BAB 8

"Yuna! " panggil Jungkook yang melihat keadaan Yuna semangkin khawatir.

"Yuna ada apa denganmu? " bukannya menjawab, Yuna langsung memeluk Jungkook dengan erat.

"Aaaaa..." tangis Yuna pecah, ia meluapkan kesedihannya.

Dia merasa apa yang di alami tadi adalah kesalahan, hanya sebuah mimpi. Tapi nyatanyanya ini memang kebenaran. Sunoo sudah membuat Yuna kecewa, semua perasaannya selama dua tahun hanyalah sia-sia. Bisa-bisanya Sunoo melakukan hal itu, orang yang ia cintai dan ia banggakan selama ini adalah orang yang membuat Yuna terluka begitu dalam.

Bagaimana kalau hal tadi terjadi karena Jimin terlambat? Bagaimana nasib Yuna?

"Siapa orang yang membuat kamu menangis Yuna? "

Yuna menggeleng lesu dalam pelukan Jungkook, hingga Jimin membisikkan apa yang sudah Yuna lalui.

"BUNUH DIA! "

"Tap-"

"BUNUH DIA JIMIN! " teriak Jungkook dengan amarahnya.

Hendak saja Jungkook bangkit, Yunalah yang menahan tangan Jungkook agar ia bisa sedikit menahan emosi. "Jangan, " ujar Yuna dengan mata sembab.

"Tapi Yuna? "

Yuna menggeleng, ia akan memberi perhitungan sendiri pada Sunoo. Dan Yuna mendengar dari Jimin bahwa orang yang hampir memperkosa Yuna adalah orang yang menang dari taruhan antara Sunoo dan orang itu. Tega sekali Sunoo membiarkan kekasihnya di lecehkan hanya untuk taruhan gila.

"Jangan, biarkan saja.. " ujar Yuna lirih. Jika berita ini sampai tersebar, semuanya akan hancur. Padahal Yuna berhati-hati untuk tidak membuat Sunoo kecewa, namun.... Yang ia jaga ternyata yang membuat kecewa.

Yuna melirik tangan Jungkook yang berdarah, sepertinya orang itu memukul kaca karena ada pecahan kaca tidak jauh dari mereka.

Dengan segera Yuna merobek kemeja bawahnya, Jungkook yang melihat itu terkejut. "Jangan menyakiti dirimu sendiri karena orang lain." ujar Yuna sembari membalut luka Jungkook.

"Yuna, " panggil Jungkook.

Yuna menongak, dan... Jungkook menarik pundak Yuna sampai mereka berdua berciuman untuk pertama kalinya.

Hanya ciuman singkat, "Jangan membuatku takut. " ujar Jungkook, mata Yuna masih terbelalak karena terkejut.

"Maaf.... " lirih Yuna, seharusnya ia bisa memilih laki-laki baik. Bukan waktu yang menentukan siapa yang terbaik, tapi sikap seseorang yang menentukannya meski pun baru bertemu beberapa hari.

Jungkook memeluk kembali Yuna, ia meyakinkan bahwa dia tidak akan menangis lagi karena kecewa. Jungkook akan membuat Yuna bahagia dengan cara apapun.

"Yuna, sekarang kamu bisa pulang. Istirahatlah dan jangan memikirkan hal itu. " ujar Jungkook membelai surai rambut Yuna.

Yuna menggeleng, ia tidak mau di rumah sendiri apalagi melihat kondisi dirinya dan Jungkook.

Dengan begitu tenang akhirnya Jungkook menyetujui  bahwa Yuna bisa menginap untuk semalam.

"Yuna, sekarang kamu bisa ganti bajumu. Tidak mungkin kamu tidur dengan baju seperti ini." ujar Jungkook.

Bukannya Yuna tidak mau, salahnya ia tidak punya baju ganti selain baju yang ia kenakan. "Kenapa? " tanya Jungkook yang melihat Yuna melamun.

"Ak-"

"Tidak membawa baju ganti huh? "

Yuna mengangguk dengan pelan, wajah lucunya membuat Jungkook tersenyum. Rasanya api cemburu itu kini sudah padam, ternyata Yuna masih lucu seperti dul-

Seketika Jungkook tersadar, dengan cepat ia membawa Yuna dalam peluknya. Menggendong Yuna ala bridal style dan meletakkan tubuh gadis itu di ranjang dengan lembut.

"Nanti Jimin akan membawakan baju ganti untukmu. Kamu hanya perlu menunggunya bersamaku. Kalau kamu masih kedinginan ada baju kemeja di lemari itu, kamu pakai saja Yuna. "

Yuna menggeleng, dia tidak mau memakai baju kemeja Jungkook. Bukan karena bajunya yang akan besar saja, itu juga karena wangi baju itu akan sama dengan Jungkook.

"Kenapa kamu melamun Yuna?"

"Wanginya, sama seperti wangi tubuhmu Jungkook."

Jungkook terdiam, membisu tanpa satu kata yang keluar dari mulutnya.

"Memangnya kenapa?"

"Aku tidak ingin."

"Kalau begitu aku akan membelikanmu baju sek-" sebelum Jungkook pergi, Yuna menahan pergelangan tangan nya.

"Tidak, bukan itu yang aku maksud."

"Lalu?"

Yuna bangkit dari duduknya, memeluk Jungkook dengan erat sambil mengatakan."Maaf, aku selalu menyakitimu."

Hati Jungkook terenyuh, rasanya ia tidak ingin waktu berlalu dengan sangat cepat.

Yuna melepaskan pelukan itu, menatap Jungkook sekilas lalu..

Cup!

Yuma mencium kening Jungkook dengan lembut,"Batalkan pertunangan ini."

Deg!

"Tapi Yuna, kenapa? Apa karena aku selalu mengaturmu?"

"Lupakan satu bulan itu, aku tidak pantas untuk laki-laki sepertimu. Kamu bisa mencari wanita lain yang lebih baik dariku." ujar Yuna yang merasa tidak pantas untuk Jungkook.

Jungkook tidak akan membiarkannya, hanya karena masalah ini tidak mengharuskan ia berpisah dari Yuna.

"Yuna, aku ingin bertahan selama satu bulan itu. Aku tahu bahwa kamu mungkin tidak akan membiarkanku memcintaimu, atau kamu juga. Dan aku tahu pasti bahwa kamu mencintai laki-laki itu. Tapi biarkan aku mencintaimu selama 30 hari."

Jungkook tidak pernah melepas genggaman tangannya, ia malah mempereratnya. Bagaimana bisa Jungkook menyerah begitu saja, satu bulan cukup membuat Yuna mencintainya.

"Kalau begitu kamu istirahat saja, jangan memikirkan apapun. Aku ada di luar jika kamu membutuhkanku, karena aku tahu bahwa kamu tidak nyaman ada aku di sini." ujar Jungkook.

Yuna menggeleng,"Tidak, aku menginginkanmu ada di sini."

Jungkook tersenyum,"Tidurlah, aku akan selalu ada di sampingmu."

Tubuh lemasnya di baringkan di ataa ranjang yang penuh dengan aroma tubuh Jungkook, tapi anehnya aroma itu malah membuat Yuna tenang.

Ketika Yuna hendak menutup mata, bayangan tentang semua itu kembali lagi.

"TIDAK!" teriak Yuna bangun seketika.

Melihat Yuna yang seperti itu, Jungkook langsung menghampirinya dan memeluk tubuh Yuna.

"Jungkook, aku takut..." ujar Yuna yang memeluk tubuh Jungkook.

Pelukan itu semakin erat, hingga tidak sengaja Yuna  menyentuh bagian sensitif Jungkook.

Jungkook menelan salivanya, berusaha untuk menahan itu semua.

"Yun-a.."

"Jungkook, aku takut..." ujar Yuna yang malah menangis.

Sial!

Kali ini malah burung Jungkook yang bangun karena Yuna berhasil menggeseknya.

Suasananya sangat mendukung, hingga Jungkook melepaskan pelukan Yuna lalu mencium wanita di hadapannya sekilas.

Yuna terkejut, matanya terbelalak tidak bisa berkata-kata.

"Jun-"

Baru saja Yuna hendak berkata, tapi bibir ranum Jungkook sudah menempel di bibirnya.

Yuna terkejut, ia mendorong Jungkook yang menciumnya tidak terlalu dalam. Tidak, Yuna tidak bisa mencium Jungkook.

"Kenapa Yuna?" tanya Jungkook dengan napas tersengal-sengal.

"Yuna, aku tidak bisa menahannya. Burungku sudah bangun, jangan bermacam-macam dengannya karena ini semua salahmu." ujar Jungkook.

Yuna menggeleng, karena ini semua salah. Bahkan kali ini Yuna menangis melihat Jungkook yang seperti itu, seperti memaksa.

Jungkook menampar pipinya dengan keras, menyadarkan apa yang ada di pikirannya.

"Gila!" pekik Jungkook kemudian pergi ke kamar mandi.

Disana Yuna terdiam, hanya samar-samar mendengar Jungkook yang kesakitan mengeluarkan nafsunya seorang diri.

Sebenarnya Yuna kasihan pada Jungkook, tapi ia tidak mau melakukan hal seperti itu dengan orang yang sama sekali ia cintai.

Di dalam kamar mandi Jungkook terus saja berdesah mengeluarkan nafsu itu seorang diri sambil membuka ponselnya yang terpampar jelas foto wanita tanpa busana, tapi dia membayangkan itu adalah Yuna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!