Beberapa hari setelah Yuna keluar dari rumah sakit, ia langsung menemui guru nya untuk menyusul ujian yang sudah tertinggal. Yuna memang bukan anak berprestasi. Namun ia mempunyai keinginan kuat untuk mimpi nya.Dan dia berjanji akan membuat mimpi tersebut menjadi nyata.
"Hina, ada film dewasa! Ayo kita menonton! " ajak Yuna seraya menyenggol bahu Hina yang tengah fokus belajar.
"Gila kamu Yuna!" pekik Hina menatap Yuna dengan mata nanar.
"Ujian mu?"
Yuna langsung melebarkan kertas ujiannya. "Seratus dong... " sombong Yuna dengan gayanya.
"Hebat kamu, otakmu penuh dengan hal dewasa tapi saat ujian semuanya dapat nilai sempurna."
"Yuna gitu! "
"Ya, sudah ayo! " ujar Hina tersenyum jahil seperti memberikan kode gila.
"Nonton nya malam ya, kamu menginap di rumahku, Hin. Tidak ada orang di rumah. Kita bisa bebas melakukan nya. "
"Okey! "
Mereka berdua berbincang -bincang tentang rencana nanti malam. Sampai sosok laki-laki berjas hitam melintas di depan mereka. Sebelumn ya baik Yuna atau pun Hina belum pernah melihat seorang laki-laki berpakaian rapih di sekolah. Mereka berdua bertatapan.
"Siapa dia Yuna? " tanya Hina yang berhenti belajar. Memang, mereka berdua tengah belajar di taman sekolah sebelum bel pulang berbunyi.
Yuna menggelengkan kepalanya cepat. "Mungkin guru baru."
"Dia sangat tampan Yuna." ujar Hina terpesona akan tubuh kekar yang berjalan di depan manik mata mereka.
"Tampan saja? Lihat dulu pedang di dalam celana- nya. " ujar Yuna menyenggol tangan Hina sampai kopi milik Hina tumpah membasahi rok.
"Jangan salahkan aku ya. Kamu yang menumpahkan nya." ujar Hina takut di salahkan.
Kening Yuna mengkerut. "Iya, ini memang salahku. Sudah, aku ingin pergi ke toilet. " bangkit Yuna dari duduk nya.
Singkat cerita, Yuna sudah membersihkan noda kopi di rok sekolah nya. Langkah kaki nya berjalan menuju tempat dimana Hina berada. Namun bola mata Yuna melebar ketika ia melihat dengan jelas laki-laki yang menjadi topik pembicaraan Hina.
"Huh! Tidak setampan Sunoo.. " pekik Yuna yang mengintip dari balik tembok toilet.
Pijakan kaki Yuna tidak seimbang, alhasil ia harus menahan malu karena ia terjatuh tepat di belakang laki-laki itu. Dan sialnya lagi laki-laki tersebut membalikkan punggung nya karena suara hantaman Yuna.
"Hehehe.. "
Dengan wajah datar nya, laki-laki itu memalingkan wajah nya dan beralih pada handphone yang masih menempel di daun telinga.
"Bantuin, kek! " pekik Yuna yang bangkit dengan lutut mengeluarkan darah segar.
Laki-laki itu kembali menoleh, Yuna tersenyum sumbringah sambil merapihkan seragam nya.
"Uda-" baru saja Yuna akan mengatakan kalau dia tidak membutuhkan pertolongan, ternyata Yuna salah. Laki-laki itu tidak menoleh karena ingin membantu nya melainkan berjongkok sambil membersihkan sepatu pentopel mengkilap yang sedikit kotor.
Ah sial! Yuna terlalu pede.
Yuna menelan saliva, ia mengerutkan kening nya melihat laki-laki yang cukup tampan di hadapan- nya itu. "Dasar, laki-laki aneh! " ujar Yuna sembari pergi meninggalkan laki-laki yang masih membersihkan sepatu, padahal sepatu tersebut sudah sangat mengkilap.
"Gila, apa gimana ya. " gumam Yuna mengoceh sepanjang jalan.
Hingga Yuna sampai di tempat dimana Hina berada. "HINA! " teriak Yuna kencang sembari duduk.
Hina yang tengah mengotak-atik laptop nya langsung terkejut dan menempelkan punggung tangan nya di kening Yuna. "Tidak demam." ujar Hina dengan gelengan keanehan.
"HINA! " panggil Yuna menepiskan tangan Hina dari dahi.
"Kenapa Yuna? "
"Kau menyukai laki-laki dengan postur tubuh seperti Kai bukan? Tapi sayang nya Kai terlalu bodoh. Dan sekarang kau berpaling, mendambakan laki-laki yang baru saja melintas di hadapan kita bukan?" tanya Yuna dengan wajah serius.
