Setelah selesai menyiapkan menu makan siang untuk Arkha, baru beberapa langkah Vina berhenti. Ia menoleh ke depan, kamarnya dan juga kamar Arkha. Sepi dan sunyi tak ada suara yang menandakan keberadaan Arkha.
''Tadi keluarnya duluan aku? jadi, sekarang dimana ya?'' gumam Vina.
Setelah berpikir sejenak, Vina memilih untuk ke kamarnya terlebih dahulu. Ternyata sesuai dengan apa yang Vina perkirakan, Arkha masih berada didalam kamar itu.
''Apa tuan Arkha ketiduran?'' gumam Vina langsung menghentikan langkahnya.
''Segitu lamanya kah aku kalau masak?'' gumam Vina lagi lalu mendekat.
Dengan ragu-ragu, Vina memberanikan diri untuk menepuk pundak Arkha yang ketiduran dalam posisi duduk di sofa.
''Tuan, bangun. Makan siangnya sudah siap.'' panggil Vina.
''Tuan Arkha.'' lanjutnya lagi masih berusaha lembut.
Sekedar menepuk belum berhasil, Vina sedikit menggoyang-goyangkan bahu Arkha.
Vina menarik napas panjang karena masih belum berhasil juga.
''Suamikuu.'' bisik Vina yang cukup dekat dengan telinga Arkha.
Seketika Arkha langsung membuka matanya setelah mendengar suara itu.
Vina tersenyum tipis, sementara Arkha masih bengong karena mungkin nyawanya belum kumpul.
''Eh, eh! mau ngapain? itu makanannya sudah nungguin.'' pekik Vina saat Arkha menarik punggungnya.
Spontan Vina langsung menutup mulutnya agar apa yang ada dibenaknya tidak terjadi sekarang.
''Euummm, kamu memanggilku suami 'kan?'' tanya Arkha.
Vina mengangguk kecil dan tetap menutup mulutnya.
''Emmmmm, saya masih ingat ketika kamu bilang masih ada ruang.'' ujar Arkha dengan kedua matanya yang mulai nakal memandang istrinya itu.
Vina membuka tangannya sedikit karena hendak berbicara.
''Sa-saya becanda, Tuan! jangan macam-macam. Anda harus makan sekarang, nanti kalau tidak makan, anda bisa sakith lho.'' jawab Vina lalu kembali menutupkan tangannya karena waspada mendapatkan serangan.
Arkha langsung tertawa.
''Kamu pikir saya ini anak kecil?!''
Melihat Arkha yang menatapnya dengan tatapan nakal, Vina reflek melepaskan tangannya di mulut lalu ia silangkan didepan dada.
''Minggir lu!'' usir Arkha dengan menggeser bahu Vina sehingga membuat Vina terhempas ke sofa.
Arkha langsung keluar dari kamar tersebut.
''Astaghfirullahaladziim.'' gumam Vina sembari mengelus dadanya agar terus bisa memiliki stok sabar yang tak terhingga.
Arkha yang sebenarnya tidak tertidur pun langsung makan. Ia hanya pura-pura tidur karena ingin melihat bagaimana cara Vina membangunkannya.
''Huufftt! untung gue nggak khilaf beneran nih!'' gumamnya.
Setelah selesai makan, Arkha langsung masuk ke kamar. Sementara Vina yang sudah memperkirakan itu, ia langsung menyusul makan karena perutnya sudah sangat lapar.
Urusan perut sudah selesai, dapur juga sudah dibersihkan. Vina lanjut menghubungi lagi nomor cs yang tertera di postingan lowongan pekerjaan.
Perbincangan itu langsung pada intinya. Vina tidak memiliki banyak alasan karena ia juga mencari pekerjaan yang dekat. Meskipun di bidang ini belum ada pengalaman, ia tetap mau belajar karena dihalaman lowongan tidak menyebutkan minimal pengalaman.
''Baik, Kak, baik. Kalau gitu besok pagi saya akan langsung kesana.''
''....''
''Oh iya, jam 8 pagi ya Kak.''
Vina merasa lega setelah mendapatkan pekerjaan yang menerima karyawan non pengalaman sepertinya. Meskipun diterima, Vina mempelajari hal-hal itu dari youtube. Setidaknya ia harus mengetahui ilmu dasar dan tidak membuat seniornya emosi.
Sebuah perusahaan dibidang yang menerima pesanan pembuatan perlengkapan seserahan, berbagai macam jenis bucket, dan masih banyak lagi. Nama Twins Galery sudah tidak asing lagi, beberapa publik figur pun sudah ada yang pernah menggunakan jasanya.
Saat membaca lowongan di sosial media, Vina langsung berminat. Apalagi ada keterangan yang tidak memiliki pengalaman ada masa training selama 3 bulan. Meskipun training, gaji akan tetap diberikan meskipun tidak full seperti lainnya.
''Alhamdulillah ya Allah, akhirnya lega juga bisa kerja. Nggak bosan di dalam apartemen terus yang kayak penjara ini.'' gumam Vina sembari memeluk ponselnya.
...
Pada malam hari, Vina mencari keberadaan Arkha pada pukul 20.15 WIB. Ia harus menyampaikan bahwa besok pagi dirinya sudah mulai bekerja.
Vina menarik napas panjang saat melihat Arkha tengah meluruskan kakinya di atas meja. Botol berisi air haram itu menemaninya menonton film action diruang keluarga. Vina melihat isi botol tersebut masih banyak, sehingga ia menyimpulkan bahwa Arkha masih bisa diajak berbicara.
''Permisi Tuan, maaf.'' ucap Vina takut mengganggu waktu santai Arkha yang digunakan untuk menonton pertandingan olahraga.
Arkha menoleh sekilas.
''Ada apa?'' tanyanya.
''Saya mulai berangkat bekerja besok pagi.'' tutur Vina.
''Hmm, terus?''
''Anda bilang saya pakai motor, saya 'kan belum tau yang seperti apa motornya, Tuan. Kalau tidak dikasih tau dulu, takutnya besok anda sudah berangkat lebih dulu, dan saya bingung. Nanti kalau saya nekat naik kendaraan umum, anda marahin saya.''
Arkha kembali menoleh.
''Bawel amat!'' gerutu Arkha lalu beranjak dari duduknya.
Arkha mengambil kunci motor digantungan. Selain belum memberitahu dimana dan seperti apa motor untuk Vina, Arkha juga belum menyerahkan kontak motor tersebut.
''Nggak salah sih kalau dia protes!'' bathin Arkha saat mengambil kontak motor itu.
''Ikut saya!''
Vina mengangguk dan langsung mengekor di belakang Arkha.
Sebelum turun ke bawah, Arkha memastikan pintu apartemennya ditutup.
Masih termasuk sore untuk wilayah perkotaan, sehingga masih banyak yang keluar masuk. Baik dari para pasangan ataupun keluarga.
''Gue nggak bisa lagi bawa yang begituan!'' gerutu Arkha dalam hati saat berpapasan dengan sepasang laki-laki dan perempuan yang tengah bermesraan. Sebagai pemain, ia menebak dengan yakin bahwa orang yang baru saja berpapasan dengannya bukanlah pasangan halal.
''Itu kira-kira pasangan suami istri apa masih pacaran ya?'' bathin Vina pemasaran.
Vina melirik Arkha dan melihat pria itu sedang tersenyum penuh arti.
''Kenapa dia nih kok senyum-senyum? apa kenal sama orang yang tadi?'' bathinnya.
''Tuan kenapa senyum-senyum sendiri?'' tegur Vina.
Arkha langsung tersadar bahwa sedari tadi ia sibuk didalam hatinya.
''Terserah saya dong.'' jawabnya.
Mereka pun tiba di area parkir kendaraan roda dua.
Arkha menemui seorang pria, dan orang itu langsung mengantar mereka ke suatu tempat.
''Mari Tuan, Mbak, ikut saya.'' ajak pria itu.
Dari pemanggilan itu, Vina sudah meyakini bahwa pria itu menyimpulkan Arkha sedang bersama pembantunya.
''Silahkan Tuan, Mbak.'' ujar pria itu menunjukkan sebuah motor matic.
Arkha memeriksa kondisi motor itu terlebih dahulu, sedangkan Vina hanya melihat saja sembari menunggu untuk mencoba.
''Kamu bisa nyetir motor 'kan?'' tanya Arkha.
''Alhamdulillah bisa, Tuan. Motor jenis apa aja saya bisa.'' jawab Vina.
''Saya juga sudah punya SIM. Bikin waktu kerja sama mas Gian.'' lanjut Vina sengaja memancing ekspresi Arkha.
Seketika itu Arkha menatapnya tajam.
''Coba dulu ini, saya mau lihat kamu nyetir motor!'' suruh Arkha.
''Siap, Tuan.'' jawab Vina.
Arkha dan pria tadi langsung mundur, giliran Vina yang mencobanya langsung. Di area khusus itu, Vina bisa berputar-putar dan memperlihatkan bahwa ia tidak hanya sekedar bicara.
''Gimana Pak?'' tanya Vina pada pria yang berdiri jarak satu meter dari Arkha itu.
''Keren, Mbak. Sangat tidak meragukan.'' jawab pria itu sambil mengacungkan jempol.
''Ehm, ya sudah, jadi dia ini yang pakai motor ini ya, Pak. Perhatikan dia berangkat dan pulangnya.'' timpal Arkha yang tiba-tiba merasa kesal sendiri.
''Oh, iya Tuan, baik.'' jawab pria itu.
Arkha langsung mengajak Vina untuk kembali ke atas. Saat hendak masuk ke dalam lift, lagi dan lagi harus berpapasan dengan beberapa pasangan dan beberapa keluarga yang barangkali sedang ada acara.
Tiba di dalam apartemennya, Arkha yang memegang kunci motor itu langsung membantingnya ke lantai sehingga membuat Vina yang masih dibelakangnya sangat kaget.
''Anda kenapa, Tuan?'' tanya Vina sembari mengambil kunci motor yang sudah tergeletak dilantai.
Arkha balik badan dengan tatapan mata yang seperti ingin mengunyah Vina. Vina pun spontan langsung melangkah mundur sampai ia membentur dinding.
''Istighfar, Tuan! ISTIGHFAR!'' seru Vina.
Arkha mencondongkan kepalanya.
''Awas kalau kamu macam-macam diluar sana! apalagi diam-diam ketemuan sama laki-laki yang namanya kamu sebut itu!'' ancam Arkha.
Dengan berani, Vina menatap balik Arkha.
"Kenapa, Tuan? kenapa." balas Vina.
''Kalau anda masih bebas membayar wanita-wanita diluar sana demi kesenangan anda, kenapa saya tidak boleh berteman dengan orang-orang yang memang jelas teman saya?'' protes Vina.
''Ohhh, jadi kamu berani ya sekarang?!'' balas Arkha tidak mau kalah.
''KARENA KAMU SUDAH DIANGGAP SEPERTI MALAIKAT SAMA MIKHAEL, JADI KAMU HARUS JAGA SIKAP!'' seru Arkha.
Dada Vina terasa nyeri saat mendengar suara keras itu.
''Jadi, hanya saya yang harus jaga sikap?'' balas Vina.
Arkha langsung membuang pandangannya.
''Saya juga sudah tidak membayar wanita-wanita lagi, paham kamu!'' jawab Arkha menatap Vina sekilas.
''Ohh, gitu ya?'' balas Vina tidak percaya.
''Mau percaya atau tidak, itu terserah kamu!'' gertak Arkha dan langsung meninggalkan Vina.
Vina menatap punggung Arkha yang meninggalkannya itu. Ia menarik napas panjang setelah Arkha sudah masuk ke dalam kamar.
''Ya Allah, dosaku yang mana yang membuat-Mu memberikan hukuman seperti ini." gumam Vina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
PaMud Mmapir
2023-06-06
0