BAB 14

Yuna berjalan tanpa tahu arah tujuannya kemana, namun langkah kakinya terhenti ketika ia melihat salah satu perusahaan yang menjulang tinggi.

Samar-samar Yuna mendengar suara Jungkook. Awalnya ia hendak mengabaikannya saja, tapi suara itu terdengar lugas seakan membentak seseorang.

Tidak bisa di bohongi, Yuna terkejut ketika melihat seorang wanita tengah bersujud di kaki Jungkook seakan tidak ada harga dirinya. Dan dari sanalah Yuna baru sadar jika Jungkook memang tidak pantas menjadi apapun, termasuk suaminya kelak.

Darah Yuna mendidih ketika Jungkook malah mengusir wanita itu. Wanita yang memohon karena ia harus menafkahi keluarganya, Yuna tidak akan membiarkan hal itu.

Memangnya kesalahan apa yang wanita itu perbuat? Oh Yuna tahu, pasti peraturan yang tidak masuk akal itu. Baiklah, Yuna akan menghentikannya!

......................

"YUNA!"

Jungkook merah pergelangan tangan Yuna, seakan memperingati wanita iti agar tidak mengatakan hal yang tidak masuk akal.

"Kenapa? Kamu akan memarahiku seperti wanita itu huh?"

"Memangnya apa salah dia?" tanya Yuna dengan tegas.

"Dia sudah melanggar peraturan, kamu tahukan bahwa saya bos yang ketat dengan aturan."

"Aturan? Apakah aturan itu logis? Masuk akal? Pasti tidak kan? Apa kamu pernah tanya sama karyawan kamu apakah aturan itu mampu membuat mereka di siplin?" tanya Yuna nyocos.

Jungkook menggelengkan kepalanya,"Kamu ikut denganku, tidak bagus menjadi tontonan seperti ini."

"Tidak!" elak Yuna menepis pergelangan tangan Jungkook.

Urat leher Jungkook terlihat, ia sedang menahan amarah.

"Turuti saja apa perkataanku Yuna."

Yuna menggeleng, ia tetap menolak ajakan Jungkook hingga akhirnya cara seperti menggendong Yuna dengan paksa adalah jalan keluarnya.

"Eh, Jungkook!"

"Lepaskan!"

"Saya tidak akan melepaskan, istri nakal seperti Anda!" ujar Jungkook tanpa menggubris apa yang Yuna lontarkan.

Setelah sampai di ruangan Jungkook, pria itu menurunkan Yuna tepat di sofa.

Dengan muka yang di tekuk Yuna terus saja mengoceh tanpa hentinya.

Senyum lebar Jungkook mulai terlihat dengan jelas membuat Yuna terheran karena hal itu.

"Apa yang lucu?" tanya Yuna ketus.

"Kamu, selalu mengoceh seperti anak kecil. Aku menyukainya.."

"Menyukai? Tapi aku tidak!"

Jungkook berjongkok di hadapan Yuna yang melipat kedua tangannya di dada, tidak lupa muka masamnya.

"Yuna, kamu tidak mengerti apa yang pernah terjadi di perusahaan ini dulu. Jadi mengertilah, aku melakukannya untuk kebaikan mereka juga. Aku memang sudah seperti ini sejak dulu, jadi tolong paham." ujar Jungkook dengan lembuat.

Yuna hendak bertanya, memangnya kejadian apa yang membuat Jungkook jadi orang yang selalu saja terikat oleh peraturan?

"Kamu tahukan kedua orangtuaku terpelajar, mereka juga selalu membuat peraturan-peraturan di rumah sehingga semua anaknya sudah terbiasa dengan peraturan itu. Mereka bahkan menjadwalkan segalanya dengan rapih karena waktu tidak akan terulang kembali." ujar Jungkook.

Yuna terdiam, mendengarkan apa yang Jungkook coba jelaskan.

"Seberapa ketat?" tanya Yuna dengan ketus.

Jungkook tersenyum tipis,"Sangat ketat, jika melanggarnya akan ada hukuman tersendiri. Jadi kami tidak berani melanggarnya."

"Lalu kejadian apa yang membuat kamu ketat dengan karyawan di sini, jelaskan soal kesalahan wanita itu." ujar Yuna membutuhkan kejelasan.

"Dulu, ada kejadian dimana seorang karyawan di sini di lecehkan oleh pria gila hingga wanita itu harus kehilangan nyawanya. Ingat Yuna, bahwa mencegah lebih baik dari pada menyesali. Dan peraturan lain pun ada alasannya." ujar Jungkook.

Yuna mengangguk, sekarang dia mengerti.

"Lalu kamu akan memecat dia? Dia adalah tulang punggung keluarga. Apa kamu tidak kasihan?"

"Apa kamu mengira aku laki-laki tidak berperasaan? Tidak, aku tidak setega itu. Aku akan mengerusnya, tapi karena kamu aku sudah mengerti. Dan dia juga karyawan baru, jadi aku bisa memaafkannya." ujar Jungkook.

"Baguslah!"

Yuna hendak beranjak dari duduknya, hingga tangan Jungkook mencekal pergelangan tangannya.

"Mau kemana? Jangan berkeliaran lagi Yuna. Pulanglah denganku, aku berjanji tidak akan mengatur apapun jika memang kamu tidak nyaman."

Yuna mengangguk,"Baik aku akan pulang."

"Baiklah, tunggu sebentar biar aku periksa sesuatu." ujar Jongkook mencari sesuatu di mejanya.

"Mari, kita pulang."

Mereka berdua pergi dari ruangan dan masuk kedalam lift hanya berdua saja.

"Boleh aku meminta sesuatu?" tanya Yuna.

Jungkook menoleh, lalu mengangguk."Memangnya apa? Jangan macem-macem ya."

"Aku ingin pergi ke taman hiburan."

"Taman hiburan? Kamu janjian dengan Sunoo?" tanya Jungkook dengan kening yang mengerut.

Yuna menggeleng,"Tidak, aku hanya ingin pergi kesana lagi. Memperbaiki hal yang rusak."

"Apa yang kamu maksud?"

"Ah tidak! Bukan taman hiburan, tapi sungai Han." ujar Yuna.

"Untuk apa? Kamu hendak mengakhiri hidup?" tanya Jungkook ketus.

"Bukan, aku hany-"

"Intinya aku akan pergi kesana, jika kamu tidak ingin mengantarku tidak masalah." ujar Yuna.

"Baik, aku akan mengantarmu. Hanya satu kali saja, disana bukan tempat yang baik untukmu."

"Lalu tempat yang baik untukku dimana? Taman? Taman hiburan? Atau di rumah boneka?" tanya Yuna.

"Di pelukanku." ujar Jungkook yang mampu membuat Yuna membolakan mata serta pipi yang mulai merah merona.

Yuna menelan salivanya.

"Kenapa? Apa kamu haus?" tanya Jungkook yang tidak peka.

"Tid-tidak!"

"Baiklah."

Singkatnya kini mereka sudah sampai di rumah. Yuna lupa bahwa ia belum membereskan barang-barangnya karena marah. Seharusnya Yuna bersikap dewasa, eh dia malah kekanak-kanakan.

"Jungkook, maafkan aku karena bersikap seperti anak kecil. Kamu juga tahukan bahwa aku masih muda, hidupku masih panjang dan aku belum mencapai apapun. Mendengar perjodohan ini membuatku stress." ujar Yuna menunduk karena merasa bersalah.

Jungkook mengerti, jadi ia hanya bisa bersabar menghadapi Yuna.

"Tidak masalah, aku mengerti Yuna." ujar Jungkook mengelus surai rambut Yuna.

Entahlah, ini aneh sekali. Yuna merasa tenang karena sikap Jungkook yang lebih dewasa di bandingkan dengan dia.

"Sekarang, kamu istirahat dan bereskan kopermu. Jika ada barang yang kamu butuhkan tinggal bilang saja. Kamarmu ada di sebelah kiri, kalau ada sesuatu kamu bisa mencariku di kamar sebelahnya." ujar Jungkook.

"Baik, aku mengerti."

Yuna menarik kopernya pergi, sementara itu Jungkook membuka jas yang melekat di tubuhnya. Sekali-kali Jungkook menghembuskan napas gusarnya karena kejadian di kantor yang akan menjadi berita jika tidak cepat bertindak.

"Hallo Jimin, apa kamu sudah membereskan masalah itu? Saya tidak ingin ada berita apapun tentang saya." ujar Jungkook pada Jimin yang tengah menjalankan tugasnya.

Ketika semuanya sudah selesai, kini Jungkook bisa bernapas dengan lega.

Jungkook berjalan kearah dapur, menuangkan air kedalam gelas kemudian meneguknya hingga tandas.

Serasa dahaganya sudah hilang, Jungkook berjalan ke kamarnya untuk membersihkan tubuh.

"Jungkook!" baru saja laki-laki itu hendak masuk kedalam kamar, namun suara Yuna membuatnya menghentikan langkah kaki.

"Ada apa Yuna?" tanya Jungkook berjalan dengan lunglai.

"Jangan lupa malam ini!"

"Kemana?" tanya Jungkook yang sudah lupa.

"Emang gini ya kalau ngomong sama orang berumur, pasti lupa. Bikin anak!" teriak Yuna dengan kesal.

Kedua bola mata Jungkook terbelalak,"Hah?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!