"LEPASKAN!" teriak Yuna. Bahkan ketika mereka sudah sampai di depan mobil.
Jimin melihat bosnya itu dengan wajah ambigu,"Jimin, kamu kembali saja ke kantor. Biar saya mengurus calon istri saya yang nakal ini."
"Baik Tuan," ujar Jimin dengan senyum tipisnya seraya memberikan kunci mobil.
Jungkook mulai menurunkan Yuna dari gendongan yang bisa saja membuat bahunya sakit.
"Sialan !" sentak Yuna sambil merapihkan seragam serta rambutnya.
"Ikut dengan saya, kita pulang." ujar Jungkook membukakan pintu mobil untuk Yuna.
"Tidak!"
"Jangan membantah apa yang saya katakan Yuna jika kamu tidak ingin satu sekolahanmu tahu siapa saya ini." ujar Jungkook.
"Oh, mengancam?"
"Saya sudah lelah dengan sikap kamu yang seperti ini. Jika ada masalah jelaskan secara baik-baik, jangan membuat saya kebingungan. Malam it-" belum juga Jungkook mengatakan keseluruhan, Yuna malah menyumpal mulut Jungkook dengan tisu bekas.
"Jangan ulangi perkataan itu, Anda tidak tahu apa yang saya alami. Anggap saja itu pertama dan terakhir kalinya. Anda juga tidak harus menikah dengan saya karena Anda tahu saya tidak mencintai Anda, itu semua hanya kecelakaan. Hubungan ini juga bukan takdir melainkan rekayasa." ujar Yuna seraya pergi dari hadapan Jungkook yang masih mematung.
Tidak tinggal diam begitu saja, Jungkook berlari menghampiri Yuna kemudian menarik pergelangan tangannya. Memaksa wanita di hadapannya itu untuk masuk kedalam mobil.
"Saya mohon, pulang."
"Saya tidak ingin di apartement itu. Banyak orang juga yang menyangka bahwa saya itu simpanan, bahkan mereka terus bergosip."
Jungkook kini paham kenapa Yuna ingin pulang ke rumahnya, alasannya ia tidak nyaman karena banyak orang yang bergunjing.
"Mari ikut..."
Pada akhirnya Yuna pasrah, ia masuk kedalam mobil dengan wajah di tekuk.
Sepanjang perjalanan Yuna sempat ingin bertanya, kemanakah Jungkook membawanya pergi?
"Kenapa?" tanya Jungkook yang sadar bahwa dalam pikiran Yuna terdapat banyak pertanyaan.
"Saya akan jelaskan ketika kita sampai nanti."
Jalan yang di lalui berbeda, mulai memasuki jalan yang asing bagi Yuna bahkan ia tidak tahu kemana tujuannya. Hingga jalan panjang itu berakhir pada gerbang yang menjulai tinggi. Ketika Jungkook menempelkan sidik jarinya, gerbang itu mulai terbuka dengan sendiri.
Jujur saja, Yuna merasa takjub dengan hal seperti itu. Apa Jungkook mempunya rumah rahasia?
Tibalah pada air mancur yang berada tepat di depan rumah yang memiliki arsitektur luar biasa.
"Saya akan pergi ke belakang, kamu bisa pergi lebih dulu ke dalam. Di dalam tidak ada siapapun, jadi kamu bisa nyaman." ujar Jungkook seraya pergi begitu saja berlarian ke arah belakang.
Yuna mulai membuka pintu mobil, melangkahkan kakinya secara perlahan masuk kedalam.
"Ini luar biasa.." gumam Yuna sambil menyentuh tembok yang berwarna emas.
Banyak sekali lukisan di dinding, sentuhan tembok yang halus, pilar-pilar yang tinggi. Bahkan ada...
"Kenapa fotoku ada di sini?" tanya Yuna bingung sembari mengerutkan dahinya.
"Sedang apa?" tanya Jungkook dari belakang ketika Yuna mulai meraba foto tersebut.
"Kenapa ini ada di sini, dan siapa anak laki-laki itu?" tanya Yuna.
Jungkook terdiam, dalam hati ia ingin sekali mengatakan..
"Lupakan saja," ujar Jungkook yang tidak mau memperpanjangnya.
Yuna masih menunggu jawaban dari Jungkook seakan ada rahasia yang di simpan oleh laki-laki itu.
"Aku bertanya dengan baik, tolong jawab!"
"Tanyakan saja pada hatimu dan pikiranmu itu, siapakah dia?" jawab Jungkook.
"Menyebalkan!"
Yasudah, Yuna juga tidak terlalu ingin tahu. Tapi Yuna seakan tidak asing dengan anak itu, apa Yuna mengenalnya dulu? Perasaan Yuna hanya mengenal Haruto saja sebagai sahabat laki-lakinya.
"Duduk, malam ini dan seterusnya kamu akan tinggal di sini. Saya akan pastikan tidak ada yang menggunjing atau mengganggumu di sini. Pelayan di sini hanya akan datang pada dini hari kemudian pulang pada pagi hari, jadi kamu tidak akan merasa apapun lagi." ujar Jungkook.
Yuna mengangguk, siapa yang akan menolak jika tinggal di mansion megah seperti ini?
"Tapi barang-barangku?" tanya Yuna.
"Jimin yang akan membawanya, dan tenang saja. Ada pelayan wanita juga yang membenahi barangmu." ujar Jungkook yang membuat pipi Yuna memerah.
"Kamarmu ada di lantai atas, sebelah kanan." ujar Jungkook.
"Baik," ujar Yuna sembari menyeruput kopi yang di buat oleh Jungkook.
Yuna berjalan ke lantai atas, namun ia tidak ingat kamar mana yang di sebutkan oleh Jungkook.
"Emm, sepertinya kiri..?" ujar Yuna sambil berpikir.
Ketika masuk, Yuna sedikit aneh. Kamar miliknya itu malah beraroma maskulin.
"Hemm. Apa memang begini?" bingung Yuna.
"Baiklah. Masuk saja ke kamar mandi, badanku sudah lengket sekali." ujar Yuna.
Yuna meloroti seluruh pakaiannya di tepi ranjang, kemudian berjalan ke kamar mandi.
Sekitar lima menit, Yuna selesai mandi. Ia memakai anduk yang ada di sana, lalu keluar dengan rambutnya yang basah.
Cekrek!
"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Jungkook.
"Bukankah ini kamarku?" tanya Yuna.
"Harusnya aku yang bertanya bukan?" sambung Yuna.
Jungkook menghela napas. Matanya tidak bisa berbohong bahwa ia melihat tubuh Yuna dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Kamu bisa memiliki kamar ini jika mau," ujar Jungkook yang kemudian pergi tanpa mempermasalahkannya.
Namun, Yuna tersadar bahwa apa yang ia lakukan pada Jungkook selama ini sangatlah kekanak-kanakan.
"Jungkook!" panggil Yuna.
Langkah kaki Jungkook terhenti,"Iya, ada apa?"
Perlahan Yuna berjalan kedepan. Kedua tangan Yuna mulai memeluk erat tubuh Jungkook dari belakang.
"Ada apa? Jika tidak ada masalah aku akan keluar." ujar Jungkook.
Yuna terdiam, ia kemudian menggeleng."Aku minta maaf atas sikapku kepadamu, kamu juga tahu bahwa aku hanyalah anak kecil."
"Iya aku tahu, aku juga tidak masalah dengan semua itu. Kamu bisa melakukan apapun, ini adalah salahku yang sudah memaksamu. Aku tahu bahwa kamu tidak ingin di jodohkan seperti ini." ujar Jungkook.
"Aku juga tahu bahwa.."
Yuna melepaskan pelukan Jungkook."Kenapa?" tanya Jungkook membenarkan posisinya menjadi berhadapan.
"Aku minta maaf," ujar Yuna.
Jungkook terdiam membisu,"Tidak masalah."
Ketika Jungkook hendak melangkahkan kakinya kembali, dengan sigap Yuna mengecup pipi Jungkook lembut.
"Terimakasih karena sudah mau memaafkanku." ujar Yuna sambil tersenyum.
Jungkook terdiam dengan pipi yang merah merona."Apa maksudnya ini? Jika kamu tidak memiliki perasaan jangan mempermainkannya."
Perlahan Yuna membuka handuk yang menutupi tubuhnya itu, tapi Jungkook menutupnya kembali.
"Kenapa?"
"Jangan lakukan hal itu jika terpaksa, lagi pula kamu belum menerimaku. Nanti kamu akan menghindar karena menganggap ini sebagai pelecehan." ujar Jungkook.
Yuna menggeleng,"Bagaimana kalau aku sudah jatuh cinta kepadamu?" tanya Yuna.
"Misimu berhasil. Aku sudah jatuh cinta, tepat pada akhir bulan ini. Aku mengatakannya dengan serius." ujar Yuna.
Jungkook bingung. Antara senang atau sedih menerimanya. Ia masih takut Yuna akan berubah kembali.
Yuna mulai membuka kancing baju Jungkook satu persatu, hingga tangan Jungkook menghentikannya.
"Aku sudah tidak tahan!" pekik Jungkook menarik pergelangan tangan Yuna, kemudian melemparkan tubuh Yuna dengan kasar ke atas ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments