Pagi ini jadwal untuk cuci darah Bapak Heri, Karina selalu setia untuk menemani Bapaknya melakukan setiap prosesnya.
"Mbak Karin.."
Panggil Suster yang merawat Bapaknya.
"Iya Sus."
Karina yang ditemani Anggun berdiri dari duduknya masuk ke dalam ruangan.
"Dokter ingin bertemu, silahkan masuk."
Karina segera mengikuti Suster, Dia takut terjadi sesuatu dengan Bapaknya.
"Bagaimana keadaan Bapak, Dok."
Karina memandangi Bapaknya yang memejamkan mata setelah proses cuci darah selesai.
"Bapak kenapa terlihat lemas Dok, tidak seperti biasanya."
"Sabar Karin."
Anggun menenangkan temannya itu dengan mengusap lengannya.
"Bapak harus dirawat karena kondisinya drop." terang Gama yang menatap Karina tak tega.
"Bapak kenapa bisa begini, Dok."
Karina mendekati Bapaknya memegang tangannya.
"Sus, tolong siapkan ruangan dulu. Silahkan Mbak kita bicara di ruangan."
Pinta Dokter Gama.
Anggun dengan setia menemani Karina menuju ruang Dokter.
"Sabar Karin, Bapak pasti baik baik saja." Anggun selalu menyemangati.
"Aku takut Gun, Bapak kenapa - napa."
"Silahkan duduk." pinta Dokter Gama setelah berada di ruangannya.
Karina dan Anggun duduk di depan meja berhadapan dengan Dokter Gama.
"Kenapa dengan Bapak Dok."
Karina sudah tidak sabar mendengar penjelasan dari Dokter Gama mengenai kondisi bapaknya saat ini.
"Apakah Bapak Heri beberapa hari ini melakukan aktivitas yang berlebihan.?" Tanya Gama.
Karina hanya menggelengkan kepalanya saja. Risa memang belum bercerita kepada Karina soal kejadian kemarin siang.
"Bapak selalu di rumah Dok, ketika saya harus berangkat kuliah dan siangnya nanti Adik saya yang menemani Bapak di rumah."
"Kondisi Bapak Heri saat ini cukup drop, jika memang tidak melakukan aktivitas yang berlebihan mungkin bisa disebabkan karena beban pikiran yang sedang dipikirkan oleh Bapak Heri." Terang Dokter Gama sambil menatap Karina dan itu diperhatikan oleh Anggun.
"Sepertinya Mas Gama, beneran suka sama Karin." Dalam hati Anggun.
"Bapak... Bapak... Hiks..."
Karina tak sanggup untuk bercerita.
"Tenang Karin."
Anggun mengusap pundak temannya sembari memberikan rasa nyaman agar bisa bercerita.
"Silahkan minum Mbak Karin, Anggun."
Dokter Gama mengambilkan air mineral dan memberikannya kepada mereka berdua.
"Makasih Mas."
Anggun yang menjawab sambil membukakan tutup botol air mineral untuk Karina supaya mau minum.
Sekarang Karina sudah tahu jika Anggun dan Dokter Gama sudah saling kenal, walaupun tadi awalnya mereka pura-pura baru bertemu padahal udah banyak info yang Anggun berikan kepada Gama.
"Minum Karin." pinta Anggun.
Karina menggelengkan kepalanya tapi Anggun tetap mengarahkan botol itu ke mulutnya.
"Kamu minum dulu, biar tenang Karin."
Akhirnya Karina mau minum walaupun hanya sedikit.
"Maaf Dok."
Kata Karina selesai minum dan bisa lebih tenang. Dokter Gama menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Bapak beberapa hari lalu memang berbicara kalau beliau merasa bersalah kepada Saya.. Hiks...." Ucap Karin sampai tak tahan untuk menahan tangisnya.
"Merasa bersalah kenapa."
Tanya Dokter Gama.
"Bapak merasa bersalah Dok, karena merasa sudah menjadi beban untuk saya karena beliau tidak bisa bekerja lagi dan menyebabkan saya harus bekerja sambil kuliah.. Hiks.hiks...."
Anggun memeluk Karina sambil mengusap punggungnya.
Dokter Gama menghela nafasnya sambil menyenderkan badannya di kursi menunggu Karina kembali tenang.
Setelah beberapa saat menangis, Karina mengusap wajahnya yang penuh air mata, Dia berfikir harus kuat siapa lagi yang akan merawat Bapaknya kalau dia terus bersedih.
"Terus keadaan Bapak gimana Dok sekarang apa yang harus di lakukan."
Dokter Gama menatap Karina lekat.
"Kita berdoa Bapak Heri baik - baik saja dan besok pagi sudah kembali sehat. Kami akan selalu melakukan pemantauan."
"Baik Dok, terima kasih banyak."
"Sementara biarkan bapak untuk istirahat dulu, kami sudah memberikan obat penenang agar bisa beristirahat karena itu sangat dibutuhkannya."
Karina menganggukkan kepalanya.
"Saya sudah bisa melihat Bapak sekarang Dok."
"Bisa, silahkan. Bapak Heri sudah berada di ruang perawatan."
"Terima kasih banyak Dok, kalau begitu saya permisi."
Karina berdiri diikuti Anggun.
"Anggun, tolong temani Karina ya."
Pesan Dokter Gama yang mengkhawatirkan keadaan Karina.
"Iya Mas, tenang aja aku akan selalu ada untuk Karina."
"Makasih Anggun."
Karina masuk ke dalam ruang perawatan Bapaknya dan dia merasakan khawatir melihat kondisi Bapaknya yang memejamkan mata.
"Pak, Bapak semangat ya untuk sembuh. Karina dan Risa akan selalu menemani Bapak, hiks..hiks...."
Karina tak tahan untuk tidak menangis dia menelungkupkan wajahnya di atas tempat tidur.
"Karin, sabar doakan Bapak cepat sembuh." Anggun selalu memberi semangat pada Karina.
"Aku nggak punya siapa - siapa lagi Gun, cuma Bapak hiks..."
"Husst.. Kamu ngomong apa. Kita sholat yuk, doakan Bapak."
Karina mengusap air matanya lalu mengambil wudhu untuk sholat ashar karena hari sudah sore.
"Karin... Karin...."
Terdengar suara sayup dari Bapaknya.
"Bapak.."
Karin yang sedang berdoa langsung berdiri mendekati Bapaknya.
"Bapak haus."
Bapak Heri menganggukkan kepalanya lalu Karina mengambilkan minum dengan menggunakan sedotan.
"Pelan - pelan Pak."
Bapak Heri seperti orang kehausan lama tidak minum hampir setengah gelas lebih dihabiskan.
"Udah.."
Katanya setelah merasakan tenggorokannya kembali basah.
"Karin, aku panggil Mas Gama dulu ya untuk periksa Bapak." Ucap Anggun.
"Makasih Gun."
Tak lama Anggun datang bersama Dokter Gama dan seorang suster.
"Saya periksa dulu ya Pak."
Dokter memeriksa Bapak Heri dengan menggunakan stetoskop nya.
"Alhamdulillah kondisi Bapak Heri sudah stabil."
Terbit senyum Karina mendengar keadaan Bapaknya yang sudah lebih baik dari tadi.
"Malam ini dirawat di sini dulu ya supaya keadaan bapak Heri kembali stabil dan sehat sepenuhnya."
"Baik Dok."
Dokter Gama pun senang melihat karena bisa tersenyum kembali.
"Karin.. Haus.."
Bapak Heri meminta minum lagi.
"Bapak tadi udah minum banyak, nanti lagi."
Kondisi Bapak Heri memang tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi air putih terlalu banyak karena akan membuat kerja ginjalnya semakin berat.
"Bapak, minumnya sedikit - sedikit dulu jangan langsung banyak." Kata Dokter Gama.
"Haus... Haus.. Dok."
"Gimana Dok."
Karina bingung juga
"Dikit aja ya."
Karina menganggukkan kepalanya, lalu mengambilkan gelas yang ada sedotannya tadi.
"Udah Pak."
Pak Heri masih terus meminum air itu.
"Bapak sudah..."
Karina langsung menarik gelas itu dari Bapaknya.
"Haus Karin..."
"Pak, sudah cukup minumnya." Kata Dokter Gama baru Bapak Heri diam.
"Dok...."
"Iya Pak.."
"Saya boleh minta tolong sesuatu."
"Iya Pak kalau bisa, dengan senang hati." Ucap Dokter Gama dengan tersenyum.
"Tolong jaga Karina dan adiknya dia sudah nggak punya siapa-siapa."
"Bapak ngomong apa, Bapak akan sembuh, Karina dan Risa akan selalu menjaga Bapak." Karina sudah memerah matanya.
"Karin... Jaga Risa, maafin Bapak."
"Bapak sembuh, Bapak pasti sembuh. Hikss...hiksss...
😭😭😭😭😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
PANJUL MAN
/Sob//Sob//Sob//Sob/
2024-05-06
1
Susan
up lg dong kak ngegantung kek jemuran gk kering🤭
2023-05-24
1
cahaya
tp ceritanya msh panjang kak 🙂🙂🙂.. author serasa jahat banget ya 😱
2023-05-24
1