Gadis Pengantin Srigala
Namaku Wulan Angraini. Aku adalah salah satu dari mereka yang disebut indigo.
Tapi aku tidak dapat melihat dengan jelas apa yang orang indigo biasa lihat dengan mata terbuka.
Aku hanya mampu merasakan bahwa mereka atau yang disebut makhluk ghoib itu ada, terkecuali jika aku memejamkan mataku, barulah aku dapat melihat dengan jelas sosok apa yang ada disekitarku.
Semua berawal dari sini..
Saat usiaku menginjak 15 tahun, aku dan keluargaku berlibur ke desa tempat kelahiran ibuku di daerah jawa barat.
Saat kami sampai di rumah nenek, pamanku dan istrinya sudah menunggu kami dirumah nenek, mereka bertiga menyambut kedatangan keluargaku.
Ibuku adalah anak tunggal, begitu pula dengan nenekku, dan begitu juga dengan aku sebagai anak tunggal dari ibuku. Dan sepertinya istilah anak tunggal ini sudah turun temurun sejak nenekku.
Istilah anak tunggal turun temurun ini dimulai dari ibunya nenekku yang hanya punya anak tunggal yaitu nenekku. Karena ibunya nenekku itu punya dua saudara kandung, dan ibunya nenekku itu anak ketiga. Paman dan bibiku adalah saudara jauh keturunan dari kakaknya ibu nenekku, yang kebetulan juga anak - anaknya pada merantau, jadi mereka tinggal dirumah nenek untuk menemani nenekku di kampung.
Kami bercengkrama melepas rindu seharian, karena sudah tiga tahun aku dan keluargaku tidak pulang ke desa.
Malam berlalu, esok paginya nenekku menyuruh pamanku untuk mengajak kami sekeluarga berkunjung ke sebuah tempat pariwisata yang katanya sangat "keramat" di desa nenekku. Tempat itu dulunya adalah bekas istana kerajaan di desa itu.
Kamipun berangkat ketempat pariwisata itu. Setelah sampai disana dan masuk ke tempat pariwisata itu, memang aku merasakan suasana yang sangat mistis dari mulai masuk pintu gerbang sampai kedalam. Aku merasakannya dari hembusan angin yang bertiup di telingaku.
Setelah menyambangi satu persatu tempat petilasan, tibalah kami di satu tempat dimana ada sebuah pohon yang sangat besar, sangat tinggi, dan sangat rindang, di tengah - tengah pohon itu ada bagian yang menonjol sebesar satu kepalan tangan manusia, mereka menyebutnya itu adalah pusar dari pohon itu.
Pamanku bercerita, konon katanya jika kita berdiri sekitar tiga meter dari pohon itu, lalu melangkah ke arah pohon itu sambil menutup mata, dan tangan kita di angkat ke depan, dan bila tangan kita dapat menyentuh bagian pusar pohon itu. Maka saat menyentuhnya, kita wajib mengucapkan apa yang kita mau, maka terwujudlah semua keinginan kita.
Awalnya ayahku terlebih dulu yang mencoba, namun ayahku berjalan melenceng jauh dari pohon itu, lalu dilanjutkan dengan ibuku. Dan ternyata sama pula, ibuku melenceng jauh dari pohon itu lalu tibalah bagianku untuk mencoba, namun aku sama seperti ayah dan ibuku, melenceng dari pohon itu.
Setelah kami mencoba semuanya namun tidak ada yang dapat menyentuh bagian pusar dari pohon itu, pamanku langsung mengajak kami untuk melihat tempat petilasan lainnya.
Aku berjalan paling belakang. Dan kakiku berhenti sesaat..
Akupun menoleh ke belakang, kupandangi pohon besar dan tinggi itu dari bawah ke atas, lalu turun lagi ke bawah.
"Aku merasa ada seseorang disana yang sedang memandangiku"
Akupun merinding, lalu aku membalikkan badanku dan melangkah mengikuti paman dan keluargaku yang berjalan didepanku meninggalkan tempat itu.
Dan tibalah kami disebuah pemandian, konon jika pada malam jumat keliwon dan bulan purnama kita mandi disana, maka kita akan awet muda, cantik, dan hilang segala penyakit.
Pamanku menyuruhku untuk mandi disitu, awalnya aku tidak mau, tapi pamanku berkata bahwa itu adalah permintaan nenek yang menyuruhku untuk mandi.
Akhirnya akupun mandi disitu, karena nenek yang meminta. Ibuku berkata "pantasan saja tadi nenekmu memaksa ibu untuk membawa baju kamu untuk ganti, ternyata nenek menyuruhmu mandi".
Setelah aku selesai mandi dan ganti baju, kamipun melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Keesokan paginya. Aku masih malas bangun karena udaranya sangat dingin "bbrrr.."
Tidak perlu jauh jauh pergi ke jepang atau ke korea. Di desa ibuku kalau pagi keluar rumah, dapat mengeluarkan udara berasap dari hidung ketika nafas kita berhembus dan berasap di mulut ketika kita berbicara, karena terlalu dinginnya udara disana.
Aku keluar dari kamar dan duduk di depan pintu rumah, kulihat bibi datang dan menghampiri nenek yang sedang menyapu halaman. Mereka seperti berbicara agak sedikit berbisik lalu melirik padaku, namun aku tak terlalu memperhatikan, dan langsung melangkah ke depan rumah. Nenek menghampiriku dan menyuruhku ikut dengan istri pamanku ke kebun belakang rumah nenek. Akupun ikut tanpa bertanya, karena menurutku pasti ada hal yang menyenangkan di kebun belakang, walaupun udaranya sangat dingin.
Istri pamanku menghampiri sebuah pohon dan berkata
" wulan kamu petik kuncup bunga ini lalu kamu makan atau langsung ditelan saja"
Akupun menjawab "Ga mau, masa aku makan bunga kuncup"
Lalu bibi berkata lagi "ini nenek yang suruh, ayo ambil dan langsung kamu telan"
"pagi pagi itu sarapan lontong sayur atau nasi uduk bi, bukan sarapan kuncup bunga" jawabku.
"udah atuhlah sok di ambil di telen, nanti nenek marah" kata bibi.
Tanpa bertanya lagi, akupun langsung memetik bunga kuncup itu, dan menelannya.
Uheekkk.. gak enakkk...
Bibi langsung memberiku minum. Akupun bertanya pada bibi.
" ini namanya bunga apa bi"
Bibi menjawab "bunga kantil"
"ooohhh..." jawabku.
Setelah kumakan satu bunga kantil, bibi mengajakku memetik beberapa jenis bunga, lalu menaruhnya dibaskom yang dibawa bibi. Sesudah bunga - bunga itu terkumpul setengah baskom, bibi mengajakku pulang kembali kerumah nenek.
Sesampainya dirumah nenek, ibu menyuruhku langsung mandi dengan air hangat yang sudah disiapkan ibuku. Namun sebelum aku masuk kamar mandi, bibiku datang dan menaruh bunga - bunga yang tadi kupetik bersamanya di kebun belakang, di taruhnya bunga - bunga itu di ember air hangatku. Belum sempat aku bertanya, bibi sudah berkata "disuruh nenek".
Aku hanya tercengang tanpa kata melihat bibiku yang langsung bergegas pergi.
Lalu ibuku berkata "yasudahlah wulan, nenek memang seperti itu, senang dengan mandi bunga dan makan bunga kantil"
"Loh?... wulan juga tadi disuruh makan bunga kantil bu.. " jawabku.
Ibu berkata " masa?... yasudahlah ikuti saja"
Selesai mandi dan berpakaian, aku menghampiri ayah, ibu, nenek, bibi, dan pamanku yang sudah siap - siap untuk sarapan.
Saat kami sedang menyantap sarapan kami, Nenek berkata padaku "rajin puasa, untuk bersihin jiwa ragamu "
Aku menjawab "iya nek, nanti bulan ramadhan juga puasa.
Lalu nenek berkata kembali "kenapa harus nunggu bulan ramadhan, puasa aja senin kamis
Aku hanya tersenyum.
Satu minggu sudah kami sekeluarga berlibur di rumah nenek. Waktunya kembali pada rutinitas harian. Sekolah, ngeles, bermain dengan teman-teman.
Aahhh.... senangnya...
Let's go to the jungle.. he he he he ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Reisa Adi Widya
salken y thor
2022-03-22
0
kenzidan
.
2021-08-15
1
Candylove Therryus
baru baca, masih nyimak...
2021-07-25
1