Beberapa hari setelah Arthur bertemu dengan keluarga dari gadis yang bernama Mikaila itu, perasaan dan rasa penasaran dari laki-laki itu mulai menggebu-gebu. tiba-tiba saja, rasa ingin menaklukkan gadis itu muncul sangat kuat di dalam hati laki-laki itu.
Namun hal itu segera ditepis oleh Arthur dengan memikirkan logika."hish memangnya kau ingin menikahi bocil? ingat Arthur, dia itu masih 26 tahun. sementara kau, kau itu sudah hampir 40 tahun. Mana mungkin kau bisa mendapatkannya? lagi pula, sifat kalian itu tidak cocok."ucap laki-laki itu menasehati dirinya sendiri.
Saat ini Arthur berada di apartemen miliknya. karena laki-laki itu, merasa sangat malas jika harus berada di kediaman kedua orang tuanya. karena terus dipaksa untuk menerima perjodohan dengan wanita yang tidak ia cintai.
Baru saja laki-laki itu memikirkan tentang sikap kedua orang tuanya yang menyebalkan, ponsel Arthur tiba-tiba saja berdering. dan tak lama berselang, muncul nama sang ibu di layar ponsel miliknya itu.
Dengan malas, laki-laki itu mengangkat panggilan telepon dari sang ibu. karena jika tidak, Claudia akan mengomel tidak jelas dan akan selalu mengungkit tentang tugas seorang anak yaitu berbakti kepada kedua orang tuanya.
"ya Bu ada apa?"tanya Arthur dengan suara yang sedikit malas.
"kamu masih ada di apartemenmu, kan?"tanya Claudia dari seberang sana.
"memangnya ada apa?"tanya Arthur dengan suasana hati yang mulai tidak enak.
"ibu sama Citra mau ke sana. sekalian mau memperkenalkan Citra kepadamu. mungkin saja kemarin kamu tidak ingin dijodohkan karena tidak kenal dengan Citra, kan? sekarang ibu akan memperkenalkan kalian berdua. Ibu harap, kau akan cocok dengan Citra."ucap Claudia panjang lebar.
Tentu saja hal itu membuat Arthur yang mendengarnya, terdiam. karena laki-laki itu sedang mencari cara untuk segera terbebas dari perjodohan konyol itu.
"aku harus melakukan sesuatu." ucap laki-laki tampan itu dalam hati.
Arthur segera menjauhkan ponselnya dari telinga, saat laki-laki itu sudah tidak mendengar suara sang Ibu dari seberang sana. dan setelah diperiksa, ponselnya dalam keadaan mati. itu berarti, ibunya telah mematikan panggilan secara sepihak.
Arthur yang melihat kelakuan dari wanita paruh baya yang menyandang sebagai ibu kandungnya itu, hanya dapat menghela nafas panjang. kemudian, meletakkan ponsel itu ke atas meja.
Tiba-tiba saja, sebuah ide muncul di otak kecil laki-laki itu."kenapa aku tidak terpikir sejak tadi?"tanya Arthur pada dirinya sendiri. kemudian dengan segera, laki-laki itu keluar dari apartemen dan mengambil sepeda kayuh ada di samping bangunan itu.
" pak satpam nanti kalau ada ibu-ibu datang kemari, bilang saja aku sedang ada rapat mendadak. ini ada beberapa lembar berwarna biru untuk bapak."Arthur segera mengeluarkan lembaran kertas berwarna biru itu dari saku celananya. menyerahkannya kepada laki-laki paruh baya yang memakai baju berwarna putih itu.
"siap tuan Arthur."ucap laki-laki itu Seraya mengangkat tangannya dengan posisi hormat.
Arthur yang mendengar itu, seketika tersenyum kecil. kemudian, mulai melangkahkan kakinya untuk mengayuh sepeda itu.
Cukup lama laki-laki itu mengayuh sepedanya. hingga tak berselang lama, laki-laki itu melihat banyak anak kecil yang tengah bermain bola di sebuah lapangan. dan dengan segera, laki-laki tampan itu menghampiri mereka semua.
****
Sementara itu di tempat lain, hal serupa namun sedikit berbeda juga terjadi pada Mikaila. karena gadis cantik itu, baru saja dipaksa oleh sang ibu untuk menerima dan mendekatkan diri pada calon yang akan dijodohkan padanya nanti.
"sudah berapa kali aku bilang Mah, aku tidak ingin dijodohkan seperti ini. aku bisa mencari jodohku sendiri."ucap Mikaila dengan nada kesal.
"tapi Fandi itu laki-laki yang baik sayang. Mama yakin pasti kamu tidak akan pernah menyesal jika menikah dengan laki-laki itu."ucap Ruri dengan nada yang meyakinkan.
Mikaila yang mendengar ucapan dari sang Ibu, seketika memutar bola mata malas."pokoknya sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mau jika menikah dengan laki-laki itu."setelah mengatakan hal itu, Mikaila segera pergi dari tempat itu.
Gadis itu sama sekali tidak memperdulikan teriakan dari sang ibu yang seakan memekakkan telinga itu. hatinya terasa sangat kesal.
Gadis itu segera keluar dari rumah mewah orang tuanya itu dengan mengendarai sepeda kayuh yang memang disediakan oleh kedua orang tuanya untuk berjalan-jalan. karena perasaan kesal yang mendominasi hatinya, Gadis itu tanpa sadar bersepeda dengan sangat jauh.
"astaga! kenapa jauh sekali?"tanya Mikaila saat melihat ke kanan dan ke kiri memastikan semuanya.
Matanya menatap ke sekeliling mencari tempat untuk berteduh yang aman dan juga nyaman. hingga tak sengaja, Mikaila melihat sebuah taman kecil yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. senyumnya seketika mengembang. dan dengan langkah ringan, Gadis itu melangkahkan kakinya untuk mendekati bangku taman itu.
"huh, kenapa sih Mama harus menjodohkan aku dengan laki-laki yang tidak aku kenal? memangnya di sini aku tidak bisa mencari jodohku sendiri? lagi pula yang ingin menjalaninya itu kan aku, bukan mama? terus kenapa Mama yang sehat jika aku mengabaikan laki-laki itu? dasar menyebalkan!"tanpa sadar, gadis itu mengomel panjang lebar.
Hingga suara laki-laki, menyahut di sebelahnya."aku pun juga sama, dijodohkan hanya karena, umurku sudah 37 tahun. padahal menurutku, itu tidak terlalu tua."ucap seorang laki-laki yang duduk membelakangi Mikaila.
"kau benar Tuan, terkadang orang tua itu terlalu egois hanya karena tuntutan sosial yang mengharuskan memiliki pasangan dan juga keluarga, mereka rela mengesampingkan perasaan anak-anak mereka."jawab Mikaila dengan menatap lurus ke atas.
"Yah begitulah kultur di negara ini. kita dianggap tidak berhasil, jika kita belum menikah dan memiliki keluarga kecil yang bahagia. padahal kebahagiaan seseorang itu, tidak bisa diukur dengan semua itu. ada yang tidak menikah tapi mereka bahagia. ada yang menikah, tapi mereka juga justru malah menderita."jawab Arthur yang juga ikut mendongakkan kepalanya menatap lurus ke atas.
Tanpa disadari, dua anak manusia yang tidak saling kenal dan juga sering bertengkar jika sedang bersama itu, saling curhat satu sama lain.
Hingga tak lama berselang, Mikaila melangkahkan kakinya untuk menjauh dari tempat itu. karena tiba-tiba saja, tenggorokannya terasa sangat kering akibat terlalu banyak bicara dan udara yang sangat panas itu.
Bersamaan dengan itu, Arthur menoleh ke arah samping tempat duduknya di mana Mikaila yang baru saja meninggalkan tempat itu.
"Hidup itu memang tidak adil."gumam Arthur Seraya memejamkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments