''SIAPA YANG MAU CERAI?'' protes Arkha sembari menempelkan telapak tangannya ke dahi Vina, sehingga wajah Vina terangkat dan membuat mereka saling menatap.
Tatapan itu langsung membuat keduanya terdiam. Sesaat kemudian Arkha menyingkirkan tangannya dari kening Vina.
''Lalu, a-ada apa, Tuan?'' tanya Vina gugup.
''Nih!''
Arkha menyodorkan sebuah kartu untuk Vina. Yang pastinya untuk Vina gunakan sebagai alat transaksi pembayaran.
''A-apa ini, Tuan?'' tanya Vina gugup.
''NUGGET AYAM!'' jawab Arkha emosi.
''Ya kartu kreditlah! pake nanya lagi!'' sambung Arkha ketus.
''Nih orang tensinya tinggi banget kali ya, emosi mulu.'' bathin Vina.
''Di rekening kamu sudah saya transfer uang juga buat keperluan kamu kalau butuh uang cash pas lagi keluar. Terserah mau kamu gunakan itu untuk apa! yang penting jangan aneh-aneh!'' ujar Arkha.
Vina melirik dan membatin aneh-aneh apa yang dimaksud, sementara yang mempunyai kebiasaan aneh-aneh justru Arkha sendiri.
''Maaf Tuan, kalau sudah ditransfer ke rekening, sepertinya ini tidak perlu buat saya.'' ucap Vina dengan mengembalikan kartu kredit itu. Vina sendiri belum melihat notifikasi masuk di rekeningnya.
Arkha langsung menatap tajam ke Vina.
''Kalau kamu kembalikan kartu ini ke saya, itu namanya kamu nggak menghargai? PAHAM!''
Vina membalas tatapan Arkha tak kalah tajam.
''Menghargai?" tanya Vina.
''Mau bagaimanapun kamu mengancam tentang pernikahan ini, saya tidak akan pernah menerima perceraian! saya tidak akan pernah menceraikan kamu apapun dan bagaimanapun perjalanan pernikahan yang nggak penting ini! itu bentuk tanggungjawab saya karena menikahi kamu.''
''Kalau sampai kamu macam-macam dan berani nekat menggugat cerai saya, saya bunuh kamu dan seluruh keluarga kamu! NGERTI!'' gertak Arkha yang semakin mempertajam tatapannya pada Vina.
Vina pun langsung semakin menciut, wajah-wajah memelas keluarganya saat mendapatkan serangan dari Arkha langsung terngiang-ngiang.
''Di bunuh? serius kah anda, Tuan?'' lirihnya takut.
''Kamu pikir saya suka becanda?'' balas Arkha
''BUANG-BUANG WAKTU!'' sambungnya lagi lalu beranjak dari sofa.
Vina tidak berani berbicara lagi karena nyalinya sudah semakin ciut.
Baru beberapa langkah, Arkha berhenti dan kembali.
''Kalau kamu memang benar-benar mau bekerja, jangan cari yang jauh dari sini! kamu harus bilang dulu ke saya dimana kamu bekerja. Harus ada kejelasan masuk jam berapa dan pulang jam berapa! saya sudah belikan kamu motor matic buat kamu pakai. Tidak usah pake kendaraan umum, nanti kamu kabur.''
Vina hanya mengangguk, tenggorokannya terasa tercekat untuk merespon dengan suara. Ia terheran-heran dengan sikap Arkha itu.
Setelah Arkha menutup pintu kamarnya, Vina langsung menarik napas dalam-dalam.
''Pernikahan macam apa ini? aku juga pengin rasanya jalan-jalan bareng sama suami. Menikmati keindahan sunset dipinggir pantai. Makan berdua sambil becanda, dan sesekali saling disuapi.'' gumam Vina kembali menarik napas panjang.
''Ayo Vin, semangat, kamu pasti bisa merayunya dengan caramu sendiri.'' gumamnya lagi memberikan semangat pada dirinya sendiri, meskipun ia masih bingung cara seperti apa yang harus ia gunakan.
Vina langsung menggelengkan kepalanya cepat, ia tak mau dipusingkan oleh hal ini dulu. Ia akan bersih-bersih supaya perasaan ini bisa tersampingkan. Setelah itu, ia harus menghubungi tempat yang sudah ia hubungi kemarin untuk mencari pekerjaan.
Tok tok tok
Vina mengetuk pintu kamar Arkha.
''Ada apa?'' tanya Arkha dingin.
''Maaf Tuan, apa kamarnya mau dibersihkan sekarang atau nanti?'' tanya Vina.
Arkha menoleh ke belakang, ranjangnya masih berantakan karena ia malas membereskan.
''Hmm, nggak pake lama dan yang bersih.'' ujar Arkha.
''Baik bos.'' jawab Vina.
''Bas bos bas bos!'' gerutu Arkha sembari kembali masuk ke kamar, dan ia duduk di kursi kerjanya.
Vina sudah membersihkan ruangan lain, pakaian kotor juga sudah berada di dalam mesin cuci. Tapi, belum ia keluarkan karena cuaca masih belum mendukung.
Sebelum nyapu dan ngepel, Vina membereskan tempat tidur Arkha terlebih dahulu. Sedangkan Arkha bukan tengah bekerja, melainkan bermain game online. Meskipun Arkha bukan seorang gamers aktif, ia menyukai game online hanya untuk sekedar mengisi waktu senggangnya.
''Awas itu hati-hati jangan sampai jatuh!'' ujar Arkha saat melihat Vina sedang membersihkan area bawah lampu tidur.
''Iya suamiku.'' jawab Vina.
''Cih! dasar!'' gerutu Arkha yang langsung menghindari tatapan Vina.
Vina hanya terkekeh kecil.
''Maaf Tuan, saya mau nyapu bawah meja ini.'' ucap Vina menunjuk meja yang tengah digunakan Arkha itu.
Tanpa menjawab, Arkha mundur tanpa turun dari kursi karena terdapat roda. Vina langsung sedikit jongkok sambil cepat-cepat menyapu.
Melihat istrinya yang tengah jongkok, pikiran Arkha langsung berfantasi liar, apalagi rambut Vina yang dicepol keatas sehingga memperlihatkan lehernya dan mengingatkannya pada pagi hari itu. Ia masih tidak menyangka bisa melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan.
''Sudah Tuan, silahkan dilanjutkan.'' ujar Vina.
''Itu rambutmu nggak usah diikat!'' ujar Arkha.
Vina langsung mengernyitkan keningnya.
''Ribet dong kalau lagi beres-beres rambutnya diurai?''
''Tuan ini ada-ada saja.'' tolak Vina.
Arkha langsung beranjak dari kursinya dan langsung menarik ikat rambut Vina.
''Buang itu!'' suruh Arkha.
''Ish!'' gerutu Vina pelan.
Arkha langsung kembali ke kursi, ia menatap layar laptop dan melanjutkan bermain game online yang tertunda.
Tanpa mau berlama-lama disini, Vina langsung menyapu lantai kamar Arkha. Ia cepat-cepat lanjut ngepel, begitu juga di dalam kamar mandi. Setelah itu, ia langsung berpamitan ketika semua sudah beres.
''Oh ya, Tuan mau makan siang apa?'' tanya Vina.
''Daging, pake saos barbeque.'' jawab Arkha.
''Baik Tuan.'' jawab Vina lalu meninggalkan kamar Arkha.
Begitu keluar dari kamar Arkha, Vina melihat jam sudah menjelang siang. Ia langsung mengeluarkan daging dan perbumbuan. Sembari menunggu dagingnya tidak beku, Vina menyiapkan bumbu lebih dulu, setelah itu ia akan lanjut mandi supaya tidak terlalu lama menunggu daging.
''Oke siap, lanjut nanti lagi, daging juga belum cair. Sekarang mandi dulu aja kali ya biar nggak kelamaan nunggunya.'' gumam Vina.
Vina langsung membersihkan badannya sekitar 10 menit. Sekarang sudah lebih segar setelah dibawa untuk beraktivitas bersih-bersih, cukup untuk membuatnya bergerak dan cukup mengeluarkan keringat.
Saat tengah menyisir rambut di depan cermin dan hampir selesai, ia dikagetkan dengan suara pintu kamarnya dibuka. Ternyata Arkha yang masuk dan terlihat buru-buru itu.
''Ada apa Tu-,'' tanya Vina terpotong karena Arkha menutup mulutnya. Ia tak mau Mikha mendengar Vina memanggilnya Tuan.
''Manggil yang bener, Mikha video call.'' bisik Arkha sembari menunjukkan layar ponselnya.
Vina langsung membulatkan bibirnya.
''Halo sayang, ini Mama baru selesai mandi.'' ujar Arkha lalu mengarahkan ponselnya ke Vina.
''Mamaaa, Mikha sudah sampai dari tadi, tapi, Mikha kecapean jadinya langsung tidur.'' ujar Mikha.
''Iya nggak papa, sayang. Baik-baik ya disana.'' ujar Vina.
''Iya Ma. Mama sama papa kok berdiri terus sih? nanti kakinya pegal.'' tanya Mikha.
Spontan Vina dan Arkha saling menatap. Keduanya langsung kompak menuju sofa setelah berdiri didepan cermin.
''Mama tadi lagi nyisir rambut, sayang, hehe. Sekarang sudah duduk nih.'' jawab Vina menunjukkan sofa.
''Kok papa nggak kelihatan? Mama sama papa lagi marahan ya kok jauh-jauhan?'' protes Mikha.
Keduanya saling menatap lagi, Arkha langsung bergeser dan menjadi tidak ada jarak diantara mereka demi di pandang baik-baik saja oleh Mikha.
Vina sangat ingin bergeser, tetapi terpaksa ia bertahan demi Mikha.
''Papa nggak jauh-jauh kok, cuma mama kedekatan aja nih hpnya, jadi papa nggak kelihatan.'' ujar Vina.
''Oohh gitu?'' balas Mikha.
Arkha dan Vina mengangguk secara bersamaan. Sekarang keduanya sudah terlihat dilayar ponsel.
Mereka bertiga pun saling bertukar cerita. Mikha terlihat baik-baik saja, tidak tampak kesedihan karena berjauhan dari Arkha dan Vina.
''Ya sudah dulu ya, Pa, Ma ... hpnya mau dipakai sama oma.'' ujar Mikha setelah sambungan video call itu sudah hampir satu jam.
''Iya sayang, jaga kesehatan ya.'' jawab Arkha.
Mikha menyudahi telepon itu.
Arkha dan Vina langsung terdiam, sama-sama belum bergerak. Mungkin saja belum sadar posisinya sangat nempel.
''Oh ya, saya mau masak.'' ujar Vina langsung menyadarkan diam keduanya.
Vina langsung bergegas ke dapur, sementara Arkha masih terdiam dikamar itu.
''Huuuffttt! gue hampir nggak bisa nahan bau aroma harum sabun itu! arrghh!!'' gerutu Arkha sembari mengacak-acak rambutnya sendiri.
Tidak terasa, komunikasi dengan Mikha ternyata sudah melewati jam 12 siang. Untung saja perbumbuan sudah siap. Vina langsung memotong daging itu dan memasak tidak pakai lama.
Vina juga menyiapkan potongan timun dan tomat sebagai pendamping. Tak lupa juga buah-buahan sebagai pencuci mulut setelah makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments