Pak ustad mengangkat kepalanya , dengan mulut yang masih berkomat kamit. Di tatapnya wulan dengan mata yang tajam, perlahan tangan kanannya di angkat ke atas, dan jarinya seperti akan mencengkram sesuatu ke atas.
Lalu ia mengarahkan tangan kanannya yang sebelumnya ke atas menjadi ke arah wulan, seperti akan menarik sesuatu pada diri wulan. Pak ustad mengepal jari jemarinya terlihat seperti berat, dan menarik tangan kanannya yang tadi di arahkan ke wulan dengan sepenuh tenaga, ditarik perlahan - perlahan karena sepertinya ia begitu kesulitan menarik sesuatu itu.
Dan pada saat bersamaan saat pak ustad seperti berhasil menarik sesuatu yang ada di wulan, saat itu juga wulan muntah. Tubuhnya seperti benar - benar tertarik oleh tangan pak ustad. Tubuhnya terhempas ke depan, namun pundak dan tangannya di pegang oleh ayah, ibu, dan pak dedi dengan kuat, hingga hanya tubuhnya saja yang terjatuh ke lantai, sedangkan kakinya tetap duduk bersila .
Seketika wulan tersadar, ibunya segera membersihkan mulutnya, dan ayahnya membersihkan cairan muntahnya di lantai.
Pak ustad masih berkomat - kamit sambil menggenggam sesuatu yang tak terlihat oleh kasat mata. Lalu pak ustad mengambil alat yang berbentuk cambuk, dan ia cambuki tangannya sendiri, tangan yang seperti menggenggam sesuatu itu. Lagi... dan lagi.. berulang kali pak ustad mencambuk tangan kanannya sambil komat - kamit.
Wulan memeluk ibunya, dan ibunyapun memeluk wulan sambil membelai rambut wulan dan memegangi tangan wulan. Ayah wulan dan pak dedi terus berjaga guna meng antisipasi hal - hal yang tak tertuga.
Setelah berulang - ulang mencambuk tangan kanannya, pak ustad segera masuk ke ruangan lain di dalam rumahnya. Sementara istri pak ustad bu hera datang ke ruangan itu, dan memberikan mereka air teh hangat untuk diminum.
Bu hera berkata kepada wulan "Silakan diminum dek, biar badanmu enak". "Baik bu". Jawab wulan. "Silakan bapak - bapak dan ibu, di minum air tehnya, mumpung masih hangat". Bu hera mempersilahkan pula minum kepada mereka dengan logat sundanya.
Bu hera duduk bersama mereka, untuk menemani mereka dan mengobrol dengan mereka selagi pak ustad di dalam ruangan yang lain.
Sementara di dalam ruangan, pak ustad mengambil sebuah tungku kecil, tangan kanannya di masukkan ke dalam tungku itu seperti menaruh sesuatu di dalam tungku, perlahan di angkat keluar tangan kanannya dengan jari yang sudah tidak mengepal lagi, lalu pak ustad mengambil air seukuran gelas kopi, di dekatkannya gelas berisi air itu ke dekat mukutnya yang berkomat - kamit. Lalu menuangkan air itu ke dalam tungku. Seketika di dalam tungku itu berapi, seolah ada yang terbakar di dalam tungku itu, dan padahal yang di masukkan ke dalam tungku itu hanyalah air putih biasa, bukan cairan yang bisa mengeluarkan api.
Sekitar tiga menitan api itu berkobar di dalam tungku, api pun perlahan padam, Dan pak ustad menaruh kembali tungku itu di tempatnya semula. Pak ustad kembali keluar dari ruangan itu, dan kembali ke ruangan dimana wulan dan keluarganya berada.
Setelah pak ustad duduk kembali di tempatnya semula, bu hera pamit dari ruangan itu.
Pak ustadpun bertanya "apa saja tadi yang kamu ingat wulan?.." ..
"saya hanya ingat dari awal tiba - tiba saya muntah, trus sampe sekarang pak ustad". Jawab wulan.
"Lalu,bagaimana badanmu terasa sakit ataubagaimana?.. tanya pak ustad lagi.
"Sedikit pusing pak" jawab wulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Heraherawati
kasihan Wulan..
2021-06-15
1