Setelah menemani Anggun sampai mobil dan mereka sudah meninggalkan rumah, lalu Karina mendekati Gama yang masih duduk di kursi di halaman rumah.
"Silahkan minum Dok."
Karina membawakan air mineral dalam botol di hadapan Gama.
"Terima kasih Mbak Karin, keadaan Risa gimana."
Risa dari tadi masih terlihat syok dan kini berada di dalam rumah ditemani Budenya yang datang dari luar kota.
"Hanya masih syok aja Dok, nanti juga akan membaik dia sudah ikhlas atas kepergian Bapak."
Karina sebenarnya juga merasakan betapa kehilangan dirinya namun dia harus bangkit dan menunjukkan kepada semua orang kalau dia ikhlas dan bisa menerima takdir ini.
"Saya minta maaf, tidak bisa menyelamatkan Bapak."
Karina menunduk saja.
"Bukan salah Dokter, memang sudah takdir Bapak sampai di sini."
Karina mengusap air matanya yang jatuh begitu saja di pipinya.
"Saya sudah berusaha memberikan tindakan yang terbaik, tapi memang takdir Allah berkata lain."
"Dokter sama sekali tidak bersalah malah Saya mengucapkan banyak sekali terima kasih karena Dokter sudah dengan ikhlas merawat bapak."
"Maafkan kesalahan Bapak Dok, baik yang sengaja maupun tidak dan mohon doanya semoga Bapak mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah."
"Bapak Heri orang baik Mbak, walaupun baru sebentar saya mengenalnya tapi saya merasa senang begitu ngobrol dengan Bapak."
Karina mencoba tersenyum namun air matanya jatuh dengan sendirinya.
Memang Bapak Heri orangnya mudah bergaul dan menghormati juga lawan bicaranya tanpa membedakan dia lebih muda darinya.
"Rencana akan ada pengajian.?"
Tanya Dokter Gama.
"Ada Dok, mulai nanti sampai malam 7 hari."
"Saya boleh datang."
Karina tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Saya berterima kasih sekali jika Dokter berkenan untuk hadir ikut mendoakan Bapak."
Gama tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Insyaallah, kalau tidak ada pekerjaan yang mendesak Saya berusaha untuk hadir."
"Terima kasih Dok."
"Hmmm... Kalau begitu saya mohon pamit untuk kembali ke rumah sakit karena masih ada pekerjaan lain."
Gama berdiri dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Karina.
"Terima kasih banyak untuk atas bantuannya dan mohon maaf tidak bisa menjamu dengan baik."
Karina menelungkupkan kedua tangannya di depan dada karena tidak bersalaman dengan lawan jenis.
Gama tersenyum dan ikut menelungkupkan kedua tangannya di depan dada.
Lalu Gama juga menyalami beberapa keluarga Karina yang masih ada di situ lalu berjalan ke arah Karina yang berdiri.
"Saya pamit Mbak Karin, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati Dok."
Gama tersenyum dan menganggukkan kepalanya berjalan menuju ke mobilnya sambil menyalakan remote.
Karina masih berdiri mengamati mobil Gama yang mulai berjalan meninggalkan rumahnya, dan bunyi klakson pun berbunyi dari mobil itu sambil membuka jendela mobilnya.
Setelah mobil Gama pergi, Karina masuk ke dalam rumah ingin melihat keadaan adiknya.
"Tadi Dokter yang merawat Bapak di rumah sakit, Karin?." Tanya Bude Sari yang merupakan Kakak dari Almarhum Ibunya.
"Iya Bude."
"Baik juga Dokter ikut melayat kesini."
Karina tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Risa dimana Bude."
"Di kamar mau sholat katanya tadi."
"Karin ke kamar ya Bude mau sholat juga."
"Iya, jangan doakan Bapak ya."
"Iya Bude."
Karina menuju ke kamar Risa terlebih dahulu untuk melihat sedang apa Dia.
Setelah melihat Risa sedang menjalankan sholat Dhuhur Karina sudah lega lalu ke Dia ke belakang untuk mengambil Wudhu untuk segera melaksanakan sholat Dhuhur.
🌹🌹🌹🌹🌹
Sedangkan Gama baru saja sampai di rumah sakit, Ia turun dari mobilnya lalu berjalan menuju ke ruangannya.
"Gama.."
Panggil Lukman yang melihat Gama baru datang.
Gama berhenti lalu menengok ke belakang ternyata Lukman.
"Kenapa."
"Baru balik dari rumah Karina."
Gama menganggukkan kepalanya lalu mereka berdua berjalan bersama menuju ke ruangan.
"Betah banget." Ledek Lukman.
"Aku seperti nggak rela meninggalkan Karina, aku melihat dia hanya untuk pura-pura kuat sebenarnya ingin menangis juga mungkin lebih dari Risa."
Lukman tersenyum sambil merangkul pundak Gama.
"Kamu beneran suka sama Dia."
Gama tersenyum saja menatap ke depan.
"Rencana kamu apa selanjutnya."
"Tunggu waktu yang tepat aja untuk mengatakan sama dia, apalagi semalam Bapak Heri sebelum meninggal di berpesan sesuatu kepadaku."
Lukman menatap Gama heran.
"Pesan.?"
Gama menganggukkan kepalanya mereka berdua masuk ke dalam ruangan Gama.
"Pak Heri malam itu bilang kepadaku untuk bisa menjaga Karina dan juga Risa."
Lukman mengambil duduk di depan Gama yang duduk di kursi kebesarannya.
"Apa Bapak Heri tahu kalau kamu suka sama Karina."
"Aku nggak tau kalau itu, kemarin aku memang sempat menjemput Karina di tempat kerjanya dan menemaninya pulang sampai rumah."
"Wah... Kemajuan pesat ternyata kamu. Ha ha ha.." Tawa Lukman.
"Kamu ketemu sama bapaknya." Tanya Lukman.
"Nggak." Gama sambil menggelengkan kepalanya.
"Karina sudah malam juga karena tidak enak menerima tamu cowok."
Lukman mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kalau kamu beneran serius dengan dia aku akan mendukung kamu. Tapi ingat kalau kamu cuman ingin mempermainkan dia jangan. Anggun bisa marah besar sama kamu sama aja kamu mempermainkan anak yatim piatu."
"Nggak sekejam itu juga aku, tenang aja kamu aku serius sama Dia."
"Terus soal keluarga kamu nanti gimana."
"Aku akan terbuka sama Mama, tapi untuk saat ini memang aku belum pernah cerita. Kemarin Mama juga lihat aku pulang malam habis nganterin Karina cuman aku nggak bilang aja."
"Ceritakan apa adanya sama Tante."
"Pasti dong."
"Beneran bucin kamu, ha ha ha..."
Ledek Lukman.
🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Nar Sih
semoga dr gama bnr2 serius sama karin ya
2023-07-03
1
eni
smg kelg dr gema baik..
nanti jangan banyak drama menerima Karin jd menanti dan Risa jd bagian keluarga ❤️❤️
2023-05-25
1