Hari yang cerah dimana seharusnya Yuna harus berangkat ke sekolah. Tapi yang menjadi permasalahnnya adalah Yuna tidak bisa pergi ke mana-mana karena ia tidak membawa uang sepeser pun. Sedangkan sejak malam, Jungkook belum juga kembali sampai malam ini.
"Yuna, Yuna, kenapa kamu harus mengatakan itu kepada Jungkook. Lihatlah, sekarang kamu yang kesusahan!" pekik Yuna sendiri.
Hingga Yuna mendengar ada suara pintu di buka. Dengan secepat kilat ia beranjak dari tempat tidur kemudian berlarian kearah pintu.
"Jungkook, dari mana saja kamu?" tanya Yuna dengan nada yang lembut.
"Ini, seragam dan perlengkapanmu sekolah. Hari ini Jimin yang akan mengantarmu ke sekolah." ujar Jungkook yang membawa keperluan Yuna.
"Dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Yuna yang kebingungan.
"Jangan-jangan kamu mempunyai kunci cadangan rumahku ya?!" tanya Yuna dengan mata terkejut.
"Tentu, karena kedua orang tuamu yang menitipkannya. Sekarang kamu pergi bersiap, sepuluh menit lagi Jimin akan kemari."
"Tapi sepuluh menit!"
"Cepat atau kamu harus mengenakan baju tidur ke sekolah," ujar Jungkook yang berjalan kearah dapur.
"Menyebalkan!"
Yuna berjalan sambil menghentakkan kakinya ke lantai, suaranya terdengar nyarin di telinga Jungkook. Itu menganggung sekali.
"Yuna, kamu ingin bangunan ini rubuh hah!"
"Cerewet!"
Sekitar sepuluh menit sudah berlalu, tibalah Jimin di depan pintu apartement.
"Masuklah, minum kopi sebelum berangkat." ujar Jungkook pada Jimin.
Yuna dengan seragam rapi nya keluar dari kamar, berjalan kearah dapur yang berdekatan dengan pintu. Dengan mata kepalanya sendiri Yuna melihat Jungkook yang sangat perhatian dengan Jimin.
"Kalian, sepasang kekasih?" tanya Yuna dengan mimik wajah ambigu.
Jungkook dan Jimin terbelalak karena pertanyaan Yuna barusan.
"Kamu memikirkan hal yang tidak mungkin Yuna, memangnya kamu mau memiliki suami yang mencintai laki-laki?" tanya Jungkook.
"Ya kalau itu kamu aku tidak masalah, kamu juga bukan siapa-siapaku kan?" ujar Yuna yang kemudian mengenakan sepatu lalu pergi keluar.
"Tuan, apakah Nona Yuna akan salah paham?"
"Biarkan, dia juga tidak menganggapku bukan? Tolong jaga dia. Dan berikan data orang itu kepadaku di kantor hari ini juga, aku akan membuat dia menyesali perbuatannya itu seumur hidupnya."
"Baik Tuan."
Jimi keluar, menyusul Yuna yang sudah dulu berada di samping mobil.
"Mari Nona." ujar Jimin membuka kan pintu kepada Yuna.
"Jimin, kalau kamu menyukai dia kenapa tidak ambil saja? Jujur saja kalian cocok, aku tidak keberatan."
Perkataan Yuna membuat Jimin terkikik,"Tidak mungkin Nona, Tuan hanya menyukai Anda seorang."
"Hah? Hanya perjodohan gila. Itu saja, 30 hari lagi aku akan memutuskan perjodohan ini." ujar Yuna pada Jimin.
"30 hari? Nona jangan melak-"
"Kamu tidak ada hak ya Jimin, kamu pasti akan membela bos mu bukan? Dari pada aku. Coba berada di posisiku, apa kamu akan menerimanya begitu saja. Pasti tidak kan? Baik berangkat saja, tidak ada gunanya membicarakan dia." ujar Yuna dengan sinis.
Selama lima belas menit perjalanan menuju sekolah, akhirnya Yuna sampai juga di depan gerbang sekolahnya yang megah.
"Terimakasih Jimin, tapi sepertinya tidak perlu menjemputku." ujar Yuna.
"Tap-"
"Jangan bilang dia menyuruhmu untuk menjemputku, tidak!"
"Nona."
"Selamat tinggal!"
Yuna berjalan dengan gembira, saatnya melupakan kejadian yang buruk itu. Sejujurnya Yuna adalah gadis yang bisa menerima kesalahan laki-laki yang ia cintai, termasuk Sunoo misalnya.
"Haru, apa kamu melihat Sunoo?" tanya Yuna ketika sampai di kelas Sunoo.
Kening Haru mengerut,"Yuna, apa kamu tidak tahu kalau Sunoo sekarang tidak bersekolah di sini lagi. Tadi pagi dia di suruh menghadap ke ruang kepala sekolah, katanya sih Sunoo akan di pindahkan."
"Pindah? Apa dia membuat masalah?" tanya Yuna dengan cemas, takutnya itu semua perbuatan Jungkook.
"Bukan, dia masuk menjadi atlet basket. Bukankah hebat kekasihmu itu?" tanya Haru.
Yuna tersenyum senang, sekarang apa yang di inginkan oleh Sunoo bisa menjadi kenyataan.
"Baiklah, gomawo..."
Yuna berjalan sambil melompat saking senangnya. Karena kalian harus tahu bahwa Sunoo pernah berjanji bahwa jika dia masuk menjadi atlet basket maka dia akan mengajak Yuna berjalan-jalan.
"Yuna!"
"YUNA!"
Yuna yang kegirangan dibuat kesal oleh suara cempreng itu.
"YAAA!"
"Kamu gila!"
"Yuna kamu harus tahu, harus!" ujar Hina dengan paniknya.
"Tarik napasmu Hina, lalu keluarkan dari anus..." ujar Yuna ketika Hina sedang serius-seriusnya, dan ia malah bercanda.
"Ada apa? Coba ucapkan secara pelan-pelan."
"Kamu tahukan kalau Sunoo sekarang-"
"Ya, dia kekasihku dan dia berhasil menjadi atlet basket bukan? Alah itu semua aku sudah tahu!" ujar Yuna sambil tersenyum.
"Bukan!"
"Apa?"
"Kamu tahu kan laki-laki tampan yang waktu itu?" tanya Hina.
Yuna sedikit berpikir, hingga terlintas wajah Jungkook.
"Tidak, itu tidak penting!"
"Yuna!"
"Kenapa lagi Hina?"
"Sunoo di keluarkan menjadi atlet basket, dan lebih parahnya lagi dia di keluarkan dari sekolah karena orang itu." penjelasan Hina yang membuat Yuna membelalakkan kedua matanya dengan nanar.
"APA?!" kesal Yuna dengan tangan mengepal segera berjalan menuju kearah dimana Jungkook tengah berada.
"Sialan dia!" kesal Yuna yang terus mengoceh.
Baru saja Yuna berada di sekolah selama dua puluh menit, dan sekarang Jungkook sudah menghancurkan hidup Sunoo dalam dua puluh menit itu.
"JUNGKOOK!" teriak Yuna sekuat tenaga.
Jungkook yang merasa terpanggil menoleh ke belakang, dan melihat Yuna yang tengah berlari kearahnya dengan kedua tangan mengepal kuat.
"AAAAHHH!!"
BRUG!
Yuna menendang Jungkook tepat di bagian dadanya hingga membuat dia terkampar di lantai, tepental cukup jauh. Ingat Yuna itu suka bela diri bukan? Hahahahah....
"Beraninya kamu!" pekik Yuna kembali yang kini duduk tepat di atas Jungkook sambil mencengkram kerah kemeja.
Banyak sekali murid di lapangan, entah itu yang baru datang, sarapan, bermain atau yang lainnya karena Yuna melakukannya tepat di tepi lapangan.
"Yun-Yuna.." ujar Jungkook batuk-batuk karena tidak bisa bernapas.
"Apa huh?!" kesal Yuna.
"Siapa suruh bermain dengan Yuna!"
"Aku peringatkan ya, jangan kamu apa-apa kan Sunoo!"
"Kenapa?"
"Karena dia kekasihku!"
"Kekasih? Kamu tidak ingat kejadian semalam Yuna?" tanya Jungkook yang membuat luka itu terbuka kembali.
"Meskipun begitu dia pasti punya alasan yang tidak aku ketahui." ujar Yuna menyangkal.
"Alasan apa? Dia bahkan meninggalkanmu saat berkencan bukan? Apa lagi yang di pertahankan?" tanya Jungkook yang mulai kesal pada Yuna.
"Yuna, sadarlah. Kamu tidak perlu mencintai laki-laki seperti dia. Dia itu tidak berguna, pengecut dan sampah." ujar Jungkook.
Yuna terdiam, apa yang di katakan Jungkook memanglah benar. Sunoo memang tidak punya waktu terharapnya apalagi ketika Yuna mengajak berkencan. Tapi Yuna menyukai Sunoo, bagaimana lagi.
"Tidak peduli!" pekik Yuna bangkit, namun Jungkook malah menarik pergelangan tangan Yuna hingga gadis itu tertidur dalam pelukan Jungkook yang masih terkampar di tanah.
"Lalu bagaimana dengan hati ini Yuna?" tanya Jungkook.
Yuna terdiam dalam pelukan Jungkook,"Aku tidak peduli!" ujarnya pergi tanpa menolong Jungkook yang masih terkampar di tanah.
Jungkook tersenyum, bangkit lalu melihat punggung kecil Yuna yang berjalan menjauh darinya.
"Yuna, apakah kamu tidak akan membuka hati untukku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments