Entah sudah berapa lama Diana mondar-mandir di kamar. Ucapan Alvaro benar-benar membuat ia tidak tenang, bagaimana mungkin pria itu mengatakan ia bukan Ayara. Tidak mungkin kan Alvaro mempunyai kekuatan bisa mendeteksi jiwa seseorang?
"Apa yang harus aku lakukan," gumam Diana cemas. Tampak segurat ketakutan terlihat di wajahnya. Kalau ia kabur, itu bukan solusi terbaik. Ia tidak ingin jadi gelandangan apalagi ia tidak tahu siapa keluarga Ayara, syukur-syukur kalau keluarga Ayara kaya raya, tapi bagaimana kalau keluarga Ayara juga miskin? Atau bahkan sudah meninggal? Di dunia asing ini ia juga tidak mengenal siapa pun.
Terlalu memikirkan hal tersebut membuat kepalanya pening. Namun, tidak lama suara ketukan pintu membuat perhatian Diana teralihkan, Selly masuk ke dalam kamar setelah mengetuk pintu. Pelayan wanita itu menatap Diana.
"Nona muda Ayara, anda di minta tuan Alvaro untuk ke perusahaannya dan mengantarkan bekal makan siang."
Sebelah alis Diana langsung terangkat mendengarnya. Sejak kapan orang kaya seperti Alvaro ingin makan siang dengan bekal? Tapi seingat cerita yang ia baca tidak ada adegan Ayara mengantarkan bekal ke perusahaan suaminya. Mengingat bagaimana pria itu tidak menyukai Ayara.
"Nona muda," panggil Selly sedikit mengeraskan suaranya membuat Diana tersentak.
"Sebaiknya anda bersiap-siap berangkat ke sana, saya sudah menyiapkan bekal untuk tuan Alvaro."
Diana hanya bergeming. Tatapan matanya bergulir dengan kedua tangan yang saling bertautan.
Setelah menghabiskan waktu 25 menitan akhirnya Diana sudah sampai di perusahaan milik Alvaro setelah sopir mengantarkannya. Ia tampak terpukau bahkan terkagum-kagum pada gedung menjulang tinggi yang semakin mengkilap saat sinar matahari membiasnya. Diana menatap sekitar gendung yang terparkir mobil-mobil mewah. Dengan perasaan gugup Diana melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tanpa tahu letak ruangan Alvaro. Sebelum masuk ke dalam perusahaan megah itu Diana di sapa ramah oleh para Satpam yang ada di sana.
"Selamat datang Nona Ayara," sapaan repsionis membuat Diana menoleh.
Raut wajah Diana terlihat bingung sekaligus heran, bagaimana bisa orang ini mengenalnya."Kamu mengenalku?" tanya Diana seraya menunjuk dirinya sendiri.
Repsionis itu terkekeh seolah pertanyaan yang Diana lontarkan lucu."Tentu saya mengenal anda Nona, anda istri bapak Alvaro dan semua orang tahu itu."
Diana terperangah mendengarnya. Sejak kapan Alvaro mengakui istrinya?
"Mari saya antar ke ruangan pak Alvaro. Beliau sudah menunggu kedatangan anda," ucap repsionis itu ramah.
Diana mengikuti langkah repsionis wanita itu dari belakang. Tak henti-hentinya ia mendapatkan sapaan para Karyawan yang berpapasan dengannya, dan ia membalas sapaan itu dengan sangat ramah. Kalau dipikir-pikir enak juga menjadi istri orang kaya apalagi seorang pengusaha selalu di hormati, berbeda dengan kehidupan ia yang sebelumnya selalu dikucilkan dan di hina karna miskin sekaligus anak yatim piatu. Mengingat itu membuat mata Diana berair.
"Sudah sampai Nona Ayara." Ucapan Repsionis itu membuat lamunan Diana buyar.
"Anda langsung masuk saja," ucapannya."Kalau begitu saya permisi." Setelah mengantarkan sampai depan pintu ruangan pimpinan perusahaan tersebut repsionis itu beranjak pergi.
Diana menatap pintu kayu jati kokoh tersebut, mendadak jantungnya berdebar-debar tak karuan. Antara takut dan cemas. Wanita itu menarik napas dalam-dalam lalu dengan ragu-ragu mendorong pintu itu hingga---badan Diana langsung mematung menatap Alvaro tengah mengukung seorang wanita di sofa, posisi mereka berdua sangat intim. Mulut Diana sedikit terbuka melihat pemandangan yang membuat ia meneguk ludahnya.
Alvaro dan wanita itu menoleh bersamaan menatap Diana. Sementara yang di tatap cengegesan tak jelas.
"Sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat," ucap Diana yang masih cengegesan."Silahkan di lanjut lagi aku akan keluar."
"Tunggu!"
Diana meremas tuas pintu yang ia pegang, baru saja hendak menutup pintu tapi pria itu memanggilnya. Padahal ia sudah sangat senang tidak berurusan dengan Alvaro hari ini.
"Apalagi?" tanya Diana malas.
Alvaro menjauhkan tubuhnya dari seorang wanita yang mengenakan seragam OG itu.
"Kemarilah."
Dengan malas Diana berjalan ke arah Alvaro. Ia menatap wanita asing itu yang terlihat ketakutan menatapnya.
"Maafkan saya, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan." Tiba-tiba saja wanita yang bername tag Arin itu meminta maaf pada Ayara ralat Diana.
"Pergilah dari sini." perintah Alvaro yang langsung diangguki Arin.
Diana menatap sosok Arin sampai wanita itu menghilang dari balik pintu kokoh itu.
"Saya harap kamu tidak cemburu." Alvaro menatap Diana yang menatap tak suka padanya.
"Cemburu? Untuk apa aku cemburu!" ketus Diana.
"Tidak cemburu rupanya. Bukankah kamu akan sangat marah bila saya berdekatan dengan wanita manapun?"
Diana melangkah mundur ketika Alvaro berusaha mengikis jarak diantara mereka berdua. Ada apa dengan pria ini? Ketempelan? Sikapnya yang seperti ini membuat ia semakin takut dan juga melenceng dari alur novel.
"Heh! Lepas!" Diana memberontak kala Alvaro dengan tiba-tiba menarik pergelangan tangannya dengan kasar membuatnya menubruk dada kokoh pria itu.
"Saya semakin yakin kamu bukan Ayara," desisnya menghirup aroma manis dari leher Diana. Aroma tubuh Ayara tidak seperti ini.
______
Hai semuanya! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komennya ya!
See you di part selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Natalia Luis Naik0fi
Na ketahuan dsar kmpngan bru lihat mknan mcm krusakn buat mlu
2023-12-11
0
Livyana 171
ko aku yg deg2an sih😅😅
2023-06-18
2
Zara Ra
kak kpn up y
2023-05-24
0