Saat diam setelah Dicky meninggalkan ruangannya, Arkha teringat sesuatu. Ia pun langsung membuka laptopnya.
Di setiap sudut ruangan di dalam apartemennya, Arkha memasang kamera pengintai, kecuali di dalam kamar mandi. Di kamarnya pun ia pasang karena didalam kamarnya menyimpan banyak benda-benda penting, ia juga menaruh curiga pada istrinya itu. Sedangkan satu kamar lainnya tidak dipasang cctv, karena ia tidak peduli, apalagi yang menempati orang yang tidak ia sukai.
''Masa iya gue yang deketin dia duluan! nggak mungkinlah! pasti dia yang genit duluan! dih covernya aja kalem, aslinya brutal tuh pasti!'' gerutu Arkha sembari membuka folder yang menyimpan rekaman video kamera pengintai di dalam kamarnya. Ia yakin, kejadian pagi tadi diawali dengan kegenitan Vina, sehingga ia terpancing tanpa sadar.
''Kalaupun gue terpancing, ya tetep salah dialah, salah siapa kasih ump-,''
Arkha langsung terbelalak sendiri melihat tayangan video itu sehingga membuat gerutunya terhenti.
Berawal dari Mikha yang pindah tempat sehingga membuat Vina berada ditengah mereka, walaupun saat itu Arkha sedang tidak ada. Namun, posisinya masih berjarak. Tak lama kemudian, Mikha terus bergeser maju sehingga membuat Vina mundur. Saat itu terlihat Arkha tidak ada karena ia sedang keluar kamar untuk menenggak minuman yang telah ia rindukan, sekaligus untuk mengurangi efek stresnya dengan pernikahan palsunya ini. Ia tak minum terlalu banyak karena khawatir akan kebablasan dan sampai hilang kendali. Akan sangat beresiko tinggi jika Mikhael mengetahui kebobrokannya.
''Oh, ini pas gue keluar kamar.'' gumam Arkha sembari mengingat-ingat.
Ketika waktu menunjukkan pukul 03.45 wib, terlihat Arkha kembali masuk ke dalam kamar. Ia terlihat berdiri beberapa menit di depan ranjangnya sembari menggaruk kepalanya sendiri. Di sana terlihat ia sudah tak sepenuhnya sadar, bisa jadi karena pengaruh alkohol yang sudah ia tenggak.
Di tempat pinggir yang semula ditiduri oleh Vina kosong, seharusnya Arkha bisa langsung merebahkan tubuhnya disana. Namun, ia malah langsung merebahkan tubuhnya di belakang Vina yang menyisakan tempat sedikit. Tanpa canggung-canggung dan jijik seperti biasanya, ia langsung memeluk istrinya dari belakang.
''Keluarga apaan ini, kebo semua nggak ada yang kebangun!'' gerutu Arkha melihat video tersebut karena mereka tidak ada yang terbangun.
''ASTAGA! GUE NGAPAIN!'' pekik Arkha saat melihat tangannya melingkar diperut Vina tanpa ragu-ragu.
Arkha tidak mempercayai dirinya bisa melakukan hal itu. Di video itu tampak jelas bahwa ia lah pelaku utama dan Vina yang sudah berusaha melepaskan diri darinya ketika sudah menyadari semuanya.
''Pasti anak kampung itu kesenangan sudah gue sentuh! ck!''
''ARKHAAA! BO*DOH SEKALI KAU!! AARRGGHH!!''
Arkha kembali menutup laptopnya karena kepalanya langsung semakin terasa pening. Ia terdiam sembari menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dengan menutupkan dua telapak tangannya ke wajahnya.
''Arrghh sial malah kebayang terus itu pepaya anak kampung!'' gerutu Arkha sembari beranjak dari kursi kebesarannya.
''Tapi, kenapa enak sekali rasanya!'' imbuhnya semakin tak terkontrol.
''HEH ARKHA! BISA WARAS NGGAK OTAK LU!'' omel Arkha pada dirinya sendiri.
Arkha mengambil air mineral dingin, ia langsung meneguknya hingga tersisa setengah botol. Bayang-bayang yang seharusnya tidak ada dalam bayangannya pun masih sulit untuk ia kendalikan. Arkha harus berusaha keras untuk mencari solusi dari permasalahan ini.
''Oh iya, Mikha sebentar lagi masuk sekolah, bagaimana ini keputusannya.'' gumam Arkha.
Mengingat kedua orangtuanya tidak merestui pernikahan ini dan sekarang memilih ke luar negeri, Arkha pun menjadi tak begitu dekat. Ia juga sudah cukup lama tidak berkomunikasi secara pribadi, hanya komunikasi sekedarnya tentang pekerjaan.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Arkha menghubungi tuan Leon daripada mamanya.
''Halo, Ar?'' jawab Leon dari sambungan telepon.
''Iya Pa, gimana kabar Papa sama mama?'' tanya Arkha.
''Kami baik-baik saja, gimana Mikha disana?'' tanya pria itu yang tidak peduli dengan putranya. Tanpa bertanya pun, dengan mendengar suara Arkha menjadi jawaban bahwa putranya itu sudah pasti dalam keadaan sehat.
''Ya, sesuai dengan apa yang dia minta, Pa. Mikha terlihat sangat happy.'' jawab Arkha jujur.
Di sana Leon langsung menarik napas dalam-dalam. Kebahagiaan cucunya itu sangat bertentangan dengan harapannya. Namun, keterpaksaan ini akhirnya terjadi demi tidak terjadinya kemungkinan buruk pada sang cucu.
''Pa, Mikha 'kan sudah mau masuk sekolah, gimana? apa pindah ke Indonesia atau Arkha antar kesana sama Vina sekalian?'' tanya Arkha.
''Tanyakan saja sama mamamu, mamamu sudah di Indonesia, datang tadi malam.'' jawab Leon.
''What? semalam?'' pekik Arkha.
''Kenapa kok kamu kaget begitu?'' tanya Leon.
''Emm, nggak papa kok, Pa. Ya sudah nanti setelah pulang dari kantor, aku akan langsung ke rumah untuk ketemu sama mama.'' ujar Arkha.
''Ya.'' jawab Leon lalu menutup sambungan telepon itu lebih dulu.
''Masih ngambek juga nih kakek-kakek.'' gumam Arkha lalu meletakkan ponselnya di atas meja.
Sementara di apartemen, Vina yang sedang menemani Mikhael bermain pun juga teringat bahwa Mikha masih dalam masa libur sekolah, dan sebentar lagi jadwal masuk. Ia menjadi kepikiran untuk kelanjutan drama ini sehingga menebak-nebak didalam hatinya.
''Apa nanti Mikha minta sekolahnya pindah kesini? atau, Mikha kembali ke luar negeri dan aku diajak?'' bathin Vina menebak-nebak.
''Tapiii, bagaimana dengan nyonya Lidya dan tuan Leon yang jelas-jelas belum menerimaku sebagai menantunya?'' bathinnya lagi.
''Kenapa belum ada pembahasan soal sekolah Mikha ya?'' sambungnya.
Vina kembali memfokuskan dirinya, ia menatap wajah Mikhael yang tampak tulus itu. Hanya pria kecil itulah yang tulus menerimanya, ia tersenyum simpul lalu mengusap rambut Mikha.
''Mama kenapa kok senyum-senyum gitu?'' tanya Mikhael.
''Nggak papa, Mama senang lihat Mikha yang sudah bertambah besar, dan pastinya tambah pintar.'' jawab Vina.
''Iya dong, biar nanti kalau Mikha punya adik, Mikha sudah bisa bantu jagain.'' balas Mikha yang diluar dugaan Vina.
Untung saja Vina sedang tidak makan atau minum sehingga tidak ada yang membuatnya tersedak meskipun ia sangat-sangat shock.
''Adik?'' tanya Vina.
Mikha pun mengangguk yakin.
''Teman-teman sekolah Mikha juga sudah punya adik, ada yang nggak punya adik, tapi, dia punya kakak. Pokoknya mereka nggak sendirian seperti Mikha.'' jawab Mikha.
Vina langsung bergeser maju, ia memeluk Mikha dengan kasih sayang. Pemandangan dari keluarga teman-temannya itu pasti membuatnya iri dan membuatnya ingin merasakan hal yang sama.
''Mikha jangan pikirkan tentang itu dulu ya, soal adik itu kita serahkan sama Allah ya. Yang penting sekarang kita semua dalam keadaan sehat dan kita semua sayang sama Mikha.'' terang Vina.
Mikha mengangguk.
''Bagaimana kamu mau punya adik, kalau kedua orangtuamu menjalani pernikahan ini hanya sekedar pura-pura, sayang. Maafkan Mama.'' bathin Vina yang tanpa disadari sudut matanya mengeluarkan air mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments