Arkha, Vina, dan Mikhael menuju ke kediaman Dewi ketika waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB. Saat subuh tadi, Dewi sudah menghubungi Vina untuk meminta mereka sarapan bersama dirumahnya. Vina pun langsung mengiyakan dan menyampaikan pesan tersebut pada suaminya dan juga Mikhael setelah mereka sudah bangun semua.
Keluarga itu selalu menyambut kedatangan mereka dengan sangat hangat. Tidak ingin menunda waktu karena keluarga Vina yang hendak pulang kampung, Dewi langsung mengajak mereka untuk sarapan bersama setelah tiga orang yang ditunggu-tunggu sudah datang.
''Kapan lagi 'kan kita kumpul-kumpul seperti ini kalau nggak lagi ada acara kayak gini.'' ujar Dewi menatap semuanya secara bergantian.
Tangannya yang sudah keriput itu sembari menaruh satu piring besar berisi ayam goreng mentega.
''Iya Bu, alhamdulillah, semoga selalu diberikan kesehatan dan rezeki yang lancar supaya bisa berkumpul lagi di kemudian hari.'' jawab ibu Vina.
''Aamiin ... Nanti kalau Vina hamil, ada acara 4 bulanan, 7 bulanan, dan melahirkan, pasti Vina ingin ditungguin sama ibunya 'kan?" balas Dewi lalu menoleh ke arah Arkha dan Vina.
Keduanya sama-sama tersenyum canggung. Tidak membantah dan dan juga tidak mengiyakan.
''Hehe, baru juga menikah kemarin, Bu, do'akan saja semuanya selalu sehat dan selalu bahagia.'' jawab Vina.
''Pasti, sayang.'' jawab Dewi.
''Dih! apaan sih homal hamil homal hamil! nggak sudi darahku mengalir ditubuhnya!'' bathin Arkha dengan melirik tajam ke arah istrinya.
Mereka pun secara bergantian mengambil nasi, lalu giliran Vina yang mengambilkan nasi untuk suaminya. Vina tau kalau suaminya itu tidak terbiasa sarapan nasi, sehingga ia mengambilkan hanya sedikit. Sementara lauknya, Arkha memilih sendiri.
Sembari bersiap-siap untuk menyantap menu sarapannya, bayang-bayang pagi tadi kembali memenuhi kepala Arkha. Ia yang mulai mengunyah makanannya pun langsung tidak fokus.
Vina yang duduk di sebelah Arkha menyadari hal itu, ia melirik suaminya.
"Dia pasti tidak nyaman dengan semua ini." bathin Vina lalu menarik napas panjang.
Mereka melanjutkan makannya tanpa obrolan.
...
Pukul 08.30 WIB, keluarga Vina sudah berada di terminal bus. Mereka sedang menunggu jadwal keberangkatan saja.
"Kamu jaga diri baik-baik ya, Vin, jaga kesehatan. Harus jadi istri bisa melayani suamimu dengan baik." ujar ibunya memberi pesan.
"Iya Bu, aku akan selalu belajar untuk menjadi istri yang baik." jawab Vina yang berdiri bersebelahan dengan Arkha itu. Sementara Mikhael ada di depannya.
Setelah menunggu, bus pun siap berangkat. Mereka saling berjabat tangan dan berpelukan tanda perpisahan hari ini.
"Sampai jumpa lagi, Kakek, Nenek, Bude!" seru Mikhael sembari melambaikan tangannya.
Ketiganya juga melambaikan tangan tanda perpisahan.
Bus pun sudah berjalan menuju daerah tujuan. Vina dan lainnya langsung menuju parkiran untuk segera meninggalkan tempat itu. Kakek dan nenek Mikhael sudah memiliki agenda untuk hari ini, sehingga mereka tak langsung pulang ke rumah.
"Kapanpun kalau Mikha mau ke rumah, langsung datang aja ya." ujar Dewi sebelum pergi.
"Iya, Nek. Tapikan sebentar lagi Mikha sudah masuk sekolah." jawab Mikhael.
Dewi mengusap rambut cucunya itu. "Oh iya, Nenek lupa. Jadi anak yang hebat, sayang."
Mikhael mengangguk.
"Kami duluan ya, Ar, Vin." pamit Dewi.
"Iya, Bu, hati-hati. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih atas semuanya." balas Vina.
Dewi membalas dengan senyuman dan mengusap lengan Vina.
Mereka berpisah dengan mengendarai mobilnya masing-masing dan dengan tujuan yang berbeda.
"Mikha mau kemana lagi?" tanya Arkha.
"Emmm, kemana ya, Pa?" balas Mikha yang justru balik bertanya.
"Tapi, Papa hari ini mau ke kantor, sayang. Kalau Mikha mau pergi bermain, nanti di antar pak Yanto ya?" ujar Arkha.
"Emmm, ya sudah deh di rumah aja, Mikha lagi capek." jawab Mikha.
Vina langsung terkekeh mendengar jawaban itu.
"Beneran?" tanya Arkha meyakinkan.
"Iya, Papa." jawab Mikha yakin.
"Yakin nanti nggak tiba-tiba minta pergi bermain?" tanya Arkha lagi.
"Ish, Papa ini nggak percaya!" protes Mikhael.
Arkha mengusap rambut Mikhael dengan gemas.
"Iyaaa, Papa percaya kok." ujar Arkha.
Ketiganya langsung masuk ke dalam mobil. Mikhael tetaplah pria kecil yang pandai berbicara pada orang-orang terdekatnya. Untuk orang baru, sudah pasti harus diperlukan penyesuaian terlebih dahulu.
Mereka pun tiba di apartemen, Mikha langsung duduk di sofa ruang bersantai itu. Sedangkan Vina mengambil remote televisi dan Arkha masih berdiri di samping sofa itu.
"Papa mau langsung siap-siap ya." ujar Arkha.
"Iya Pa." Mikha.
Arkha langsung bergegas menuju kamarnya. Vina dan Mikha tampak seru menonton televisi yang menampilkan film kartun itu. Meskipun usia Vina bukanlah anak kecil lagi, tapi, ia masih sangat menyukainya.
''Papa berangkat kerja dulu ya, sayang." pamit Arkha setelah beberapa menit kemudian.
Mikha dan Vina langsung menghentikan gelak tawanya dan kompak menoleh ke arah Arkha yang berdiri.
''Iya, Pa, hati-hati ya.'' balas Mikhael.
Arkha mencium kening Mikhael sebelum pergi.
''Jangan nakal." ucap Arkha lagi.
"Iya, Papa.''
Vina hanya bisa diam dan sedikit menunduk sembari berpikir apa yang harus ia lakukan.
Tiba-tiba Vina berdiri saat Arkha sedang mengambil kunci mobilnya sehingga membuat pria itu langsung terkejut.
''Mau ngapain kamu?!'' bisik Arkha.
Vina melirik Mikhael yang tengah menatap keduanya, ia pun ikut tersenyum melihat senyum itu.
''Anda hanya pamit sama Mikha, tidak sama saya. Sebelum di protes, saya berinisiatif.'' jawab Vina lirih.
Arkha langsung menatap Mikhael, dan dengan inisiatifnya, Vina berpura-pura membenarkan kemeja yang dikenakan oleh suaminya itu.
''Kurang ajar! bisa-bisanya dia ngambil kesempatan buat nyentuh gue!'' gerutu Arkha dalam hati.
Saat melirik Vina, tatapannya langsung teringat akan sesuatu.
''Ck ck! pinter juga dia menutupi jejak-jejak kekreatifan gue.'' bathin Arkha menatap leher Vina yang tebal dengan foundation dan juga mengenakan kaos rajut menutupi separuh lehernya.
''I love you, Mama, Papa.'' ucap Mikha dari sofa.
Keduanya langsung kompak menatap Mikhael.
''Love you too.'' balas keduanya bersamaan.
''Minggir, mau pergi.'' bisik Arkha mengusir Vina.
Vina pun langsung menyingkir dari hadapan Arkha dan kembali mendekati Mikhael.
Setelah tiba di dalam mobilnya, Arkha tak langsung menghidupkan mesin, ia menyandarkan kepalanya.
''Dahlah! dibawa sibuk pasti juga hilang sendiri.'' gumam Arkha lalu menghidupkan mesin mobil.
Tidak lagi di jam keberangkatan sehingga tidak menemui kemacetan parah, apalagi anak-anak sekolah sedang libur. Arkha tiba di kantor dan langsung menuju ke ruangannya.
''Aku di kantor.'' ujar Arkha dalam sambungan telepon mengabari Dicky.
Tanpa menunggu jawaban, Arkha langsung menutup teleponnya.
Tak lama kemudian, Dicky yang sudah berada di kantor sejak tadi pun langsung mendatangi ruangan Arkha.
''Selamat pagi, Tuan.'' sapa Dicky.
''Hmm, agenda hari ini?'' tanya Arkha langsung.
''Mohon maaf, Tuan. Sebagai asisten yang baik dan pengertian, jika memang anda masih ingin menambah waktu untuk menikmati momen pengantin baru, saya tidak akan memaksa anda, In syaa Allah saya masih sanggup untuk menghandle.'' jawab Dicky.
''DICKY!! GUE SERIUS!!'' bentak Arkha.
''Maaf Tuan.'' ucap Dicky yang sebenarnya ingin tertawa terbahak-bahak.
Arkha langsung menarik napas panjang agar emosinya berkurang.
''Untuk hari ini tidak ada jadwal diluar kantor, Tuan. Saya sudah atur jadwal anda mulai besok supaya anda bisa beristirahat terlebih dahulu.'' terang Dicky.
''Hmm, ya sudah keluar kamu.'' usir Arkha.
''Baik, Tuan.'' jawab Dicky.
''Tunggu sebentar, tunggu tanda tangan ini.'' ujar Arkha mengambil bulpoin.
Dicky pun mengangguk dan kembali duduk.
Arkha hanya membubuhkan tandatangan di beberapa berkas yang sudah berada diatas mejanya. Setelah selesai, ia langsung menyerahkan pada asisten Dicky untuk keperluan selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments