Beberapa hari setelah penawaran itu, hati Arthur sedikit goyah. laki-laki matang itu seringkali memikirkan penawaran dari gadis barbar yang ia temui beberapa kali itu.
"apa aku harus menyetujui tawaran gadis itu?"tanya Arthur pada dirinya sendiri. saat ini laki-laki itu berada di kamar mandi kediaman orang tuanya. karena sejak kemarin, sang ibu, menyuruh dirinya untuk berkenalan dengan Citra. hingga membuat Arthur beberapa kali ingin marah-marah. namun laki-laki itu tidak bisa melakukannya.
tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamarnya. tak lama berselang, terdengar suara sang ibu yang memanggil namanya.
"Arthur, itu di luar calon istrimu dan juga keluarganya sudah datang." seru Claudia Seraya mengetuk pintu kamar laki-laki itu.
Membuat Arthur yang berada di dalam kamar, seketika memutar bola mata malas. laki-laki itu benar-benar sangat muak saat Ibunya terus saja menyebut Citra sebagai calon istri.
Entahlah mengapa Arthur juga tidak menyukai wanita cantik itu. padahal laki-laki itu belum pernah bertemu dengan Citra sebelumnya. namun entah mengapa, feeling Arthur sangatlah kuat. jika wanita itu, bukanlah wanita baik-baik.
Namun dengan terpaksa, laki-laki itu menggerakkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar mewahnya itu.
ceklek
Begitu suara pintu terbuka, Arthur segera terhuyung ke depan. saat laki-laki itu, ditarik dengan sangat kuat oleh sang ibu. membuat laki-laki itu, seketika memutar bola mata malas dan mendengus kesal.
"Mama ini apa-apaan sih tarik-tarik aku?"tanya Arthur dengan nada yang terdengar sangat kesal.
"biar kamu cepat. kamu itu mau menjadi seorang suami. masa jalannya lambat seperti itu?"tanya Claudia mencebik.
Namun demikian, Arthur sama sekali tidak menggubris ucapan dari sang ibu. laki-laki itu langsung duduk di tengah-tengah antara Claudia dan juga Bahrun.
"ini dia orangnya. susah sekali ditemui sejak kemarin, pasti orangnya sangat sibuk."ucap ibunda Citra Seraya tersenyum kecil menatap ke arah laki-laki yang menurutnya sangat perfect itu.
Sementara Arthur yang mendengar itu, hanya membiarkan orang-orang tertawa termasuk juga dengan gadis yang ada di hadapannya saat ini. Gadis bertubuh bongsor bernama Citra itu, sempat menatapnya beberapa kali dengan senyuman seperti seorang yang telah berpengalaman. hingga membuat Arthur merasa sedikit merinding saat melihat wajah wanita itu.
"huh dasar! pasti dia sudah berpengalaman." gumam Arthur dalam hati. kedua matanya seketika teralihkan. saat wanita yang ada di hadapannya itu, mulai memandanginya dengan nakal. membuat Arthur seketika ingin muntah.
"kenapa Ibu menjodohkan aku dengan wanita seperti ini? apakah ibu tidak tahu jika wanita ini sangat murah?"tanya Arthur Seraya mencoba memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut akibat semua yang terjadi ini.
Karena selalu dipaksa oleh kedua orang tuanya terutama sang ibu, membuat Arthur mau tidak mau harus berpura-pura bersikap ramah dengan wanita itu.
"apa kalian ingin berbicara dari hati ke hati?"tanya ibunda Citra Seraya tersenyum simpul ke arah Arthur.
"tidak."
"iya."
Sontak saja, ucapan dari Citra dan juga Arthur itu, membuat semua orang yang ada di sana seketika saling pandang. dan tak lama berselang, Bunda dari Citra yang bernama Rossi itu, seketika terkekeh pelan.
"setahu aku jika anak-anak mengatakan hal yang berbeda, itu berarti mereka sedang melakukan pencocokan hati."celetuk wanita itu Seraya tersenyum tipis.
Membuat Arthur yang mendengarnya, seketika melongo. dirinya tidak percaya jika apa yang ia ucapkan itu, menjadi artian lain untuk orang-orang yang ada di sana.
"iya benar itu Ya sudah kalau begitu. kalian bisa saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu. kalau begitu, kami akan meninggalkan kalian di sini."setelah mengatakan hal itu, Claudia dan juga Rossi bergegas pergi dari sana. begitu juga dengan suami-suami mereka juga ikut melangkahkan kakinya menuju ke tempat lain.
Citra yang melihat itu seketika tersenyum simpul. tak berapa lama berselang, wanita itu menatap Arthur dengan wajah malu-malu.
"apakah anda senang bertemu dengan saya?"tanya Citra dengan raut wajah memerah juga jantung berdebar kuat. menantikan jawaban dari laki-laki itu.
"tidak aku tidak senang bertemu denganmu."ucap Arthur dengan datar dan juga dingin. membuat senyum Citra, seketika luntur.
"sialan! berani dia mengatakan hal itu padaku!"geram Citra Seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat di balik gaun mewahnya itu.
sementara Arthur, laki-laki Itu tampak gelisah karena dirinya merasa terpojok saat ini. Jika saja dirinya menghubungi gadis tomboy itu terlebih dahulu, mungkin dirinya bisa menolak dalam misi perjodohan ini. Namun sepertinya, Semuanya sudah terlambat.
***
Sementara itu di tempat lain, suasana yang sama juga tengah dialami oleh Mikaila. karena gadis yang sedikit barbar itu, sedang diapit oleh kedua orang tuanya untuk turun ke bawah dan menemui sosok laki-laki yang dijodohkan dengan gadis itu.
Walaupun Mikaila telah menolak berkali-kali, namun sang ibu tetap bersikeras ingin menjodohkannya dengan Fandy. entah apa yang direncanakan oleh ibunya. sehingga wanita paruh baya itu, sangat kokoh pendiriannya untuk menjodohkannya dengan Fandy.
"Ini calon menantu kita?"hanya seorang wanita paruh baya dengan memeluk tubuh Mikaila secara langsung. membuat Gadis itu sedikit tidak nyaman.
"iya bagaimana putriku cantik, kan?"tanya Ruri Soraya merangkul bahu putrinya. memberikan senyuman manis kepada semua orang.
"cantik sekali sangat cocok dengan putraku Fandy."ucap wanita paruh baya itu Seraya tersenyum tipis.
Sementara Mikaila yang mendengar itu, mendadak merasakan mual yang luar biasa. ingin sekali, wanita itu berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya karena merasa mual dengan perkataan wanita itu.
Entah mengapa, Mikaila merasa sangat mual. saat mendengar wanita paruh baya itu, memuji putranya. padahal dirinya, tidak mengenal sosok Fandy. tapi kenapa tubuhnya bisa bereaksi seperti itu.
Karena selalu dipaksa oleh sang ibu, pada akhirnya Mikaila harus berpura-pura bersikap baik dengan laki-laki itu. padahal di dalam hatinya, wanita itu ingin sekali menendang wajah menyebalkan dari laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
"apa kalian ingin berbicara berdua?"tanya Ruri secara tiba-tiba. membuat Mikaila yang mendengarnya, seketika membulatkan kedua matanya.
"tidak!"
"Ya!"
Ucap mereka hampir bersamaan membuat orang tua keduanya, seketika saling pandang dan melempar senyum satu sama lain.
"bagaimana apakah kamu nyaman berada di sini denganku?"tanya Fandy. saat mereka sudah dalam keadaan hanya berdua saja.
"tidak sama sekali!"jawabnya dengan tatapan tajam namun dengan senyuman Yang terukir di bibir indahnya. membuat Fandy yang mendengar itu, seketika mengepalkan tangannya kuat-kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments