya, tpi klu gk bisa juga, gpp cowo bisa nikah 4🤣
2023-08-22
0