"Bapak...Bapak.... Bapak..., bangun Pak..."
Adzan subuh berkumandang Karina menangis sejadi-jadinya di atas jasad Bapaknya.
Iya, Bapak Heri meninggal 10 menit sebelum adzan subuh berkumandang. Kondisinya mengalami penurunan drastis sekitar pukul 2 dini hari setelah terbangun dan minta minum lagi.
Saat itu yang menunggu Karina dan Risa karena malam tadi Anggun pulang dan menjemput Risa mengantarnya ke rumah sakit untuk menemani Karina.
Dokter Gama sendiri semalam juga pulang tapi sudah larut malam karena Mamanya selalu telepon, sebenarnya dia juga tidak tega untuk meninggalkan Karina menunggui Bapaknya di rumah sakit karena firasatnya sudah tidak enak. Sekitar pukul 2 dini hari Dia mendapat telepon dari rumah sakit jika kondisi Bapak Heri kritis, dia langsung berangkat lagi ke rumah sakit.
"Pak.. Bapak..., kenapa ninggalin kita."
Risa juga menangis memeluk jasad Bapaknya.
Dokter Gama tak tega melihat mereka berdua, Dia memberikan kesempatan terakhir kali kepada Karina dan Risa untuk memeluk bapaknya.
"Bagaimana Dok."
Tanya petugas rumah sakit yang ingin memandikan jasad Bapak Heri.
"Tunggu sebentar."
Kata Dokter Gama.
"Karin.... Hiks...hiks..."
Anggun datang bersama Lukman setelah mendapat telepon dari Gama.
Anggun memeluk temannya itu dia juga tak kuasa untuk menahan tangisnya.
"Bapak... Gun. Nanti aku sama siapa. Aku sudah nggak punya siapa-siapa lagi, hiks...hiks... Bapak, kenapa ninggalin kita."
Karina memeluk Anggun meluapkan semua tangisnya.
"Karin, ada aku. Ada keluarga aku. Kita saudara kamu Karin, lihat Risa dia masih butuh kamu. Kalian berdua pasti bisa melewati ini semua."
Karina masih menangis begitu pula Risa, mereka memeluk jasad Bapak Heri.
"Bapak, mbak... Bapak kenapa ninggalin kita. Bapak kenapa pergi secepat ini."
Risa menangis sejadi jadinya di. Mereka berdua tak bisa menahan kesedihannya ditinggalkan Bapaknya, orang tua satu satunya karena ibunya sudah meninggal 2 tahun yang lalu.
"Karin, kasihan Bapak kalau kamu begini terus. Ikhlaskan Bapak Karin, doakan Bapak mendapatkan tempat yang terbaik disisi Allah." Anggun memegang pundak Karina dan memintanya untuk kuat dan mengikhlaskan kepergian Bapaknya.
"Kita harus ikhlas Karin, ini memang takdir Allah yang harus kita jalani."
Karina memeluk Anggun lagi.
"Kita doakan Bapak sama - sama, Bapak sedih kalau lihat kalian begini."
Karina menganggukkan kepalanya dan mendekati Risa yang masih memeluk jasad Bapaknya seakan tak mau lepas.
Karina memeluk tubuh Risa dan membisikkan di telinganya.
"Dek.. Kita ikhlaskan Bapak ya. Agar Bapak bahagia disana, kalau kita begini terus Bapak akan sedih."
"Bapak...."
Karina memaksa Risa bangun dan badannya terasa lemas.
"Ambilkan kursi."
Pinta Gama dan dua petugas mendekatkan kursi kepada mereka.
"Duduk Mbak Karin." pinta Gama.
Mereka berdua duduk di kursi di depan jasad Bapaknya yang terbaring dengan tenang.
"Ya Allah, kami ikhlas menerima takdir Mu ini terimalah amal baik dari Bapak kami dan ampunilah segala dosa-dosanya. Dengan Rahmat Mu tempatkan lah beliau di surga Mu yang paling indah... Hikss..hiks..."
Karina tak sanggup untuk melanjutkan doanya, yang diaminkan semua orang dan tangisnya pecah kembali.
Semua orang di dalam ruangan itu ikut mengaminkan doa Karina, tak terkecuali Dokter Gama yang bisa merasakan kesedihan dari Karina.
"Mbak Karin, Bapak akan segera disucikan dan selanjutnya nanti akan langsung dibawa ke rumah duka." Terang Dokter Gama.
"Baik Dok, silahkan."
"Bapak.... Bapak, mau dibawa kemana."
Risa yang masih meronta ingin menggapai jasad Bapaknya.
"Dek.. Kita harus ikhlas .."
Karina memeluk Risa dengan erat dan badannya semakin lemas.
"Dek..."
Risa jatuh dan langsung diangkat Gama di tidurkan di brankas.
"Bawa ke ruang perawatan."
Perintah Gama.
Dokter Gama lalu mempersilahkan kepada petugas untuk mensucikan jasa dari Bapak Heri.
"Karina biar Risa aku yang jaga, kamu ikut mensucikan Bapak." Kata Anggun.
"Makasih Gun."
"Kami minta maaf kepada Mbak Karina dan keluarga, kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun takdir berkata lain." Ucap Gama.
"Kami sangat berterima kasih Dok, maafkan salah Bapak.." Ucap Karina sambil menyeka air matanya.
"Saya akan urus semuanya sampai Bapak sampai di rumah duka, Mbak Karin tenang saja dan doakan Bapak."
"Terima kasih banyak Dok."
Karina mengikuti proses mensucikan jasad Bapaknya, hingga selesai dan saat akan dikafani Risa datang karena sudah sadar dan memaksa ingin melihat Bapaknya.
"Bapak... Maafin Risa..."
"Udah Dek, kita harus ikhlas.."
Karina memeluk Risa dan mereka berdua melihat Bapaknya mulai dikafani.
Setelah itu dibawa pulang ke rumah duka menggunakan ambulans.
"Mbak Karin dan Risa ikut mobil saya." Pinta Dokter Gama.
"Saya mau menemani Bapak Dok."
Tolak halus Karina.
Akhirnya Karina dan Risa naik ke atas ambulans duduk di sebelah keranda Bapaknya menemaninya sampai ke rumah duka.
Di rumah sudah rame sanak saudara yang mempersiapkan segala sesuatunya, sesampainya di rumah Mereka mengaji dan segera membawa ke pemakaman begitu hari sudah siang.
Dokter Gama mengikuti semua prosesnya hingga ke makam, rasanya ada keterkaitan hati dengan Bapak Heri setelah permintaannya semalam.
Setelah semua pelayat sudah pulang tinggal keluarga dan teman terdekat.
Anggun beserta keluarganya datang semua, Dokter Gama juga masih berada di sana ikut membaur.
"Karin.. Aku pamit dulu ya sama Mama."
Anggun pamit pulang bersama Mamanya dan juga Kakaknya Lukman.
"Makasih banyak ya Gun, maaf selalu merepotkan kamu." Mereka berdua berpelukan.
"Karin, kamu itu keluarga aku iya kan Ma."
"Iya Karin, anggap Tante ini mama kamu juga. kamu jangan sedih ya sayang, masih banyak orang yang sayang sama kamu dan Risa."
"Makasih Tante, maafin Karin nggak bisa menjamu dengan baik."
"Yang sabar ya Karin, semangat ya masih panjang masa depan kamu dan juga Risa."
"Iya Tante, sekali lagi terima kasih."
Lukman pun juga ikut pamit lalu melirik ke Gama yang masih santai duduk di kursi.
"Nggak pulang kamu."
"Entar, kamu duluan aja."
jawab Gama.
"Mau nginep kali Kak." ledek Anggun.
"Husst... Anak kecil." Gama malu dengan Karina.
"Karin, hati - hati sama Mas Gama ya he he he..."
Karin hanya tersenyum saja.
"Jangan ditunda-tunda keburu kabur." Ledek Mamanya Lukman kepada Gama.
"He he ... Doanya Tante."
Karina hanya menatap mereka dengan pandangan kosong dan tak memperdulikan candaan mereka.
😉😉😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
eni
Dunia tempat meninggal bukan tempat tinggal...🥺
ibaratnya kita saja nunggu antrian,hanya Allah yg tau kpn jaji kita tiba...
selagi masih d kasih kesempatan,smg bisa istiqamah d jalan-Nya
2023-05-24
1