Beberapa hari kemudian,...
Hubungan Ruri dan juga Mikaila, sudah semakin membaik. wanita paruh baya itu, terlihat ingin mengatakan rasa yang ada di dalam dada.
"Mama mau bicara apa?"tanya Mikaila saat wanita itu melihat sang ibu yang sesekali menatapnya dan dengan ekspresi wajah yang ingin berbicara sesuatu padanya.
"emm apakah Mama boleh mengatakan sesuatu?"tanya Ruri dengan raut wajah sedikit memelas Dan juga posisi kepala yang sedikit menunduk. entah apa yang dilakukan oleh wanita paruh baya itu hingga membuatnya merasa enggan seperti itu.
"mau bicara apa?"tanya Mikaila to the point.
"maafkan Mama. karena Mama, sempat membuatmu tertekan untuk menerima permintaan menikah dengan Fandy."ucapnya Seraya menghela nafas panjang.
"memangnya kenapa?"tanya Mikaila dengan raut wajah penasaran. karena biasanya, wanita paruh baya yang bergelar sebagai ibu kandungnya itu tidak akan mudah untuk terpengaruh. tidak mungkin kan, wanita paruh baya itu terpengaruh hanya karena ucapan dari sang ayah yang memang ditugaskan oleh Mikaila untuk membujuk sang ibu?.
"Mama melihat sendiri bagaimana Fandy bersama seorang wanita dan bermesraan." ucap Ruri mencoba untuk menjelaskan pada putrinya.
"oh jadi Mama sudah tahu?"tanya Mikaila dengan tenang. membuat Ruri yang mendengar itu, seketika menatap putrinya dengan tatapan tak percaya.
"jadi kamu melihatnya?"tanya Ruri yang hanya dibalas anggukan kepala oleh putrinya itu.
"kapan?"Ruri mencoba untuk mencerca putrinya itu untuk mengetahui kebenarannya ada.
"kemarin waktu Mikaila bertemu dengan Arthur. Mikaila tak sengaja melihat Fandy bersama dengan seorang wanita. bahkan mereka bercumbu di tempat umum seperti itu. sungguh memalukan."gumam wanita itu Seraya mendengus kesal.
Ruri yang mendengar pernyataan dari putrinya itu, seketika hanya menundukkan kepala."maafkan Mama sayang. sekarang Mama serahkan semuanya padamu. Mama merestui hubungan kalian."ucap Ruri Soraya tersenyum simpul.
Tentu saja hal itu membuat Mikaila yang mendengarnya, merasa begitu girang. wanita cantik itu segera memeluk sang Ibu karena merasa sangat bahagia.
"bahagia sekali kayaknya?"tanya Ruri dengan nada menyindir putrinya itu.
"eh maaf Mah. kalau begitu, aku permisi ke kamar dulu."ucap Mikaila Seraya melangkahkan kakinya dengan cepat dan juga gestur tubuh yang salah tingkah. membuat Ruri yang mendengar itu, seketika menggelengkan kepalanya.
"dasar anak muda."setelah mengatakan hal itu, Ruri kembali masuk ke dalam kamar pribadinya untuk menemui sang suami.
****
Sementara itu di dalam kamar, tampak Mikaila merasa sangat bahagia."akhirnya aku terbebas dari perjodohan itu."gumam wanita itu Seraya mengulurkan tangan untuk menghubungi Arthur dan mengatakan semuanya.
Kali ini Mikaila memutuskan untuk menghubungi laki-laki itu melalui sambungan video call.
"halo ada apa?"tanya Arthur dari seberang sana dengan menampilkan wajah bantalnya. menandakan bahwa laki-laki itu, baru saja bangun tidur.
"eh aku ganggu ya Om?"tanya Mikaila dengan raut wajah tidak enak.
"hmm. ada apa?"tanpa mengindahkan pertanyaan dari wanita itu, Arthur justru malah bertanya hal lain.
"aku hanya ingin menyampaikan, bahwa Mama sudah merestui hubungan kita."uccap Mikaila dengan penuh semangat.
"oh ya. Bagus kalau begitu. tapi maaf, ibuku masih belum membuka pintu hatinya untuk hubungan ini."ucap Arthur yang terdengar menghela nafas panjang.
Mikaila yang mendengar itu, seketika menggelengkan kepala Seraya tersenyum kecil."tidak apa-apa aku masih sanggup untuk menunggu."ucapnya sembari tersenyum ramah.
Membuat Arthur yang mendengarnya, sejenak terdiam karena baru saja melihat seorang bidadari yang tersenyum ke arahnya.
"ke.. kenapa melihatku seperti itu? apakah ada yang aneh?"tanya Mikaila dengan raut wajah gugup dan nada bicara terbata-bata.
"kamu cantik kalau lagi senyum seperti itu."ucap Arthur masih dengan senyuman di wajahnya.
"apakah Om mencoba untuk merayuku? ingat Om, kita sudah memiliki perjanjian!"seru wanita itu mencoba untuk mengingatkan.
membuat Arthur yang mendengarnya, seketika tersadar dengan apa yang ia lakukan."Ya sudah kalau begitu saya mau mandi dulu."
Tut
Tanpa menunggu lama, laki-laki yang memiliki brewok tipis itu, segera menutup panggilannya secara sepihak. membuat Mikaila seketika menggerutu kesal.
"dasar om om menyebalkan."gerutunya Seraya menghentak-hentakkan kakinya di atas lantai.
****
Sementara itu di tempat lain lebih tepatnya di kediaman Arthur, terlihat mereka semua tengah berkumpul dan saling bersenda gurau satu sama lain.
"kenapa kamu sendirian? Di mana calon istrimu?"tanya seorang wanita yang tak lain adalah kakak dari sang ayah.
"iya kenapa tidak dibawa kemari?"tanya Oma Juwita menatap ke arah sang cucu.
"belum dapat restu. Mana mungkin, aku membawanya kemari?"tanya Arthur Seraya melirik ke arah Claudia yang telah menatapnya dengan tatapan tajam.
Mendengar ucapan dari cucunya itu, membuat mata Oma Juwita menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan tajam.
"kenapa kamu belum memberikan Restu?"tanya Oma Juwita menatap ke arah Claudia.
"karena aku tidak suka dengan wanita itu." jawabnya dengan singkat.
"kenapa? memangnya yang mau menikah itu siapa? kamu atau putramu? kenapa kamu tidak setuju?"pertanyaan bertubi-tubi itu sukses membuat Claudia bungkam.
Sementara Arthur yang mendengar itu, seketika hanya tersenyum simpul. memang ibunya akan segera luluh jika wanita tua itu yang memberikan nasehat. terbukti dengan keadaan saat ini.
"huh, baiklah kalau begitu aku merestui hubungan kalian."ucap dari Claudia. membuat semua orang yang ada di sana, merasa sangat bahagia. terutama Arthur. laki-laki itu segera berjalan dengan cepat untuk menuju ke kamarnya.
brughh
Karena merasa tidak sabar, laki-laki itu sampai menabrak meja yang berada tepat di samping pintu kamarnya. tentu saja hal itu membuat Arthur, seketika meringis.
"haish kenapa aku malah merasa tidak sabar seperti ini? sampai berjalan tidak melihat kekanan dan kekiri."gumam laki-laki itu dengan ekspresi wajah keheranan.
Namun karena tidak mau ambil pusing, akhirnya Arthur membiarkan perasaannya itu menguap itu saja. yang ia lakukan saat ini, adalah menghubungi wanita itu.
"halo Om ada apa?"tanya Mikaila dari seberang sana.
"kamu sedang apa?"tanya Arthur dengan tubuh sedikit bergetar karena merasa grogi.
"sedang di kamar mandi. memangnya kenapa?"tanya Mikaila yang terdengar sangat penasaran.
"kenapa di kamar mandi malah membawa ponsel? emangnya kamu sedang apa?"hanya Arthur bertubi-tubi dengan raut wajah penasaran.
"terserah saya lah Om kenapa jadi mengurusi hidup saya seperti ini?"tanya Mikaila dengan raut wajah kesal.
"hai bocah ingusan! saya akan menjadi suamimu."seru Arthur tidak terima.
"cih kita itu menikah hanya pura-pura."tandas Mikaila mencoba untuk mengingatkan laki-laki itu.
membuat Arthur yang mendengarnya, seketika memutar bola mata malas. rasanya laki-laki itu, malas sekali untuk berdebat saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments