Malam harinya,...
Saat ini, Arthur sedang berada di dalam kamar. laki-laki itu sedang merenungi apa yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini. rasanya sungguh sial harus terjebak dalam situasi seperti ini.
"aaakkkhhhh sial!" umpat laki-laki tampan itu entah pada siapa. karena di dalam kamar itu, Arthur hanya seorang diri tanpa kawan yang menemaninya.
Tiba-tiba saja pandangannya teralihkan saat melihat benda pipih yang ia geletakkan di sembarang tempat itu. dan dengan segera, Arthur mulai menyambar dan mulai mendali nomor seseorang. dan setelah itu mulai menghubunginya.
” halo ada apa?"tanya seorang wanita dari seberang sana. sepertinya wanita itu tengah merasa sangat kesal. terlihat dari nada bicaranya yang sedikit dingin dan juga ketus.
"halo Mikaila kamu ada acara nggak malam ini? kalau tidak ada acara, bisakah kita bertemu malam ini?"tanya Arthur tanpa basa-basi seperti biasanya.
Yap wanita yang ia hubungi saat ini, adalah wanita yang akan menjadi istrinya. Arthur memang sengaja untuk menghubungi Mikaila. Karena laki-laki itu ingin membahas sesuatu mengenai hubungan mereka ke depannya.
"emangnya ada apa ya Om?"tanya wanita itu dengan raut wajah kebingungan. karena sebenarnya, wanita itu sangat malas untuk keluar malam ini.
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu. aku harap, kita bertemu di restoran ABC."setelah mengatakan hal itu, atur segera mematikan ponselnya.
Sungguh saat ini, laki-laki itu tidak ingin melakukan perdebatan dengan wanita yang akan menjadi istrinya itu. karena biasanya, mereka akan berdebat sepanjang mereka bertemu. entah itu masalah kecil atau masalah besar. karena menurut Arthur, menggoda wanita itu adalah merupakan kesenangannya sendiri.
Setelah selesai menghubungi Mikaila, Arthur segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. karena wajah laki-laki itu, terlihat sangat tidak bersahabat.
"mau ke mana kamu Arthur?"tanya Claudia saat melihat putra semata wayangnya itu keluar dari dalam kamar dengan langkah tergesa-gesa.
"mau menemui calon istri."setelah mengatakan hal itu, laki-laki tampan itu segera melangkahkan kakinya hendak melanjutkan perjalanannya menuju pintu depan.
Namun ucapan dari Claudia, membuat langkah Arthur kembali terhenti."siapa dia? apakah itu Citra?"tanya Claudia dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat berbinar-binar.
"sayangnya, Ibu salah besar. karena sampai kapanpun juga, aku tidak akan pernah menerima Citra sebagai istriku. karena aku sudah mendapatkan wanita yang sesuai dengan kriteriaku."setelah mengatakan hal itu, Arthur segera melanjutkan perjalanannya.
Tentu saja itu membuat Claudia yang mendengarnya, seketika berdecak sebel. "Ck, dasar keras kepala."setelah mengatakan hal itu, wanita paruh baya itu segera masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
****
Sementara itu di tempat lain, terlihat seorang wanita tengah menatap ponselnya dengan tatapan tebal namun juga dengan raut wajah yang sedikit penasaran. siapa lagi orangnya jika bukan Mikaila. semenjak laki-laki itu mengatakan bahwa dirinya ingin bertemu dan membahas tentang masa depan mereka, membuat Mikaila merasa sangat penasaran.
"kira-kira apa yang akan dibicarakan oleh laki-laki itu?"tanya Mikaila pada dirinya sendiri.
"ah lebih baik aku segera ke sana saja."setelah mengatakan hal itu, Mikaila segera bersiap-siap.
Sama seperti Arthur, saat Mikaila membuka pintu kamarnya dan melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu, suara dari Ruri telah menggema. saat wanita paruh baya itu memanggil namanya.
"sayang, kamu mau ke mana?"tanya Ruri Seraya beranjak dari tempat duduknya dan berjalan untuk menghampiri wanita cantik yang bergelar sebagai putrinya itu.
"mau ketemu sama calon suami."ucapnya dengan sedikit nada yang terdengar malas. Karena Wanita itu, masih merasa sangat kesal dengan keputusan dari wanita paruh baya yang bergelar sebagai ibunya itu.
Kedua mata Ruri seketika berbinar saat mendengar kata-kata "calon suami" yang keluar dari mulut Mikaila.
"maksud kamu Fandy?"tanya Ruri dengan ekspresi wajah yang sangat bahagia. namun seketika itu pula kebahagiaan dari wanita paruh baya itu seketika terkikis. saat melihat gelengan kepala dari wanita yang ada di hadapannya itu.
"sayangnya bukan. aku mau bertemu dengan Arthur."setelah mengatakan hal itu, Mikaila segera menyambar punggung tangan milik Ruri dan menciumnya sebagai tanda hormat.
"kalau begitu Mikaila pamit dulu."sambung wanita cantik itu Seraya berjalan semakin menjauh dari tubuh Ruri.
****
"meja atas nama Tuan Arthur Stanley?"tanya seorang pelayan. saat Mikaila baru saja tiba di restoran itu.
Membuat Mikaila yang mendengar itu, sejenak terdiam dengan ekspresi wajah tak percaya. namun beberapa saat kemudian, wanita cantik itu menganggukkan kepala Seraya tersenyum tipis.
"kalau begitu, mari saya antar."ucap pelayan itu dengan ramah. Mikaila segera mengikuti wanita itu dari belakang. sembari matanya, sesekali menatap sekeliling restoran itu. hingga kedua matanya tak sengaja menangkap sebuah pemandangan yang tepat berada di hadapannya saat ini.
"apakah laki-laki seperti itu yang Mama ingin jodohkan padaku? Impossible."gumam wanita itu Seraya melenggang pergi. disertai dengan gelengan kepala.
***
"Maaf baru sampai. apakah sudah menunggu cukup lama?"tanya Mikaila. saat wanita itu, baru saja tiba di hadapan Arthur.
Sementara Arthur yang mendengar suara santun dari wanita yang biasanya barbar itu, sedikit tertegun dan merasa kagum dengan wanita itu.
"oh ya tidak apa-apa silakan duduk."ucap Arthur dengan senyuman. Mikaila dengan segera, menuruti perkataan laki-laki itu.
Tak lama berselang pintu ruangan VVIP itu diketuk oleh seseorang. dan tak berselang lama, seorang pelayan menyembul dari balik pintu itu.
"silakan dinikmati Tuan, Nyonya."ucap pelayan itu dengan ramah dan juga sopan.
"terima kasih."ucap mereka berdua hampir bersamaan Seraya menganggukkan kepala.
"jadi bagaimana rencana Om selanjutnya?"tanya Mikaila tanpa basa-basi.
Hal itu tentu saja membuat Arthur yang mendengarnya, merasa sangat sebal. karena Lagi Dan Lagi, wanita yang ada di hadapannya itu memanggilnya dengan sebutan "Om". Padahal menurutnya, wajahnya tidak terlihat tua. kenapa dirinya masih saja dipanggil Om, huh dasar menyebalkan!"pikir Arthur dalam hati.
"kita akan tetap meminta restu dari para wanita itu. namun, jika masih tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, maka dengan terpaksa kita akan tetap melaksanakannya."ucap Arthur Seraya menghela nafas panjang.
"kenapa bisa begitu?"tanya Mikaila dengan nada tidak suka.
"Karena tujuan kita, melakukan semua ini agar dapat membuat mereka berhenti untuk semena-mena pada kita. tapi kalau tidak mendapatkan Restu juga, apakah kita harus pasrah?"tanya Arthur dengan menghela nafas panjang.
"lagi pula apa yang kita lakukan ini, hanya sebatas pura-pura. tidak masalah jika tidak mendapatkan Restu."sambung Arthur
Tiba-tiba saja, Mikaila menggenggam tangan dari laki-laki itu."pokoknya apapun Yang terjadi, aku tidak ingin menikah dengan laki-laki itu. lebih baik aku menjadi istri Om. daripada harus menjadi istri dari laki-laki itu."ucapnya dengan tatapan yang sangat serius.
"eh maaf Om gak sengaja!"ucapnya dengan ekspresi wajah salah tingkah saat wanita itu baru menyadari tindakannya.
Sementara Arthur yang melihat itu, hanya terdiam Seraya menyunggingkan senyuman tipis di wajah tanpanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments