Setelah berganti kaos, Vina bergegas keluar dari kamar. Ia harus memeriksa apakah ada muntahan yang jatuh ke lantai atau tidak. Ia juga belum jadi memasak gara-gara drama pagi ini.
''Ya Allah, untung aku cepat-cepat kesini.'' gumam Vina melihat percikan muntahan didepan kamar Arkha.
Meskipun tidak banyak, kalau sampai pemilik apartemen ini lihat, pasti bisa mengomel. Apalagi sampai menginjaknya karena muntahan Arkha jatuh di depan pintu kamarnya.
Vina cepat-cepat membersihkan lantai tersebut sebelum Arkha keluar dari kamar. Ia juga penasaran Arkha belum keluar. Vina menjadi khawatir suaminya itu kenapa-kenapa.
''Mengerjakan sesuatu itu harus ikhlas, dilarang sambil ngomel!'' protes Arkha.
Vina yang baru saja selesai membersihkan lantai, langsung mendongak. Arkha berdiri tepat ditengah-tengah pintu. Pria itu terlihat sudah mandi karena aroma harumnya dan sudah mengenakan baju santai.
''Kenapa Tuan masih mabok?'' tanya Vina.
''Itu bukan urusan kamu! PAHAM!'' jawab Arkha lalu menjitak kening Vina. Setelah itu, Arkha langsung menuju dapur.
''ISSSSHHHH!''
Vina menghentakkan kakinya di lantai berkali-kali karena geregetan dengan sikap suaminya itu.
Setelah meletakkan alat pembersih lantai, Vina kembali ke dapur. Ia melihat Arkha sedang meracik kopi.
''Kalau kerja itu jangan dibiasakan setengah-setengah! selesaikan dulu baru kerjakan yang lain!'' protes Arkha yang sudah mengetahui Vina sudah kembali ke dapur. Sedangkan bahan-bahan masakan masih berada di meja.
Vina yang baru saja mau lanjut menyiapkan bahan masakan pun langsung menarik tangannya lagi. Dengan langkah yang berani, Vina mendekati Arkha dan menatap pria itu, sehingga justru Arkha yang menjadi salah tingkah.
''Bisa-bisanya Tuan menyalahkan saya karena menunda pekerjaan?! apa Tuan tidak sadar kalau sudah mabok berat, ha?!''
''Gara-gara Tuan, saya menunda pekerjaan itu. Saya yang berbadan kecil ini harus menopang tubuh anda yang berat ini ke kamar mandi!''
''Selain menunda didapur, saya juga harus membersihkan badan saya yang terkena muntahan anda. Setelah itu seperti yang anda lihat tadi!''
Semenjak statusnya sudah naik menjadi istri dari Arkha, secara spontan Vina menjadi kerap lebih berani berhadapan dengan pria itu. Karena untuk menghadapi sosok Arkha, tidak bisa jika harus terlalu lemah lembut. Sekali dua kali memang harus dihadapi dengan keberanian.
Arkha langsung terdiam, ia baru mengingat kembali setelah bersenang-senang dengan teman-temannya di tempat hiburan malam. Arkha pulang ke apartemen dengan menyetir sendiri. Untung saja tidak sampai terjadi hal buruk padanya sehingga ia masih bisa sampai ke apartemen dalam keadaan selamat.
Arkha menatap Vina sekilas. Ia sendiripun membayangkan terkena muntahan sudah mau muntah.
''Sudah! minggir sana! kalau mau masak ya buruan masak! jangan sampai kamu ma*ti kelaparan disini. Bikin ribet aja ngurusnya!'' usir Arkha sembari menggeser bahu Vina.
Vina mengangkat kedua tangannya dengan geregetan. Ia sudah seperti macan yang sedang meraung.
''Huuuuuhhhhh, tarik napas dalam-dalam Vina, sabaaar!'' gumam Vina.
Arkha sedang mengolesi nutella di roti panggangnya. Sementara Vina melanjutkan masak.
Arkha sudah selesai, ia membawa gelas dan satu piring kecil itu ke balkon untuk menghirup udara dingin di pagi hari ini.
''Tuan Arkha punya tatto? apa aku nggak salah lihat?'' bathin Vina yang menatap langkah Arkha.
Di punggung Arkha terlihat sebuah ukiran yang bertuliskan huruf romawi, Vina sendiri juga tidak tau apa itu artinya, karena hanya terlihat sedikit. Meskipun tidak terlihat semuanya karena sebagian tertutup singlet yang dikenakan oleh Arkha, Vina yakin bahwa itu memang tatto.
''Dahlah terserah, bukan urusanku juga!'' gumam Vina.
Tidak banyak yang dimasak, hanya tumis brokoli dicampur bakso ayam, lalu menggoreng telur. Vina menyajikan makanan hasil olahannya itu ke atas meja makan. Setelah itu ia mencuci peralatan masak agar pas mau digunakan lagi, barang-barang itu sudah dalam keadaan bersih.
''Basa basi ajakin dia apa nggak ya?'' gumam Vina ragu.
Berat menopang Arkha membuatnya sudah lapar. Tapi, biasanya Arkha tidak menkonsumsi nasi saat pagi hari, kecuali dalam keadaan terpaksa. Namun, jika tidak menawari terlebih dahulu, Vina merasa ada yang kurang.
''Aku tawari aja deh, kalaupun nggak mau ya nggak papa.'' gumam Vina mendapatkan keputusan.
Vina langsung ke balkon, ia melihat Arkha yang tengah menatap lurus ke depan. Cuaca pagi ini tidak cerah, karena sudah dikelilingi oleh mendung yang mungkin saja sebentar lagi akan turun hujan.
''Tuan.'' panggil Vina lirih.
Arkha menoleh sekilas dan kembali menatap lurus ke depan.
''Ada apa?'' tanya Arkha tanpa menatap Vina.
''Kalau Tuan mau sarapan nasi, makanannya sudah siap, Tuan.'' ujar Vina.
''Nggak, kamu saja.'' jawab Arkha yang masih tetap tidak mau menghadap Vina.
''Baik Tuan, kalau begitu saya makan dulu. Tapi, kalau Tuan lapar, jangan malu-malu apalagi sungkan sama saya ya. Anggap saja rumah sendiri ya.'' balas Vina lalu kembali masuk ke dalam sembari terkekeh sendiri.
Setelah sudah menawari, Vina langsung mengambil satu piring beserta sendok.
Sedangkan Arkha yang mendengar jawaban Vina membuatnya geram. Bisa-bisanya mengatakan hal itu pada pemilik apartemennya.
''Dasar cewek aneh! bisa-bisanya nyuruh anggap rumah sendiri ke gue! lha emangnya ini rumah BUAPAKNYA!!'' gerutu Arkha sembari menghabiskan sisa kopi digelasnya.
Tak lama kemudian, hujan mulai turun. Arkha langsung bergegas masuk ke dalam rumah karena hujan yang disertai angin kencang itu bisa masuk ke balkon.
''Mari makan, Tuan.'' ujar Vina menawari lagi.
''Hmm.'' jawab Arkha sembari menuju wastafel untuk meletakkan gelas dan piring kecil yang sudah kosong.
Vina juga sudah menyelesaikan sarapannya, jadwal selanjutnya ia akan mencuci pakaian dan juga ngepel.
''Kalau sudah selesai sarapan, temui saya di ruang tengah.'' ujar Arkha lalu melenggang pergi sebelum Vina menjawab.
''Baik, suamiku!'' jawab Vina sedikit berteriak.
Arkha yang mendengar suara teriakan itu langsung menghentikan langkahnya, namun, tidak menoleh. Beberapa detik kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya untuk duduk di sofa.
Vina membersihkan meja makannya, lalu mencuci piring dan gelas yang dipakai oleh Arkha tadi.
''Jangan-jangan aku sudah termasuk gangguan jiwa? kenapa aku jadi berani gini sama tuan Arkha?''
''Sebenarnya aku sangat takut setelah bicara kayak gitu. Tapiiiii....,''
''Ntahlah, semoga tuan Arkha nggak semakin jijik sama aku.''
Selesai mencuci piring, Vina terdiam mematung sembari sibuk di dalam hatinya.
''Duduk.'' ujar Arkha saat melihat Vina sudah berdiri di samping sofa.
Vina pun langsung duduk dengan hati-hati, ia duduk pada posisi ujung agar getaran didadanya tidak semakin kencang. Ia hanya mendongak sekilas lalu kembali menunduk.
''Anda mau bicara apa, Tuan?''
''Apa Tuan sudah berpikir dan memutuskan untuk kita bercerai saja?''
''Kalau memang itu yang terbaik, saya ikhlas, Tuan. Saya akan menerima semua keputusan itu. Yang penting anda sudah memiliki kebahagiaan lain yang akan diterima oleh Mikhael.''
Arkha langsung mengernyitkan keningnya. Ia belum sempat menjawab karena Vina terus menyerocos dengan tuduhannya.
''SIAPA YANG MAU CERAI?'' protes Arkha sembari menempelkan telapak tangannya ke dahi Vina, sehingga wajah Vina terangkat dan membuat mereka saling menatap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
PaMud Mampir
2023-06-05
0