Sudah satu minggu berlalu, Vina dan Arkha semakin menjaga jarak. Mereka hanya bertemu sekedarnya seperti bos dan asisten rumah tangga. Mereka hanya terlihat dekat saat Mikha melakukan panggilan video. Setelah itu, mereka langsung bubar.
Seminggu sudah Vina mulai training di Twins Galery. Vina terus telaten belajar, karyawan seniornya pun sangat ramah sehingga membuat Vina tidak rikuh untuk bertanya-tanya.
Setiap hari pesanan selalu banyak, dari buket bunga kecil sampai paket seserahan pernikahan mewah.
''Kak, aku pengin cari kopi deh, mau titip nggak?'' tanya Vina.
''Boleh-boleh.'' jawab mereka.
Mereka pun langsung mengeluarkan uang untuk membeli kopi yang terkenal itu. Kebetulan tempatnya hanya berjarak beberapa ruko dari tempat Vina bekerja.
''Oke, aku jalan dulu ya.'' ujar Vina.
''Oke.'' jawab mereka.
Mumpung waktu masih cukup senggang, Vina juga merindukan kopi itu.
Vina langsung memesan titipan-titipan dan juga untuknya. 15 menit menunggu akhirnya pesanan Vina sudah siap.
''Terima kasih, Kak.'' ucap Vina.
Kasir itupun membalasnya dengan senyum ramah.
Lokasi yang tidak jauh, Vina memilih jalan kaki saja supaya bisa lebih gerak. Apalagi pekerjaannya hanya duduk dan menunduk.
''VINA! VINA, TUNGGU!''
Vina langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar suara yang memanggilnya. Ia pun menoleh dan mencari sumber suara.
Vina mengernyitkan dahi saat mendapati sosok temannya yang sama-sama dari kampung itu. Lebih tepatnya teman semasa sekolah dulu.
Laki-laki yang berada di seberang jalan itu langsung sedikit berlari setelah berhasil menghentikan kendaraan yang melintas saat melihatnya hendak nyeberang.
''Vina 'kan?'' tanyanya memastikan.
''Iya, kamuuu?''
''Reza.'' kata keduanya bersamaan.
Mereka pun langsung terkekeh.
''Aku nggak salah dong ya?'' ujar Vina.
Laki-laki bernama Reza itupun tersenyum.
''Apa kabar?'' tanyanya sembari mengulurkan tangan.
Vina pun menyambutnya dengan senang hati, apalagi bertemu dengan teman yang sudah sangat lama berpisah.
''Alhamdulillah seperti yang kamu lihat, Za. Aku baik-baik saja.'' jawab Vina.
''Kamu pasti juga sehat 'kan?'' sambungnya.
Reza terkekeh.
''Iya, Alhamdulillah aku juga baik-baik aja.''
Reza mengitari pandangannya ke sekeliling.
''Kamu kerja di daerah sini?'' tanyanya.
''Iya, aku baru training sih di Twins Galery itu.'' tunjuk Vina.
''Sebelumnya kerja rumah tangga, hehe.''
''Ya nggak papa dong, yang penting halal.'' balas Reza.
Vina mengangguk dan tersenyum.
''Kamu sendiri, kerja atau gimana?'' tanya Vina.
''Iya, aku kerja di restoran itu.'' tunjuk Reza.
Vina pun mengikuti arah telunjuk Reza sembari mengangguk kecil.
''Wahh, hebat ya di restoran super mewah. Hanya sultan yang makan disana.'' canda Vina.
''Haha, nggak kok, buktinya aku belum jadi sultan sudah bisa makan disana.'' balas Reza.
''Yaaa, kamu 'kan kerja disana.''
Tiba-tiba Vina teringat akan kopi-kopi yang ia beli.
''Aduh maaf, Za, aku lupa. Aku beli ini dan ini beberapa titipan. Aku harus buru-buru sebelum dingin.'' ujar Vina.
''Kamu pulang jam berapa?'' tanya Reza.
''Nggak pasti, paling cepat jam 4, kadang setengah 5.'' jawab Vina.
''Aku tunggu jam 4 disini.'' ujar Reza.
''Eh, tapi,''
''Buruan itu sudah ditungguin, kita lanjut ngobrolnya nanti sore ya.'' ujar Reza.
Vina pun mengiyakan singkat, lalu buru-buru kembali ke tempatnya bekerja.
''Maaf Kak, pasti nunggu lama ya.'' ucap Vina.
''Ada apa, Vin?'' tanya salah satunya.
''Aku nggak sengaja ketemu sama temanku dari kampung, Kak. Ternyata dia kerjanya di restoran sana itu.'' jawab Vina.
''Wahh, kebetulan sekali ya. Siapa tau jadi jodoh, Vin.'' candanya.
Vina langsung nyengir tanpa mau menjawab dengan kata-kata. Mau mengiyakan tapi, nyatanya ia sudah bersuami. Meskipun hanya sekedar status saja.
...
Di sore hari, Reza menepati janjinya. Ia menunggu Vina di bangku panjang depan ruko yang sudah tutup.
''Aku kira kamu cuma basa basi, Za.'' ujar Vina.
Reza langsung mendongak mendengar suara itu.
''Hey, ya nggak lah. Duduk sini, aku beli jus alpukat biar seger.''
Vina pun duduk di bangku yang sama, jarak mereka dihalangi oleh tas dan juga helm.
''Wahh, beneran buat aku nih?'' tanya Vina.
Reza mengangguk.
''Terima kasih, Za.'' ucap Vina.
Vina menyeruput jus alpukat yang menyegarkan itu. Apalagi cuaca hari ini memang sangat panas sekali.
''Sama teman-teman yang lain apa masih komunikasi?'' tanya Reza.
''Ya masih sih, beberapa, nggak semua karna tau sendirilah buat akrab sama banyak orang itu pasti susah.'' jawab Vina.
''Benar Vin, aku sudah nggak komunikasi lagi sama teman-teman. Aku kerja disini juga semuanya teman-teman baru. Tapi, Alhamdulillah bisa ketemu saudara baru sini dan selalu kompak.'' balas Reza.
''Oh ya, kamu tinggal dimana?'' tanya Reza.
''Akuuuuu, emm aku tinggal nggak jauh dari sini kok, tapi, dirumah bosku. Jadi, maaf kalau nggak kasih tau lebih detail.'' jawab Vina gugup.
''Tinggal dirumah bos?'' tanya Reza memastikan.
''Iya, aku juga kerja dirumahnya.'' jawab Vina beralasan.
''Ohhh, kamu pasti capek banget dong.'' balas Reza.
''Hehe disyukuri aja, Za.'' jawab Vina.
Reza tersenyum tipis sembari mengangguk.
''Boleh minta nomor kamu? siapa tau kita bisa buat janji lagi dilain waktu.'' ujar Reza.
Vina langsung meragu untuk memberikan nomornya atau tidak.
''Tapi, aku nggak punya hari libur, Za. Kecuali izin pulang kampung.'' jawab Vina.
''Ya sudah nomor kamu aja, boleh 'kan?'' tanya Reza lagi.
Sebenarnya Vina tidak ingin memberikan nomornya pada laki-laki lain. Tapi, ia juga khawatir temannya itu akan menaruh curiga.
''Iya, boleh. Sebentar ya, aku nggak hafal nomorku.'' jawab Vina yang mendapatkan anggukan kepala dari Reza.
Vina membuka tasnya dan mengeluarkan ponsel. Ia mencari nomornya sendiri yang sampai sekarang belum juga hafal.
''Ini.'' tunjuknya.
Kepala Reza dan Vina sama mencondong sehingga mereka terlihat lebih dekat.
Reza mencatat nomor temannya itu dan langsung mencoba dihubungi.
''Oke, aku simpan ya. Terima kasih.'' ucap Reza.
Vina mengangguk.
''Boleh 'kan kalau aku telpon kamu?'' tanya Reza.
''Eeee, tapi, aku jarang megang hp dan selalu nggak ku kasih nada. Jadi, maaf kalau misalkan kamu nelfon nggak ke jawab.'' balas Vina.
''Iya nggak papa.'' jawab Reza.
''Kamu sendiri tinggal dimana, Za?'' tanya Vina penasaran.
''Di belakang restoran itu ada mess karyawan, tapi, pintu masuk ke mess lewat gang kecil samping itu. Aku tinggal disana, dan kebetulan hari ini lagi izin karena ngurus berkas-berkasku buat menetap disini.'' jawab Reza.
Vina mengangguk-angguk paham.
''Wah, kamu betah dong ya jadi warga ibukota?'' balas Vina.
Reza terkekeh kecil.
''Jujur, iya sih, aku betah tinggal disini, nggak banyak dengar omongan ini itu.'' jawab Reza.
Vina manggut-manggut mengerti, karena ia sendiripun merasakan hal yang tidak jauh berbeda. Meskipun semua itu memiliki plus minusnya.
''Oh ya, sorry nih aku harus pulang sekarang, takut dimarahi.'' ucap Vina.
''Aku antar ya?'' balas Reza.
''Nggak, nggak, nggak usah. Terima kasih banget, aku nggak berani, Za.'' tolak Vina yang langsung membayangkan respon dari Arkha jika melihatnya pulang bersama laki-laki.
Reza pun tidak memaksa. Ia juga menghargai Vina yang mengatakan tinggal bersama bosnya.
Keduanya berpisah, Vina meninggalkan tempat itu lebih dulu sembari membawa jusnya yang masih setengah cup.
Tiba di apartemen Arkha, Vina menarik napas dalam-dalam di depan pintu. Baru saja ia mengangkat tangannya untuk menekan tombol, tapi, pintu sudah dibuka.
''BAGUS!''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Siap Vina di amuk ama Arka
PaMud Mampir
2023-06-07
0