Arkha berada di dalam kamar lantai atas, sejak beberapa hari yang lalu, ia tidak dipertemukan dengan Vina. Ia hanya bertemu dengan keluarga Vina yang sudah di boyong ke rumah ini. Begitu sulit dan melelahkan, apalagi harus berpura-pura menjadi calon suami yang baik. Mengikuti segala rangkaian layaknya calon pengantin yang sesungguhnya.
Jika bukan demi Mikha, ia lebih memilih pergi jauh dari sini. Baginya, tak ada gunanya menjalani pernikahan ini, sangat melelahkan dan membosankan.
Tidak ada yang mendampinginya dari keluarga Arkha, hanya Dicky yang senantiasa mendampingi pria itu, dan tentunya Mikhael.
''Anda tampan sekali, Tuan. Anda itu benar-benar cocok, auranya sungguh memancar sebagai calon pengantin.'' puji Dicky yang sudah siap dengan segala respon yang akan terjadi.
''MAA SYAA ALLAH, TABARAKALLAH''
''DIAM KAMU!'' protes Arkha yang paham asistennya itu tengah meledeknya.
Arkha masih menatap layar ponselnya sembari menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Di kamar itu hanya tersisa mereka berdua sehingga Arkha tidak segan-segan untuk mengeluarkan amarahnya pada Dicky yang sangat membuatnya kesal itu.
''Saya rasa, ini memang takdir anda, Tuan.'' imbuh Dicky yang belum berhenti.
''KELUAR KAMU MANUSIA BANGS*T!'' bentak Arkha dengan mengusir.
Dicky menutup mulutnya agar tidak terlihat tengah menahan tawanya.
''Baik, Tuan. Saya akan segera ke bawah untuk melihat apakah penghulunya sudah datang atau belum, mohon anda bersabar untuk merubah status anda.'' jawab Dicky.
Terlihat Arkha masih menarik napas panjang, Dicky meyakini itu tanda-tanda amarah akan keluar lagi, ia pun langsung cepat-cepat keluar dari kamar tersebut sembari cekikikan.
''Kasian sekali gadis itu, dia harus terjebak dalam situasi seperti ini.'' bathin Dicky saat melintas di depan kamar yang di tempati oleh Vina. Gadis itu terlihat tengah berbincang dengan kakaknya. Sementara MUA yang meriasnya sudah keluar dari kamar tersebut sejak tadi.
Karena pernikahan akan digelar secara sangat tertutup, rumah tersebut tidak ramai. Tapi, justru terlihat lebih sakral karena tidak berisik.
Tak lama kemudian, penghulu yang akan bertugas sudah datang. Seperti rencana sebelumnya, acara harus cepat diselesaikan.
Arkha menuruni anak tangga lebih dulu, ia langsung duduk dihadapan penghulu dan bapak Vina. Sementara kakek dan nenek Mikha berada di sebelahnya, layaknya orangtua kandung yang mendampingi putranya.
''Kemana anak kampung itu?'' tanya Arkha pada Dicky yang duduk di belakangnya dengan suara yang sangat pelan.
''Sabar, Tuan, nanti keluarnya kalau sudah sah.'' jawab Dicky.
''Dicky!!'' gertak Arkha dengan menekankan suaranya meskipun pelan.
Penghulu itu menatap orang-orang yang berada di hadapannya.
''Apakah sudah bisa kita mulai sekarang?'' tanya penghulu itu dengan senyum yang mengiringi.
''Iya Pak, langsung saja.'' jawab Arkha.
Kedua orangtua Vina duduk di seberang meja kecil itu, berseberangan dengan kakek dan nenek Mikha. Sementara kakak Vina tengah berada di dalam kamar untuk mendampingi sang adik nanti ketika sudah diperintahkan untuk turun ke bawah.
Di dalam kamar, Vina kerap menarik napas panjang. Ia ingin menangis sekeras-kerasnya, ia ingin sesak di dadanya itu terasa berkurang. Jalan yang ia tempuh ini benar-benar seperti mimpi.
Jika gadis-gadis lain seusianya tengah fokus dengan jalannya masing-masing dan memiliki wedding dream, Vina harus menerima apa yang sudah ada. Sesuatu yang jauh dari impiannya.
''Dek, kamu deg-degan ya?'' tanya mbaknya Vina.
''Sedikit, Mbak.'' jawab Vina.
Wanita beranak satu itu langsung menggenggam tangan sang adik, ia berusaha menguatkan Vina.
''Mbak dulu juga deg-degan kok, itu perasaan yang wajar-wajar aja. Bismillah, pasti semua dilancarkan.'' ujarnya berusaha menenangkan sang adik.
''Iya Mbak, terima kasih banyak ya sudah hadir di hari ini, meskipun harus meninggalkan keluarga Mbak di rumah.'' balas Vina.
''Iyaa nggak papa, kita juga memaklumi karena keluarga calon suamimu bukan orang biasa, kita nggak mau terkena dampaknya. Yang penting rumah tangga kalian nantinya berjalan dengan lancar. Mau sederhana atau ramai-ramai, sama aja kok, Dek.'' jawab wanita itu yang sudah menebak pikiran sang adik pasti memiliki impian untuk membuat acara dengan mengundang teman-temannya.
Vina hanya mengangguk samar-samar sembari tersenyum sendu, kemudian ia menunduk lagi sembari menarik napas panjang.
Penampilan Vina kali ini tidak seperti biasanya, ia memutuskan untuk berkerudung. Ia terlihat anggun dengan riasan wajah yang tidak membuatnya terkesan tua.
Di lantai dasar, bapak Vina dan Arkha sudah berjabat tangan, kedua pria itu saling menatap.
''ARKHA LEONARDO''
''IYA SAYA.'' balas Arkha tegas. Meskipun tidak ada perasaan cinta, ia tetap berlatih sebelumnya agar tidak terlihat keterpaksaannya.
''SAYA NIKAHKAN, ENGKAU DENGAN PUTRI KANDUNG SAYA, ERVINA LARASATI BINTI RIYADI, DENGAN MASKAWIN SEPERANGKAT ALAT SHALAT, UANG TUNAI DUA PULUH TIGA JUTA, DAN SATU SET PERHIASAN DIBAYAR TUU-NAI!
Bapak Vina menghentakkan tangannya sebagai tanda agar Arkha menjawab. Meskipun suara itu terdengar gemetar, tetapi ia tetap lancar menikahkan putrinya.
''SAYA TERIMA NIKAHNYA ERVINA LARASATI BINTI RIYADI DENGAN MASKAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI''
Tanpa sebuah kendala, Arkha menghalalkan Vina dengan lancar, tanpa harus mengulanginya.
''Lancar sekali kau, Bosss!'' bathin Dicky.
Sebagai asisten yang akhir-akhir ini merangkap sebagai guru les privat untuk ijab qobul, Dicky pun merasa bangga karena anak didiknya telah berhasil mempraktikkannya tanpa kata ulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments