Malam yang awalnya penuh dengan kesedihan, berakhir dengan malam yang panas penuh dengan *******. ntah sudah berapa kali mereka mendaki puncak tertinggi himalaya dan akhirnya tumbang bersama- sama karena rasa lelah dan juga kepuasan tiada tara yang mereka rasakan.
Erlangga berharap akan ada keajaiban dari usaha yang mereka lakukan malam ini, Ia menatap wajah cantik Istrinya yang tidur dalam damai setelah bersusah payah melayani dirinya berkali- kali.
" Aku mencintai mu, sampai kapan pun dan akan tetap mencintai mu. Meskipun seumur hidup dirimu dalam kemandulan, aku akan tetap mencintai mu. " Monoloq Erlangga menatap wajah cantik Istrinya.
Karena ngantuk dan juga merasa lelah akhirnya Erlangga pun ikut masuk dalam selimut yang sama, Ia memeluk tubuh Istrinya, keduanya masuk dalam mimpi yang indah, untuk sesaat mereka melupakan semua masalah yang terjadi.
Seperti biasa, Kanaya yang memang sudah terbiasa bangun pagi sebelum adzan subuh perlahan mulai membuka mata. Ia tersenyum ketika melihat suaminya yang sedang memeluknya, perlahan Ia memindahkan tangan kekar itu yang masih mendekap tubuhnya.
" Mas, apa Mas masih akan tetap memperjuangkan hubungan ini kalau nanti ternyata hasil tes itu membuktikan kalau ada di antara kita yang bermasalah. Hati kecilku mengatakan kalau memang ada masalah yang kamu tutupi. Mas, kalau ternyata itu benar dan semua masalahnya ada padaku, aku ikhlas untuk melepaskan mu, asalkan kamu bahagia Mas. Tapi kalau masalah itu ada padamu, Aku berjanji akan tetap mendampingi mu sampai maut memisahkan kita. " Monoloq Kanaya.
Ia segera berlari ke kamar mandi karena takut suaminya tiba-tiba bangun dan melihatnya menitikkan air mata, pasti suaminya akan bersedih melihat Ia bersedih.
Kanaya mengguyur tubuhnya di bawah shower, membersihkan setiap lekuk lekuk tubuhnya agar tidak tersisa sedikit pun aktivitas panas mereka beberapa jam yang lalu.
Seperti biasa Ia segera menunaikan kewajibannya pada sang Khaliq, disana Ia bisa mengadukan semua kegundahan hatinya.
Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Kanaya segera berganti pakaian dan turun kelantai dua, dimana dapur berada. Sudah menjadi kebiasaan nya menyiapkan sarapan untuk suami dan juga Ibunya.
" Bi Nur, sarapan pagi ini kita mau bikin apa. " Tanya Kanaya ketika tiba di dapur.
" Eh Nyonya, kok sudah bangun jam segini. ini loh Nya, Bibi mau bikin nasi kuning, ikannya ada ikan gabus sama telur di masak merah sama balado, gimana menurut Nyonya. "
Kanaya tersenyum ramah, masakan itu adalah makanan kesukaan Ibu mertuanya. Maklum sang Ibu adalah keturunan dari pulau Borneo, jadi selalu suka dengan ikan gabus masak merah. Makan dengan nasi kuning, disantap selagi hangat pasti Ibunya akan merasa senang.
" Apa bumbunya sudah di olah Bi. " Tanya Kanaya lagi.
" Belum Nyonya, ini Bibi lagi kupas bawang. Cabe merah gedenya sudah Bibi rebus dan rendam itu tinggal di haluskan nanti sama bumbu yang lain. " Jawab Bi Nur sambil tangannya tetap melanjutkan aktivitasnya.
" Ya sudah Bi, Bibi fokus goreng saja ikan gabusnya itu takut gosong, nanti ini biar Aku saja. "
Bi Nur ingin menolak karena merasa nggak nyaman, namun Ia tahu watak majikannya itu. Akhirnya Bibi pun melepaskan apa yang di kerjakan saat ini dan fokus pada gorengan serta mengupas telur yang sebelumnya sudah di rebus.
Setelah selesai menata semua hidangan di atas meja, Kanaya mengetuk pintu kamar Ibu mertuanya seperti biasa.
" Assalamu'alaikum Ibu. " Kanaya mengucapkan salam sembari mengetuk pintu pelan.
Tidak lama terdengar jawaban dari dalam, menandakan kalau sang penghuni kamar itu sudah bangun. Ia membuka pintu yang memang tidak di kunci.
" Ibu, sarapan sudah siap. Kanay dan Bibi Nur buat nasi kuning sama ikan gabus masak merah kesukaan Ibu. Mau Kanaya bantu, Ibu mau langsung ke bawah atau mau mandi dulu. "
Ini adalah rutinitas Kanaya setiap harinya, Ia memang memutuskan untuk berhenti berkarir di kantor yang banyak menyita waktu. Tapi bukan berati Kanaya tidak bekerja, Ia punya butik yang cukup terkenal di kalangan sosialita namun semua Ia percayakan pada orang- orang kepercayaannya. Dirinya hanya memantau dari rumah saja atau sekali- kali mengunjungi butik kalau memang mengharuskan dirinya untuk datang kesana.
Ia ingin berkonsentrasi untuk mendapatkan buah hati dan juga merawat Ibu mertuanya yang sudah berusia senja.
" Erlangga sudah bangun belum Naya. " Tanya Ibunya.
" Oh, Kanaya belum lihat Mas Erlangga, setelah Ibu siap baru Kanaya ke kamar. "Jawab Kanaya lembut.
Ibu Aminah menatap wajah menantunya, Kanaya adalah menantu yang baik dan bisa di bilang, menantu idaman. Namun itu saja tidaklah cukup bagi seorang Aminah yang sangat menginginkan seorang cucu untuk penerus keturunan Wardhana.
" Sudah Naya, kamu bangunkan Erlangga saja. Ibu bisa sendiri, bilang padanya Ibu ingin sarapan bersama. "
Mendengar ucapan Ibu mertuanya, Kanaya tidak langsung pergi, Ia masih menghawatirkan kondisi Ibu mertuanya itu.
" Apa Ibu tidak apa-apa kalau Naya tinggal sendiri. Mas Erlangga pasti sudah bangun, biar Kanaya bantu Ibu saja ya !. " Bujuk Kanaya namun Ibu mertuanya menggeleng sebagai jawaban.
Akhirnya Kanaya pun mengalah, Ia keluar dari kamar Ibu mertuanya meskipun dengan hati was-was.
Krek ! Bunyi pintu di buka oleh Kanaya.
Ia langsung tersenyum melihat sang suami yang nampak kesulitan memasang dasi, tanpa menunggu diminta Kanaya segera melakukan tugasnya yaitu dengan memasangkan dasi suaminya dengan benar.
" Ehm- ehm jangan terlalu dekat-dekat sayang, bisa- bisa kita ulangi satu ronde lagi seperti malam tadi. " Goda Erlangga pada Kanaya yang sedang serius memperbaiki dasi suaminya.
Kanaya mengibaskan tangannya di depan wajah suaminya, Ia heran dengan pikiran mesum suaminya. Selalu ************ saja yang di bahas kalau sudah berdua.
" Jangan ngawur Mas, di bawah Ibu sudah nungguin mau sarapan bareng. Bibi tadi masak nasi kuning sama lauk ikan gabus masak merah, yuk buruan sayang. Jangan biarkan Ibu terlalu lama menunggu kita. "
Kanaya menjauh mengambilkan sepatu untuk sang suami dan memakaikannya. Erlangga menatap wajah cantik Istrinya yang selalu telaten mengurus dirinya dan juga Ibunya itu, tidak pernah terdengar bibirnya mengeluh meskipun terkadang tingkah Ibunya seperti anak kecil.
" Sudah, biar Mas saja. Apa kamu tidak lelah mengerjakan semua hal seperti ini. " Erlangga menarik kakinya dan bermaksud memakai sendiri sepatunya.
Kanaya menatap wajah suaminya, seperti biasa Erlangga tidak bisa berkata melihat wajah teduh Istrinya.
" Nggak apa apa sayang, aku tidak lelah sama sekali. Ini kan sudah tugas ku untuk memastikan kalau penampilan Mas sudah rapi atau belum, justru kalau aku melewatkannya akan terasa aneh bagiku Mas. Sudah, Mas cukup diam dan.......... sudah selesai. "
Kanaya langsung berdiri setelah selesai memasang sepatu suaminya, Erlangga menghadiahi ciuman di kening Istrinya dengan tatapan penuh cinta.
" Tetaplah menjadi bidadari dihatiku sayang, meski apapun yang terjadi. Jangan pernah berubah atau berpikir untuk pergi menjauh dari hidupku karena aku tak pernah bisa hidup tanpa mu. " Batin Erlangga.
Kanaya hanya bisa memejamkan mata, menikmati ciuman kasih sayang dari Pria yang sangat Ia cintai itu.
" Mas, sampai kapan Mas akan mencium ku. Kapan kita makannya kalau begini, kasihan Ibu, Ayo kita turun. "
Erlangga pun tersenyum dan menggandeng tangan Istrinya untuk turun kebawah, hatinya benar-benar bahagia pagi ini. Istri cantiknya selalu bisa menjadi moodboosternya di pagi hari sebelum melakukan aktivitas nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ely
hadir thor
2024-04-15
1
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
kasian ini Kanaya nanti gimana kalo belom juga 🤰🏻🧐🤔🤔
2024-01-24
0
𓆩𓆪🏠⃟ ᴘᷳᴙᷫᴉᷫᴎᴄᴇ𝐀⃝🥀
ikutan sedih deh, gpp kanaya
2023-08-22
0