~Karina PoV~
Apa bener yang dibilang sama Anggun.
Ah.. Tau ah ...
Mana mungkin coba Dokter Gama suka sama aku, apa coba lebihnya aku.
Mata ku menerawang ke atas menatap langit kamar teringat semua ucapan Anggun tentang Dokter Gama.
Tapi kalau dipikir kenapa juga ya, segitu perhatiannya Dokter Gama sama Bapak sampai di sempetin malam hari kesini ikut pengajian padahal aku yakin pekerjaan dia banyak banget.
Apa iya karena suka sama aku..
Sadar....
Sadar... Karin.
Nggak mungkinlah seorang Dokter Gama suka sama aku, apa lebihnya aku Dimata Dia.
Aku jadi pusing sendiri..
Biasanya Dokter juga nggak sampai segitunya sama pasiennya, apalagi sudah meninggal putus sudah komunikasi mereka.
Heran juga baru kali ini aku nemuin Dokter segitu perhatiannya sama keluarga pasiennya.
Ya Allah.. Tunjukan yang terbaik untuk Ku hanya Engkaulah penolong Kami.
Bapak, Ibu. Karin kangen...
Air mataku selalu meleleh setiap ingat mereka dan ku kirimkan alfatihah untuk Bapak dan Ibu.
Saat menatap matanya terasa tenang dan nyaman berada di sisinya, apalagi senyumannya manis.
He he he... Boleh ya aku menghayal.
Mas.. Ga.ma..
Terdengar mesra banget he he he
Tapi dia yang minta kok,
Kenapa dia suka dipanggil begitu ya.
Yang masih menjadi pikiranku kenapa dia baik banget sama keluargaku, ikut mendoakan Bapak apa karena pesan Bapak waktu itu ya sebelum meninggal.
Ah, Bapak mungkin bermaksud setelah beliau pergi ada yang menjaga ku dan Risa, tidak berarti juga yang diminta menjaga ku itu Mas Gama kan.?
Biarin sajalah, tunggu aja apa yang akan terjadi kedepannya yang penting sekarang fokus kuliah bisa lulus dan Risa bisa masuk SMA.
Tapi kalau dilihat-lihat Mas Gama ganteng juga, perhatian lagi.
Ngapain coba dia nyamperin aku ke tempat kerja terus mau nganterin pulang juga kalau nggak ada sesuatu.
Nggak mungkin juga kan kalau hanya lewat terus mampir dan tahu kalau aku di sana terus dia nungguin.
Makin pusing aja kalau dipikir,
Karin fokus kuliah, kerja demi masa depan.
🌹🌹🌹🌹🌹
Gama sendiri sudah merebahkan badannya di atas ranjang yang ada di kamarnya.
Matanya masih terbuka lebar dan belum merasakan kantuk.
"Karin... Cantik, manis he ...."
Dia bicara sendiri sambil senyam-senyum membayangkan wajah Karina.
"Gimana cara yang tepat untuk mendekati kamu Karin."
Gama menggigit bibir bawahnya dan berfikir cara yang jitu untuk mendekati Karina.
"Sepertinya Dia tipe gadis yang tak mungkin mau diajak pacaran, kalau langsung memintanya untuk menjadi istriku masih terlalu cepat."
"Ini aja mau nganterin pulang belum pernah berhasil."
"Tapi kalau dilihat dia sebenarnya juga punya rasa sama aku, tapi nggak mungkin tipe cewek seperti Karina mau mengungkapkan."
Gama masih berbicara sendiri dan pikirannya kemana-mana.
"Kalau aku belum mengungkapkan perasaanku sepertinya dia akan terus menjaga jarak denganku. Dia pasti menganggap ku hanya main-main."
"Tapi aku sebaiknya jujur dulu sama Mama, kelihatannya dari kemarin Mama juga sebenarnya sudah kepo banget."
Gama lalu beranjak dari tempat tidurnya karena merasa haus ingin mencari minuman segar ke dapur.
"Gama, ngapain."
Mamanya keluar dari kamar menuju ke dapur juga.
Dia melihat Gama sedang membuat minuman manis di campur dengan buah segar.
"Buat es buah mau Ma, Mama ngapain belum tidur."
"Haus, tumben udaranya terasa panas banget. Mama minum air putih aja."
Mama Dina mengambil gelas dan minuman lalu duduk di kursi. Sedangkan Gama masih memotong buah-buahan.
"Kamu pulang malam tadi, terus nggak makan. Emang udah makan ?"
"Udah Ma, tadi Gama makan di rumah temen ikut pengajian Bapaknya."
Mama nampak menganggukkan kepalanya.
"Teman mu mana sih Gama yang Bapaknya meninggal."
Gama memandang Mamanya lalu meletakkan buah duku ke dalam kulkas dan mengambil duduk di samping mamanya.
"Teman baru kenal Ma."
Mamanya mengerutkan dahinya.
"Baru kenal, dimana.?"
Gama meminum minuman yang sudah ia buat hingga setengah gelas lalu dia mau bercerita sama Mamanya.
"Ma, Gama mau cerita sesuatu."
"Hemm.. Mama dengerin, mau cerita apa."
Gama menatap Mamanya yang serius siap mendengarkan dirinya.
"Jadi gini Ma, Gama kemarin itu punya pasien seorang bapak-bapak dan didiagnosa mengalami gagal ginjal."
"Astaghfirullah, terus gimana sekarang keadaannya."
"Setelah dirawat 1 minggu lalu dilanjutkan dengan cuci darah yang sudah dijalaninya 5 kali akhirnya bapak itu meninggal Ma."
"Inalillahi wa innailaihi rojiun. Pasti sedih keluarganya."
Gama menggenggam tangan Gama.
"Bapak itu malam sebelum meninggal berpesan sama Gama, Saya titip Karina dan Risa jaga Mereka Dok. Gitu Ma."
"Anaknya 2 gadis semua."
"Iya Ma." Gama menganggukkan kepalanya.
"Terus gimana sikap kamu sekarang."
"Teman yang Gama maksud itu adalah anak dari bapak ini, Gama berusaha untuk ikut pengajian dan lebih kasihan lagi Ibunya juga sudah meninggal 2 tahun yang lalu jadi mereka ini anak yatim piatu Ma."
"Ya Allah... Kuat banget mereka. Usia berapa mereka Gama, kalau masih kecil bawa sini Mama mau ngasih dia."
Gama tersenyum.
"Dia sudah seorang gadis Ma, usianya sekitar 20 tahun yang Karina kalau Risa seumuran sama Tika."
"Lho.. Udah mahasiswa, terus maksud Bapak itu apa kamu suruh nikahin."
"Bukan Ma."
"Terus gimana kamu mau kuliah kan mereka, berat Gama."
"Sebentar Ma, Gama jelasin dulu."
"Oke... Lanjutkan."
"Jadi gadis ini gadis istimewa Ma di hati Gama, waktu itu sebelum Gama memeriksa Bapak ini Gama melihat seorang gadis yang sedang sholat di mushola di seberang ruangan kerja Gama. Dia cantik, manis punya wajah yang teduh sempurna Ma."
Mama Dina tersenyum mendengarkan cerita Gama.
"Lalu setelah Gama tahu jika gadis ini adalah anak dari bapak yang sakit itu, Gama semakin sering ketemu dan tau kesehariannya. Dia kerja sambil kuliah Ma setelah Bapaknya sakit dan sampai sekarang."
"Secantik apa Karina itu Gama."
"Dia cantik luar dalam Ma, wajahnya dan hatinya serta perilakunya semuanya cantik."
"Anak Mama jatuh cinta ya."
Mama Dina menelisik wajah Gama.
"Apa Mama bisa menerima dia kalau Gama serius dengannya. Dia yatim piatu Ma, nggak punya orang tua."
"Asal kamu bahagia Sayang, dan Mama mau kenal dulu sama Dia jangan seperti gadis yang pernah bawa pulang."
"Ma, yang lewat ya sudah, maafin Gama Ma." Gama menciumi tangan Mamanya.
"Iya Sayang, Mama cuma pesan cari wanita yang mencintai kamu apa adanya bukan karena kamu ada apanya, paham.."
"Iya Mama Ku Sayang.."
🙂🙂🙂🙂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Nar Sih
bener baget ucapan mama nya dokter,mencitai apa ada nya,yg penting saling menyayangi
2023-07-04
1