Benar saja, wajah Ibu Aminah nampak begitu nampak berseri- sering ketika menikmati sarapan kesukaannya. Hal itu menandakan kalau sarapan pagi ini benar-benar sangat enak di lidah beliau.
" Ini enak banget Bi, Ibu jadi ingat masa- masa dulu waktu masih di banjarmasin. Setiap pagi Ibu bisa sarapan dengan nasi kuning, karena hampir tiap warung itu ada yang jual nasi seperti ini, tapi kalau disana selalu di bungkus, sedangkan disini Ibu bisa bebas nambah sepuasnya. " Bu Aminah tersenyum lebar.
Bi Nur, Kanaya dan juga Erlangga saling pandang. Mereka juga ikut tersenyum bahagia melihat wanita yang sangat di hormati di dalam rumah besar itu tertawa renyah.
" Iya Ibu, kalau Ibu mau Kanaya bisa buatkan nasi kuning ini setiap paginya untuk Ibu. Sekarang Ibu mau nambah lagi tidak biar Naya ambilkan. "Tawar Naya yang sudah siap ingin menyendok nasi kuning untuk Ibu mertuanya.
Bu Aminah langsung menolak karena sekarang perutnya sudah merasa kenyang, wanita itu sudah nambah sebanyak dua kali.
" Nggak usah Naya, ini sudah cukup. " Tolak Bu Aminah.
Akhirnya Erlangga dan juga Kanaya melanjutkan sarapannya sampai selesai, Kanaya mengantarkan suaminya sampai depan rumah dan menciumnya sebelum berangkat. Begitulah rutinitas yang sudah biasa Ia lakukan.
" Sayang, hari ini boleh nggak kalau aku pergi ke butik. Tadi Lia ada kirim pesan katanya ada yang harus di bicarakan, ada beberapa pelanggan yang memesan dalam jumlah besar tapi harus menunggu persetujuan dariku. Boleh nggak Mas, sebentar saja kok, kalau urusannya sudah kelar aku pasti langsung pulang. "
Erlangga tersenyum melihat wajah menggemaskan Istrinya, kalau sudah begini Ia tidak akan mungkin tega melarang keinginan Istrinya itu.
" Baiklah, pergilah sayang tapi ingat tetap hati-hati. Kalau sudah selesai langsung pulang, dan kalau ada apa-apa langsung hubungi Mas ya. " Erlangga menoel hidung mancung Istrinya.
Kanaya tersenyum senang, Ia bergelayut manja di lengan suaminya
" Makasih sayang ku, siap bos. Istri mu ini akan selalu hati-hati, ya sudah buruan berangkat takut terlambat. " Kanaya mengantarkan suaminya sampai ke mobil.
Ia melambaikan tangannya mengiringi kepergian suaminya.
" Dah sayang, kerja yang semangat dan cepatlah kembali. Aku menunggu mu di rumah. " Ucap Kanaya dengan senyum mengembang di bibirnya.
Kanaya bergegas masuk setelah mobil yang di kendarai suaminya menghilang di balik tikungan jalan. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih rapi dan sopan ketika akan keluar rumah. Mengambil tas, ponsel dan juga kunci mobil miliknya beserta bar@ng berharga yang sekiranya di perlukan.
" Bi Nur, Aku ke butik sebentar dan sudah ijin sama Mas Erlangga. Tolong Bibi jaga Ibu ya selama Aku tidak ada, kalau Ibu tanya bilang saja Aku pergi ke butik sebentar. Oh ya, kalau ada apa-apa tolong telpon saja ya, jangan tunggu lama- lama. "
Setelah berpamitan Kanaya langsung menuju garasi, dimana tempat mobilnya terparkir rapi.
" Bismillah, semoga semuanya lancar. " Gumam Kanaya sembari menghidupkan mesin mobilnya.
Mobil melaju meninggalkan kediaman Wardhana. Di perjalanan Kanaya tiba-tiba dilema, semua yang Ia rancang dengan mantap sebelumnya tiba-tiba buyar.
" Apa aku ke rumah sakit saja dulu, ah tidak. Ke butik sajalah dulu, setelah itu baru aku ke rumah sakit " Gumam Kanaya.
Akhirnya Ia memutar tujuannya, setibanya di butik Ia di sambut dengan heboh oleh para karyawan yang memang sudah sangat merindukannya.
Kanaya memang adalah tipe bos yang sangat baik pada semua karyawan, itu sebabnya Ia di cintai semua karyawannya disana.
Setelah cipika-cipiki dan juga acara heboh hebohannya, Kanaya memanggil Lia untuk masuk ke ruangannya.
" Ada apa Naya, apa ada yang serius atau apa laporan yang aku kirimkan salah. "
Lia mendadak parno sendiri, soalnya Ia merasa tidak ada masalah atau kendala di butik mereka, semua bahkan bisa di kategorikan lancar.
" Tidak, tidak. Semuanya aman kok Lia, aku hanya ingin minta tolong padamu saja. "
Aulia akhirnya bisa bernafas lega karena ternyata masalahnya tidak semenakutkan seperti yang Ia duga.
Kanaya mengutarakan apa maksudnya pada orang kepercayaannya sekaligus sahabat terbaiknya itu
" Baiklah Naya, tenang saja semuanya akan aman. Tapi apa benar kamu tidak apa-apa, apa perlu aku antar, aku takut kamu kenapa-kenapa. "
Kanaya tersenyum seraya menggeleng pelan, bisa-bisanya sahabatnya itu menghawatirkan dirinya sedemikian rupa.
" Aku tidak apa-apa, aku bisa pergi sendiri. Oke makasih dan jangan lupa ya. " Kanaya kembali ke mobilnya
Ia melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah sakit, hari ini Ia sudah bertekad untuk mengetahui hasil cek kesuburan keduanya pada beberapa waktu lalu.
Kanaya langsung memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk menemui Dokter Dimas, Dokter keluarga Wardhana.
" Saya ingin bertemu Dokter Dimas dan juga sudah buat janji sebelumnya, mohon maaf apa beliau ada di ruangannya. " Tanya Kanaya langsung pada resepsionis.
Suster mengangguk sebagai jawaban, karena memang Dokter yang di maksud kebetulan ada di tempat.
" Ada, mari saya antar. " Tawar Suster itu.
" Tidak perlu Sus, saya bisa jalan sendiri, terima kasih. "
Kanaya segera melenggang ke ruangan Dokter Dimas, Ia mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk.
Tok tok tok ! Hanya ketukan pintu tanpa suara.
" Masuk. " Jawab suara dari dalam.
Kanaya membuka pintu dan masuk dengan perlahan, Dimas terkejut melihat siapa yang datang.
" Kanaya. " Batin Dimas.
" Hai Dimas, maaf mengganggu. "
Dimas tersenyum seraya
mempersilahkan Istri dari sahabatnya itu untuk duduk, Ia berusaha menutupi keterkejutannya.
" Hai juga, silahkan duduk. "
Kanaya mengangguk pelan dan duduk pada kursi tepat di depan Dokter Dimas.
" Ada apa Naya, kok tumben tiba-tiba kemari. Kamu kemari sama siapa, Erlangga mana. " Dimas langsung menodong Kanaya dengan berbagai macam pertanyaan.
Kanaya masih dengan senyum khasnya apalagi ketika melihat Dimas menoleh ke arah pintu masuk, Ia masih mengira kalau dirinya datang bersama Erlangga suaminya.
" Aku kesini sendirian Dim, tapi sudah ijin kok sama Mas Erlangga. " Jawab Kanaya.
Dimas mengangguk angguk pelan, Ia kemudian bertanya perihal kedatangan Istri dari temannya itu.
" Dim, sebenarnya aku kemari ingin memeriksa, memeriksa. .... Siapa tau ada kabar baik. Soalnya sudah beberapa hari ini aku merasa tidak enak badan dan suka mual tanpa sebab setiap kali mencium sesuatu yang menyengat. Aku ingin memeriksanya Dim, siapa tau aku hamil. Ini akan jadi hadiah terbesar untuk Mas Erlangga dan juga Ibu. "
Raut wajah Dimas langsung berubah karena jantungnya yang tiba-tiba berdegub kencang.
" Ada apa Dim, kenapa wajahmu pucat seperti itu. Sudah kaya habis lihat hantu saja, kenapa. ? Apa kamu tidak ingin melihat Istri dari sahabat mu ini bahagia. " Kanaya mengerucutkan bibirnya pertanda Ia sedang kecewa.
Dimas menatap wajah Kanaya, mencoba memastikan satu hal.
" Bukan begitu Naya, hanya saja aku... Aku bingung harus ngomong apa. "
Dimas bingung harus bersikap bagaimana saat ini.
" Ada apa sebenarnya Mas Dimas, apa yang membuat mu bingung. Katakan saja padaku ada apa sebenarnya. " Kanaya terus mendesak Dimas agar mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
Dimas menghela nafas berat, sungguh Ia sulit untuk mengatakan hal yang begitu rumit itu.
" Apa Erlangga belum mengatakannya padamu mengenai hasil tes kalian berdua beberapa hari yang lalu. " Tanya Dimas.
Kanaya mulai memutar otaknya mencari cara agar Ia bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
Kanaya kamu harus nyiapin hati harus kuat dan tegar
2024-01-24
1
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
Kanaya pasti syok mendengar kenyataan nya
2023-08-22
8
✅k⃟K⃠S⃟S⃟F Ica agustin
moga ada keajaiban buat kanaya
2023-07-26
7