Hina mengangguk kecil.
"Kamu tahu, dia lebih bodoh dari Kai. Ah menjijikkan sekali melihat wajah nya. " omel Yuna kembali.
"Dia sempurna Yuna. "
"Tidak, dia sangat. Sangat bodoh Hina. Aku tidak sudi melihat wajahnya lagi. Membuatku mual, huh entah wanita seperti apa yang akan menjadi pasangan nya nanti. Aku doakan agar dia tidak menyesal sudah memilih laki-laki seperti itu. "
"Yuna.. Jangan seperti itu. Doa itu bisa jadi kenyataan."
"Maksudmu? " kening Yuna mulai mengerut.
"Bagaimana kalau dia suamimu kelak, apakah kamu akan meninggalkan nya? "
"Pasti, dan pasti. Aku sangat benci dengan dia. " ujar Yuna dengan tangan mengepal.
"Yuna, jangan berkata seperti itu. Kasihan dia. Aku rasa sekarang telinga sangat sakit, karena kamu tengah membicarakan keburukan nya."
"Biarkan saja. " acuh Yuna bangkit.
"Heh Yuna kamu mau kemana? "
"Pulang! "
"Bukankah kita akan menginap di rumahmu? " tanya Hina.
Yuna menggaruk belakang kepalanya. "Maaf Hin, tadi ibuku menelpon dan mengatakan kalau aku harus cepat pulang. Kamu bisa menontonya sendiri, aku akan mengirimkan nya padamu. " ujar Yuna dengan tawa jahil nya.
"YUNAAAA!! " teriak Hina sekuat tenaga. Bisa- bisa mati kalau sampai ketahuan menonton film porn*.
......................
"Aku pulang.. " ujar Yuna dengan cerianya karena kedua orang tua nya pulang lebih cepat. Ia kira kedua orang tua nya akan tetap di Swiss.
Yuna yang berjalan memasuki ruang keluarga mulai terheran dengan beberapa koper yang sudah memadati ruangan tersebut.
Tidak lama, kedua orang tua Yuna datang dari lantai dua. Yuna yang terheran langsung bertanya.
"Ini ada apa? " tanya Yuna menyingkirkan koper agar tidak menghalangi jalannya.
"Yuna, kami akan kembali ke Swiss. Kami akan pergi untuk beberapa bulan. "
"Yuna, bagaimana? " tanya Yuna sedih. Sebenarnya ia tidak sedih karena pasti malamnya akan indah bersama Hina.
"Yasudah, kalian berangkat saja. Yang lama juga tidak apa. " ujar Yuna tersenyum ceria.
Ini akan menjadi kesempatan Yuna dan Hina yang akan menonton tanpa ada gangguan.
Asikkk!
"Tapi selama kami di Swiss, kamu akan si temani oleh jodohmu. "
"Jodoh? " dahi Yuna mengerut.
"Maksdnya bagaimana? "
"Dia jodoh kamu, Yuna. Kami sudah menjodohkan-mu dengan dia dari kalian masih balita. "
"APA?! " kaget Yuna tidak habis pikir.
"Yuna tidak mau di jodohkan. Yuna sudah punya kekasih. " rasanya Yuna ingin menangis saja. Bisa-bisanya perjodohan itu sudah berlangsung sejak belita.
"Sayang, hati-hati ya. Sebentar lagi jodoh kamu akan datang ke sini. Kami harus pergi sekarang, jaga dirinya. Dan jangan menyusahkan Jekey "
"Jekey? "
"Nama jodoh kamu. "
"Eomma... "
Cup!
"Sampai jumpa sayang! "
"Appa!.. "
Yuna menarik nafas gusar, ia terduduk di lantai sambil menangis meratapi nasib selanjut-nya.
"AAAH! " teriak Yuna seorang diri.
Tidak lama dari itu, terdengar suara bel yang di tekan dari luar oleh seseorang.
"Jangan bilang itu dia? "gumam Yuna bangkit. Dengan kaki lemas nya Yuna membuka pintu utama.
Jeng jeng...!
Dan.. Itu adalah?
"Kamu!? " teriak Yuna dengan bola mata membulat sempurna.
"Seharusnya aku tidak membicarakan dia. " lirih Yuna dalam hatinya.
Ekspresi wajah nya menjijikan membuat Yuna ingin muntah. "Maaf, sepertinya Anda salah rumah Tuan, silahkan. " ujar Yuna hendak menutup pintu namun di tahan oleh nya.
"Saya jodohnmu, Yuna. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments