Sesampainya di kampus Karina memarkirkan sepeda motornya di tempat biasa.
"Karin.."
Karina menoleh ke arah sumber suara ternyata Anggun yang memanggilnya.
"Anggun, diantar."
Anggun tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu mereka berdua berjalan menuju ke ruangan.
"Gimana kerjanya."
"Alhamdulillah, semua baik-baik saja teman-temannya juga baik."
"Maaf ya aku belum sempat ke toko Tante." Anggun sambil merangkul pundak Karina.
"Iya nggak papa Gun."
Kata Karina sambil tersenyum.
Mereka masih di lorong belum masuk ruangan lalu terdengar nada dering panggilan di ponsel milik Karina.
"Sebentar ya Gun."
Karina mengambil HP miliknya yang masih berada di dalam tasnya.
Tertera nama Dokter Gama disana.
"Siapa."
Anggun yang kepo melirik ke arah ponsel milik Karina.
"He he he..."
Dia hanya nyengir aja lalu Karina menjawab panggilan itu.
"Assalamualaikum Dok."
Anggun mendengar karena mengucapkan Dok membuat Anggun menatapnya dan pikirannya sudah menuju kepada dokter Gama.
"Waalaikumsalam, kamu dimana Mbak Karin." Suara Gama terdengar halus di telinga Karina.
"Lagi di kampus, maaf ada apa ya Dok."
"Nggak papa, hanya ingin tahu sekarang dimana. Dari tadi pesannya tidak dibalas."
"Maaf ya Dok, Karin harus masuk kelas sebentar lagi dosennya datang."
"Oke, selamat belajar. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Begitu telepon di tutup Karina mengecek pesan yang masuk dan benar Gama sudah mengirim pesan sejak tadi.
"Siapa Karin."
Tanya Anggun masih kepo.
"Dokter Gama yang menangani Bapak."
Jawabnya singkat sambil membuka pesan.
Anggun yang malah nampak tersenyum.
"Dokternya merawat Bapak tapi kok perhatiannya sama kamu."
Mulai Anggun menggodanya.
"Apa sih Gun, nggak ini mengingatkan saja kalau besok jadwal cuci darah Bapak."
"Oh... Yakin cuma gitu."
Anggun menampakkan wajah menggoda Karina yang membuatnya malah salting.
"Iya, Anggun. Apa sih yuk kita masuk kelas."
Karin berjalan duluan diikuti oleh Anggun dia senang sekali menggoda temannya.
"Karin, cakep nggak Dokternya."
Padahal Anggun sebenarnya sudah tahu tapi memang Karina yang belum tahu kalau Anggun sudah mengenal Gama terlebih dahulu.
"Apa sih Gun."
Karina duduk di kursinya dan meletakkan tasnya.
"Boleh nggak besok aku ikut ke rumah sakit, mau tahu seganteng apa Dokternya ini." goda Anggun dengan menggerakkan alisnya.
"Ngapain mau ikut.?"
Karina merasa aneh.
"Siapa tau Dokternya kecantol sama aku, ha ha ha..." Tawa Anggun.
Karin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
"Pokoknya besok aku ikut ya."
Anggun masih merayu Karina yang hanya tersenyum saja.
Dirumah
Bapak Heri melamun sendiri di belakang rumah sambil mengamati tanaman sayurnya yang ia tanam sendiri.
Beliau memang suka berkebun sayur untuk dikonsumsi sendiri saja, selain bekerja di pabrik dan kini Dia sudah mengundurkan diri karena sakit. Sebenarnya pabrik masih memberikan cuti cuma Bapak Heri merasa penyakitnya entah kapan sembuh.
"Sekarang aku hanya merepotkan anak - anakku. Karina harus bekerja dan Risa masih butuh biaya untuk masuk SMA juga." Ucapnya sendiri.
Bapak Heri menyesali apa yang terjadi pada dirinya hingga bisa sakit seperti sekarang ini.
Melihat kebun sayurnya yang sedikit kurang terawat karena biasanya dirinya yang membersihkan kini hanya kadang Karina dan Risa yang sesekali mencabuti rumputnya dan mengambil sayuran yang sudah siap masak.
Bapak Heri berjalan ke tengah tanaman sayurnya dan mulai membersihkan rumput - rumput kecil yang tumbuh dan mencabutnya.
Terik matahari seperti tak dihiraukannya, peluh membasahi badannya dan ia terus menyusuri rumput - rumput itu dan mencabutnya.
Lima menit kemudian Dia merasakan nafasnya terengah-engah dan dadanya sesak hingga Pak Heri memutuskan untuk kembali ke rumah.
"Astaghfirullah... Astaghfirullah..."
Langkah kakinya seperti tak kuat padahal sedikit lagi sampai di pintu dan ia terjatuh karen kakinya tak kuat melangkah lagi namun masih dalam keadaan sadar.
"Ya Allah... Astaghfirullah..."
Nafasnya terengah-engah mau memanggil siapa tak ada orang, Pak Heri berusaha sendiri menuju ke pintu dengan merangkak.
Dengan susah payah Pak Heri sampai di pintu dan meminum air di dalam botol tak jauh darinya.
"Hah.. Huh...huh.... Alhamdulillah..."
Suaranya pun tak terdengar kuat hanya nafasnya seperti mau terlepas.
Pak Heri beristirahat dengan terduduk di pintu sambil masih memegang botol minuman itu menunggu dirinya untuk bisa berdiri lagi.
"Baru juga segitu sudah capek sekali rasanya." Dalam hati Pak Heri sambil beristirahat.
Hingga hampir 1 jam Pak Heri masih lemas tergeletak tak ada orang lain hanya dia sendiri, sambil mengantuk.
"Assalamualaikum... Pak, Bapak..."
Terdengar suara Risa yang pulang sekolah dan mencari Pak Heri.
"Pak.. Bapak... Bapak kemana."
Risa mencari Bapaknya ke kamar nggak ada, lalu melihat pintu belakang yang sepertinya terbuka karena ada cahaya yang masuk.
"Pak.. Bapak...."
Karina ke belakang dan melihat Bapaknya bersandar di pintu sambil memejamkan matanya.
"Pak.. Bapak...."
Risa mendekati Bapaknya dan mencoba membangunkannya.
"He... Risa udah pulang."
Nafas Pak Heri masih terengah dan lemas.
"Bapak kenapa, bangun Pak."
Risa mencoba membantu Bapaknya untuk berdiri namun terlalu berat.
"Risa panggil Pak de sebelah ya Pak. Risa nggak kuat.."
Risa rasanya mau menjerit tapi dia tahan takut satu kampung datang semua.
"Jangan... Bantu Bapak berdiri."
Pelan-pelan Pak Heri mengangkat badannya dengan dibantu Risa.
"Pelan Pak, Bapak kenapa bisa di situ."
"Nggak papa."
Bapak Heri di dudukan di kursi dan di ambilkan minum Risa.
"Minum dulu Pak."
Pak Heri mengatur nafasnya dan Risa sendu menatapnya.
🙂🙂🙂🙂
Gimana kelanjutannya,, 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
PANJUL MAN
lanjut
2024-05-06
1
eni
banyak istirahat pak.....🥺
2023-05-23
1