BAB 3

"Saya jodohmu, Yuna. "

Kalimat itu membuat Yuna mati kutu. Dia tahu nama Yuna, berarti memang benar bahwa laki-laki di hadapannya adalah jodoh yang di katakan oleh kedua orangtuanya.

"Tidak! "

"Nama saya, Byeol. " elak Yuna dengan gagu.

Ah sialan!

Bukannya pergi, laki-laki itu malah masuk kedalan rumah Yuna dan duduk di sofa ruang tamu.

"Dimana kamar saya? " tanya dia tanpa ekspresi.

"Dia patung? " gumam Yuna.

Yuna juga kebingungan, tidak ada kamar kosong. Hanya ada kamar kedua orangtuanya dan kakaknya yang sudah lama tidak di tempati. Kalau untuk kamar tamu? Itu tidak mungkin karena ruangan itu sangat kotor dan dalam masa perbaikan.

"Apa kamar kak Mark? " tanya Yuna, tapi dia tidak berani.

"Bisakah kamu pergi saja. Di sini sudah tidak ada kamar lagi selain kamar saya." ujar Yuna.

Bukannya pergi, laki-laki di hadapan Yuna itu malah melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

"Eh, Anda mau kemana?! " resah Yuna mengekor di belakang.

Hingga, laki-laki itu membuka kamar Yuna. Sontak mata Yuna terbelalak karena kamarnya sangatlah berantakan. Terutama tadi pagi ia memilih bra dan meletakkannya sembarang.

"TIDAK! " teriak Yuna segera menarik pergelangan tangan laki-laki itu agar keluar dari kamar Yuna sebelum ia melihat tumpukan baju dalamnya.

"Jangan, tunggu. Lima menit saja. " ujar Yuna dengan nafas terpongoh-pongoh.

"Ashh! Sialan! " runtuk Yuna sambil membenahi bra dan celana, maksuk ke dalam lemari begitu saja.

"Hah... " Yuna menghela nafas tenangnya.

Tadi Yuna mengatakan lima menit, tapi sampai lima belas menit Yuna belum keluar. Kening Jungkook mengkerut, tangannya terus mengetuk pintu di depannya.

"Maaf, hehe.. " tiba-tiba Yuna muncul sebelum Jungkook mengetuk pintu itu entah kesekian kalinya.

"Silahkan masuk... "

Jungkook masuk kedalam kamar yang bertemakan warna pink, seperti anak kecil saja. Bahkan di kamar tersebut banyak sekali boneka beruang yang berserakan dan jangan lupakan meja belajar yang berantakan.

"Jadi tadi kamu sedang apa selama lima belas menit? Lihat masih berantakan." ujar Jungkook mengarahkan mana saja bagian yang masih berantakan.

"Saya mau kamu bereskan ini segera, saya tidak suka dengan ruangan yang berantakan. Ini bukan kamar, tapi kandang sapi!" ujar Jungkook pergi meninggalkan Yuna yang memiringkan bibirnya sebal.

"AAHH! " teriak Yuna sambil membersihkan kamarnya sendiri, biasanya ia membersihkan kamar seminggu sekali. Ini baru satu hari juga belum!

"Yuna, bersabarlah. Kamu akan membuat dia keluar dari sini dengan sendirinya! " ujar Yuna menyemangati dirinya sendiri.

Setelah sekian lama, akhirnya Yuna keluar dari kamarnya. Ia merasa puas dengan hasilnya walau keringat terus membasahi keningnya.

Yuna cengo ketika ia melihat ke ruang tamu bahwa semua makanan yang berserakan sudah bersih, padahal itu bekasnya tadi malam.

"Anda yang membersihkannya? " tanya Yuna.

Jungkook menoleh kearah Yuna. "Lalu, kamu? "

Yuna menelan salivanya, ternyata laki-laki itu bisa juga menjadi asisten rumah tangga untuk Yuna.

"Kamarnya sudah saya bersihkan, dan Anda bisa tidur di bawah. Sudah saya siapkan kasurnya. " ujar Yuna, tidak sudi dia harus berbagi ranjang dengan dia.

Jungkook pergi kedapur, ia membersihkan tangannya. Bukan hanya satu kalian tapi sampai sepuluh kali.

"Apakah anda gila? " tanya Yuna yang kesal sendiri.

Tidak aja jawaban, malahan Jungkook pergi ke kamar Yuna sambil menyeret kopernya.

Jungkook membereskan baju-baju di dalam kopernya, ia bingung hendak menempatkannya dimana. Di lihatnya ada sebuah lemari yang besar, mungkin Yuna masih memiliki ruang untuk menyimpan pakaiannya.

Ketika lemari berwarna pink itu di buka, alangkah terkejutnya ia melihat beberapa pakaian dalam Yuna berjatuhan karena terlalu padat. Mata Jungkook yang menyipit langsung terbelalak melihat hal itu.

"I-in-" Jungkook mengambilnya dengan kikuk.

"Tuan, Anda ma-" kalimat Yuna terhenti ketika matanya tertuju pada tangan Jungkook yang tengah mencubit celana milik Yuna.

"MESUM!" teriak Yuna merebutnya dengan seketika.

Yuna malu, pipinya memerah merona bahkan Jungkook pun sama. Baru kali ini ia menyentuh hal yang seperti itu.

Suasana jadi canggung, bahkan keduanya saling bertatapan malu.

"Ya-yasudah! " pekik Yuna keluar dari kamar.

......................

Malam tiba, kini Yuna tengah bersiap untuk tidur. Di lihatnya Jungkook juga tengah membenahi tempat tidurnya yang berada di bawah yang hanya beralaskan kasur tipis saja.

Yuna sebenarnya merasa kasihan, tapi mau bagaimana lagi. Mereka hanyalah dua orang asing.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi mata Yuna masih terbuka. Tidak ada rasa kantuk menyelimutinya, yang ada hanya perutnya yang keroncongan.

Karena lapar, Yuna terbangun dan tanpa sengaja ia menginjak perut Jungkook sampai laki-laki itu terbangun dan meringis.

"Awwww..."

Yuna membolakan matanya, seketika ia menghampiri Jungkook dan mengelus perut laki-laki itu.

Dan gilanya lagi, Yuna berhasil menyentuh abs atau otot perut Jungkook yang berbentuk seperti roti.

"Yuna tenang! " pekik Yuna dalam hatinya. Itulah Yuna, ia tidak kuasa jika bersentuhan dengan hal-hal yang luar biasa dari laki-laki.

"Apakah Anda tidak apa-apa? " tanya Yuna, ia menyalakan lampu di samping tempat tidurnya.

"Apa kamu berencana membunuh saya? "

"Maaf! "

"Saya tidak bisa tidur, dan sekarang kamu malah membuat perut saya sakit? "

"Bukannya Anda tadi tertidur? "

"Mana bisa saya tertidur di lantai.. " lirih Jungkook sambil mengusap perutnya.

Yuna jadi merasa bersalah, "Emm Anda bisa tidur di ranjang, biar saya yang tidur di lantai. " ujar Yuna mengalah, tapi Jungkook tidak mau bertukar.

"Kenapa? "

"Besok kamu akan sekolah kan? " tanya Jungkook, Yuna mengangguk.

"Sudahlah, sana tidur. "

"Hehe, perut saya kelaparan karena belum makan malam. " ujar Yuna, padahal tadi Jungkook menawarinya untuk makan bersama. Inilah akibatnya jika banyak gengsi.

"Kalau begitu saya akan memanaskan makanannya. "

"Tidak usah, Tuan. Saya bisa sendiri. " ujar Yuna berbohong. Mungkin dia hanya akan memasak mie instan.

Setelah selesai menyantap makannya Yuna kembali ke kamarnya, begitu terkeujut ia melihat Jungkook duduk di samping ranjang sambil menyorotkan mata tajam kearah Yuna.

"Makan dengan apa? "

"Masakan Anda." bohong Yuna dengan suara sedikit parau.

"Jangan berbohong!"

"Iya, masakan anda. "

"Yuna! "

"Mie instan." jawab Yuna lirih. Anehnya Yuna merasa bersalah karena sudah berbohong. Seharusnya Yuna biasa saja bukan? Apa karena Jungkook jodohnya.

"Tidak baik makan mie instan malam-malam begini. Nanti saya juga yang harus tanggung jawab pada kedua orangtuamu. " ujar Jungkook.

"Dengar tidak, Yuna?"

"Iya. "

"Baru juga sehari sudah ngatur begini, malas jadinya." gumam Yuna, tidak biasa di atur. Yuna sudah terbiasa melakukan hal yang ia sukai dengan sesuka hati.

"Anda terus memanggil nama saya, tapi saya belum tahu siapa nama Anda? " ujar Yuna duduk di samping Jungkook.

"Jeon Jungkook. " ujarnya sambil melirik Yuna.

"Oh, Tuan Jeon? "

Yuna beranjak untuk tidur di lantai, namun tangannya di cekal oleh Jungkook. "Kamu tidur di sini. Kita seranjang. "

"HAH?! " kaget Yuna, ia menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? "

"Maaf, saya tidur di lantai saja."

"Apakah kamu tidak mau tidur bersama jodohmu? "

"Maaf, Tuan. Sebelumnya saya sudah memiliki kekasih. Harap anda membatalkan perjodohan ini. Lagi pula saya masih kecil. "

Tidak! Hati Yuna berkata lain.

"Eh, kenapa aku terangsang dengan burungnya yang besar. Aku bisa melihatnya dari luar celana. " batin Yuna tersenyum genit.

"Baiklah! " Yuna pun akhirnya tertidur bersama Jungkook, di halangi oleh guling sebagai pembatas.

Padahal hati Yuna mengatakan kalau dia mau tubuh Jungkook, hehe dasar gadis nakal!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!