Yuna memandangi Hina dengan mata terbelalak ketika ia mendapati bahwa sahabatnya itu memiliki foto Jungkook yang tengah bekerja.
"Kamu dapat dari mana?" tanya Yuna dengan gugup.
"Banyak di internet. Aku baru sadar kalau dia memanglah laki-laki yang sesuai dengan tipe idamanku."
"Hm seperti itu ya."
Yuna hanya bisa menertawai Hina di dalam hati karena sudah menyukai laki-laki dengan kelakuan aneh dan yang jelas ia tidak mencintainya. Mau setampan apapun.
"Kamu kenapa? Seperti mengoceh sendiri. Sedang menertawai aku ya?" tanya Hina.
Yuna menggeleng,"Tidak. Hanya aneh saja kenapa kamu bisa menyukainya, dia tahu kamu saja tidak."
"Syut. Jangan seperti itu, jodohkan tidak kemana. Bagaimana kalau dia jodohku? Nanti kamu malu sendiri loh."
"Baiklah, ambil saja aku tidak ing.." Yuna keceplosan, hampir saja ia membongkar kedoknya sendiri.
"Ing?"
"Tidak ingin kamu seperti orang gila yang terus berharap begitu."
"Kamu bisa bantu? Katanya dia dari perusahaan yang jelas tidak asing di telingamu."
"Ah jangan bawa-bawa aku. Aku mohon.."
"Bagaimana kalau ajak aku ke pesta perusahaan
*app*a -mu nanti?"
"Baik, aku akan mengajakmu!"
Hehe...mati aku!
Beberapa waktu kemudian, mereka berdua berajak dari kursi yang tengah di duduki di karena sudah waktunya kembali masuk kelas. Yuna dan Hina memang berbeda kelas, mereka harus terpaksa berpisah meskipun selalu saling merindukan.
"Baiklah. Aku pergi ya Yuna."
"Hm baiklah mami.."
Hina melambaikan tangan kepada Yuna sehingga membuat kedua saling tersenyum semu seakan mau merengek. Dasar kedua bocil ini!
Dua jam berlalu, mereka berdua kini pulang bersama. Yuna datang pertama kali di tempat dimana mereka saling menunggu satu sama lain.
"Yuna apakah nanti malam kamu ada acara?" tanya Hina.
Yuna menggeleng cepat,"Seperti biasa kosong."
"Kalau begitu bagaimana kalau kita clubbing ?"
"Boleh saja. Untung besok libur sekolah kan?"
"Iya. Kamu dengar pengumuman-nya."
"Baiklah. Kalau begitu aku yang ke rumah kamu atau langsung ke tempatnya?"
"Ketempat! Ya tempat!"
Hina mengerutkan keningnya melihat ekspresi Yuna yang takut ia datang ke rumah."Ada apa denganmu? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?"
"Mana ada Hina, aku tidak pernah menyembunyikan apa pun darimu."
"Oke. Mari kita pulang."
......................
Jungkook tidak pernah berhenti bekerja, ia selalu sibuk setiap waktu. Mulai dari rapat, berkas, dan kunjungan pada beberapa tempat.
"Tuan bagaimana kalau Anda makan dulu?" tanya Jimin yang bosan melihat Jungkook berdiam diri dari kursi kerjanya.
"Nanti saja Jungkook. Apa kamu sudah memastikan bahwa Yuna pulang dengan selamat?"
"Sudah Tuan. Tenang saja, Nona Yuna sudah pulang dan tidak ada yang lecet sedikit pun."
"Sepertinya malam ini aku harus lembur, pekerjaan banyak sekali. Mungkin karena akhir-akhir ini aku mengabaikannya."
"Apa perlu saya beritahu Nona?"
"Tidak usah. Dia juga akan baik-baik saja tanpa aku dan tidak mungkin dia khwatirkan?"
Jimin mengangguk, kemudian keluar untuk mengurus pekerjaanya.
Agar lebih fokus Jungkook mematikan handphone, lalu mengerjakan setiap kata pada kertas di atas mejanya.
Sedangkan di lain tempat, Yuna tengah meracik sebuah perlengkapan indah untuk ia kenakan pada tubuhnya. Mulai dari baju, sepatu, perhiasan dan tentunya gaya rambut.
"Awwww lucu!" teriak Yuna ketika melihat penampilannya sendiri dengan cekikikan.
"Baiklah. Sekarang hanya tinggal meminta izin kepada laki-laki bernama Jungkook itu." ujar Yuna dengan kesal merubah ekspresi wajahnya.
Beberapa kali Yuna menelpon Jungkook tapi handphone milik laki-laki itu tidak aktif. Baiklah Yuna akan pergi tanpa meminta izin, atau tidak mengirimkan pesan saja sudah cukup.
Yuna mengecek jam di layar handphone, sudah jam sembilan malam. Saatnya Yuna beraksi....
Sesampainya di tempat clubbing ia tidak melihat Hina, tidak lama pesan dari sahabatnya itu masuk mengatakan bahwa ia akan segera sampai dan menyuruh Yuna masuk duluan. Tanpa pikir panjang Yuna masuk ke dalam untuk mencari tempat duduk sambil menunggu Hina.
"Hai. Aku baru pertama kali melihatmu ke sini. Apa kamu baru?" tanya seorang laki-laki yang duduk di samping Yuna.
"You are very beautiful, girl."
"Terimakasih."
Ah tentu saja Yuna cantik. Tidak sia-sia ia menghabiskan waktu dua jam untuk berdandan karena ia sudah tahu bahwa hasilnya akan sangat memuaskan.
"Kamu sendiri?"
"Tidak. Aku sedang menunggu teman di sini. Kalai kamu?"
"Sendiri. Karena aku sudah terbiasa sendiri tanpa yang menemani seperti kekasih."
"Kamu tidak punya kekasih? Bagaimana kalau kamu mencarinya di sini?"
"Bukankah aku sudah menemukannya sekarang?"
"Dimana?"
"Di depanku. Apakah kamu mau menjadi kekasihku?"
Yuna tersenyum. Inilah tempat dimana laki-laki buaya akan bermunculan bahkan mengaku belum memiliki kekasih padahal yang beristri saja sudah pernah Yuna temui. Dasar!
"Mau berdansa disana?"
"Tidak. Kamu saja, saya sedang menunggu seseorang."
"No. Aku hanya ingin bersamamu, bersamamu lebih menarik dari pada berdansa di sana. Benarkan cantik?"
"Haha. Bisa aja!"
Seakan terpana akan kecantikan Yuna, laki-laki itu tidak berkedip sedikit pun ketika ia membenarkan rambut yang menyelit di telinga.
"Biar aku bantu."
"Tidak usah, nahkan selesai?" ujar Yuna sambil tersenyum manis.
Siapa yang tidak tertarik dengan kecantikan Yuna? Bahkan malam ini ia layak di nobatkan sebagai ratu bar.
"Yuna!" panggil Hina yang baru saja datang dengan nafas ngos-ngosan.
"Kamu lari?"
"Bus-nya mogok. Jadi aku harus berlari sedikit untuk sampai ke sini."
"Oh begitukah Nona?"
"Ya Nona. Sangat cantik sekali, Yuna."
"Namamu Yuna?" tanya laki-laki yang masih di sampingnya.
"Eh iya. Namaku Yuna dan dia temanku Hina. Salam kenal."
"Hina."
"Jeck, salam kenal wanita-wanita cantik."
Mereka bertiga mengobrol sangat asik meskipun Jack baru bagi keduanya. Tapi obrolan mereka nyambung seakan sudah kenal lama.
Hina meneguk beberapa *bi*r , tapi Yuna meneguk wine yang kadar alkoholnya sangat tinggi. Jack hanya tersenyum melihat mereka berdua sedikit mabuk, sialnya Hina terus di samping Yuna yang membuat Jack tidak dapat melakukan niatannya.
"Aku ke kamar mandi dulu, kamu jaga diri. Sebentar lagi aku kembali." ujar Hina dengan mata yang sendu serta klenger.
"Oke."
Sepertinya yang mabuk parah hanya Yuna.
"Kamu tahu. Wine dapat membuat kita lupa akan banyak hal yang menyulitkan hidup kita. Sangat tenang..." ujar Yuna sambil meneguk gelas.
Jack tersenyum saatnya mencari simpati kepada Yuna. Ets bukan.. Tapi niat jahat di hati.
Yuna sudah meracau, ia tidak dapat menecerna apa yang di pikirkan. Mengatakan berbagai hal yang membuat Jack tersenyum sendiri saking lucunya. Mata Yuna bahkan sudah kabur, samar -samar ia melihat Jack hampir menyeka bibir Yuna.
"Hei!" teriak Yuna menepis tangan Jack.
"Sorry."
Jack mengajak yuna yang sudah mabuk berat untuk menari di antara banyak orang disana. Bahkan Yuna menyanggupinya.
Sekitar sepuluh menit Yuna menari di sana dengan tatapan Jack yang semakin aneh.
Apa yang kalian pikirkan memang betul, Jack mencoba untuk memperk*sa Yuna.
"Hey.. Apa-aaapaa yang kau lakukan!"
Yuna kesal tapi kepalanya juga pusing bukan main, sialan!
"Ayolah. Tidak ada yang mampu menolakku untuk bercinta. Aku mengerti kita memang baru bertemu, tapi mana mungkin ada wanita yang menolakku. Ini club sayang, tidak ada yang suci."
"Diam!"
Suara musik yang begitu kencang membuat tidak ada satu pun yang peduli. Bahkan gendang telinga mereka sudah terisi musik.
Yuna tidak dapat berkutik ketika Jack membawanya ke hotel yang sudah di sediakan di sana.
"Lepas!"
"Lepas!" teriak Yuna yang hampir menangis.
Sampai... Seseorang datang meninju Jack dengan kasar. Samar-samar melihat orang itu adalah Jungkook, hati Yuna jadi tenang.
Bugh
Bugh
"Jangan pernah menyentuh wanitaku!" pekik Jungkook setelah ia menghantam Jack beberapa kali.
Jungkook menggendong Yuna ala bridal style membawanya untuk pulang dengan hati kesal karena melihat wanitanya terus di goda oleh orang lain. Bahkan sampai hampir..
"Lepaskan semua bajumu. Cepat mandi dan aku akan membawakan bubur pereda mabuk." ujar Jungkook dengan tangan mengepal.
Entah kenapa Yuna tidak menurutinya. Ia malah mencium pipi Jungkook dengan lembut, menganggap laki-laki itu pahlawan yang selalu hadir ketika ia dalam bahaya.
"Terimakasih." ujar Yuna.
Di mulai dari sinilah akhirnya mereka melakukan hal yang melampaui batas, Yuna dan Jungkook melakukan hubungan suami istri tanpa di sadari. Ini bukan kemauan Jungkook tapi Yuna yang terus memaksanya meskipun beberapa kali ia menolak. Tapi mungkin dengan begini Yuna akan tetap berada di sisinya dan tidak mencari kesenangan yang bahaya.
"Aku tidak akan mengatakan bahwa kamu milikku, atau kamu cintaku. Tapi aku akan mengatakan maukah kamu menua bersamaku?" tanya Jungkook di sela-sela pergelutan di atas ranjang.
Yuna mengangguk dengan senyuman indah meskipun berbau alkohol, "Iya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments