"Rasanya ingin berada di sampingnya, kasihan tidak ada tempat curhat untuk berbagi keluh kesahnya." ucap Gama lirih sambil menatap punggung Karina yang semakin lama tak terlihat.
"Woyyy.... Ngapain disini kamu."
Temannya mengagetkan Gama.
"Kamu, kalau aku jantungan gimana."
"Ha ha ha... Lihatin siapa sih."
Lukman teman seprofesi dengan Gama sejak tadi memperhatikan dirinya dari kejauhan.
"Kepo, kamu."
Gama duduk kembali di bangku itu diikuti oleh Lukman.
"Siapa gadis tadi."
"Pasien."
jawab Gama singkat aja.
"Cantik, sakit apa dia."
Gama langsung menatap arah Lukman begitu temannya itu menyebut Karina cantik.
"Kenapa.?"
Lukman heran ditata boleh Gama seperti mau menerkamnya.
"Apa kamu bilang. CANTIK!."
Entah kenapa Gama jadi emosi.
"Woy.. Kok sewot sih kamu. Suka ya sama Dia." goda Lukman yang tertantang menelisik kebenaran dari temannya itu.
"Bukan urusan Kamu, udah aku mau ke ruangan."
Gama beranjak dan diikuti Lukman.
"Kalau suka buruan deketin, Dia keluarga pasien yang ada di sini kan."
Gama berhenti menatap tajam ke arah Lukman.
"Jangan kamu ganggu DIA!!!."
"Santai Bro... "
Lukman merangkul pundak Gama yang terlihat emosi.
"Dia namanya Karina kan.?"
Gama semakin curiga dengan temannya itu yang mengenali Karina.
"Darimana kamu tahu."
Gama seperti hilang kendali.
"Tenang gitu bro .. dia itu teman kuliah adik ku."
Gama menatap tak percaya.
"Jangan bohong kamu."
"Buat apa aku bohong, Karina itu teman Anggun kuliah baru semester 4 tapi Bapaknya sakit disini."
"Kamu beneran nggak bohong kan."
Gama masih tidak percaya dengan Lukman yang kadang suka membual dan hobinya bercanda.
"Kalau kamu nggak percaya tanya Anggun sendiri."
Lukman berjalan dulu baru diikuti oleh Gama.
"Anggun tau kalau Karina lagi di rumah sakit."
"Nggak tau aku kalau soal itu, cuma Karin itu pernah ke rumah waktu itu."
Gama punya insting untuk mencari tahu banyak tentang Karina dari adiknya Lukman.
"Kalau Anggun di rumah aku boleh ngobrol kan."
"Ha ha ha.. Kamu beneran jatuh cinta sama Karina." Lukman menatapnya.
"Entah, tapi ada rasa kasihan ketika aku menatap wajahnya yang sendu. Aku merasakan beban yang begitu berat yang dipikul di usianya yang baru sekitar 20 tahun ini. Ibunya sudah meninggal dan dia yang harus merawat Bapaknya."
"Dia gadis sederhana Gam, jangan kamu permainkan."
Lukman tau masa lalu Gama.
"Aku pernah salah itu pun karena wanita dan sekarang aku sudah berubah dengan mencintai seseorang yang benar-benar berharga dalam hidupku."
Lukman merangkul pundak temannya itu sambil tersenyum senang.
"Perjuangkan jika memang kamu mencintainya."
"Bantu aku bicara sama Anggun ya ."
"Oke, nanti aku kasih kabar kalau pas Anggun di rumah kamu bisa ke rumah ku."
"Oke, makasih Bro .."
🌹🌹🌹🌹🌹
"Kamu sendirian Gun.?"
Karina melihat belakang Anggun yang datang sendirian menjenguk Bapaknya.
"Iya, nanti mau pulang sama Kak Lukman tadi aku udah bilang."
"Kak Lukman.?"
Karina benar - benar lupa kalau Kakaknya Anggun yang bernama Lukman sebagai Dokter juga di rumah sakit itu.
"Iya, perasaan aku pernah cerita deh kalau Kakak aku praktek di rumah sakit ini."
"Astaghfirullah, Aku beneran lupa." Kata Karina sambil melapuk-nepuk dahinya.
"Bapak gimana keadaannya."
Anggun menyalami Bapak Heri.
"Alhamdulillah Anggun, Bapak baik-baik saja."
"Bapak pasti sembuh, semangat ya Pak."
"Makasih Anggun, kamu datang aja Bapak seneng banget."
Karina dan Anggun jalan keluar untuk mencari minum.
"Kamu itu udah nggak masuk kuliah beberapa hari nggak ngasih kabar lagi. Kalau ditanya cuman baik-baik saja lagi ada urusan." Protes Anggun.
"Maaf Gun, aku nggak mau ngerepotin orang lain."
"Terus mau repot sendiri, kamu menanggung semua beban itu sendirian Karin."
Karina menghela nafas sambil tersenyum.
"Karin, berbagi cerita lah dengan aku. Kamu pasti juga butuh teman untuk bicara."
"Makasih Gun, tapi aku nggak mau merepotkan kamu."
"Karin, aku ini kamu anggap apa sih. Aku ini teman kamu kan.?. Cerita aja, aku sama sekali tidak merasa direpotkan sama kamu kalau cuman mendengarkan cerita kamu dengan senang hati Karin."
Karina lagi-lagi hanya tersenyum.
" Tugas - tugas kamu gimana."
"Aku beberapa hari ini berpikir untuk mengambil cuti kuliah dulu aja Gun, aku mau kerja. Sekarang Bapak sakit siapa yang akan memenuhi kebutuhan rumah."
Anggun menatap sayu temannya itu.
"Kamu yakin Karin."
Karin tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Nanti kalau aku sudah punya tabungan aku akan lanjutin kuliah lagi."
Anggun memeluk Karina.
"Kamu luar biasa Karin, kamu wanita kuat Kamu pasti bisa melewati ini semua."
"Makasih Anggun, kamu mau berteman denganku."
"Kamu ngomong apa sih Karin."
"Makasih Anggun hanya itu yang bisa aku ucapkan Kamu sangat perhatian dengan keluargaku."
"Karin jangan bikin aku nangis."
Anggun menyeka air matanya yang lolos di pipi mulusnya.
Keputusan Karina untuk cuti terlebih dahulu dari kuliahnya karena ia ingin bekerja menggantikan Bapaknya sebagai tulang punggung keluarga.
"Karin, nanti aku coba tanyakan ke tanteku ya siapa tahu di minimarketnya butuh karyawan."
"Beneran Gun, makasih banyak ya."
Anggun tersenyum dengan senang melihat reaksi Karina begitu gembira.
"Tapi Karin, gimana kalau kamu jangan cuti tapi kamu nanti kerjanya minta setelah kuliah aja pasti Tante ku boleh nanti aku yang ngomong."
"Tapi Gun, aku nggak enak dengan karyawan yang lainnya."
"Tenang aja nanti coba aku tanyakan dulu sama tanteku ya. Kamu kan pinter sayang kalau harus cuti nanti nggak bisa wisuda bareng."
Karina tersenyum senang bisa mengenal Anggun yang baik hati padahal dia dari keluarga orang kaya.
🌹🌹🌹🌹🌹
Lanjut lagi.... 😉😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Fadhil
sabar rin pasti ada jalan keluarnya dari Allah
2024-06-24
1
cahaya
ditunggu ya 😉
2023-05-19
1
eni
eehhh... penasaran dg masa lalu cinta dr.gama🤭
2023-05-19
1