Key pun langsung menoleh pada saat ada yang memanggil namanya.
"Mau apa Om kesini?" suara ketus dari Key, membuat Brian menghela nafas.
"Orang marah itu, butuh tenaga. Sekarang lebih baik kamu minum dan lekas itu marah lah lagi," ucap Brian yang tengah menyodorkan Aqua kepada Key.
Key yang merasa kebetulan, tanpa banyak pikir panjang. Ia pun langsung mengambil Aqua dari tangan Brian.
Gluk.
Gluk.
Gluk.
Aaaaah.
"Seger," kata Key yang sekarang tenggorokannya tidak menjadi kering lagi, karena sudah dibasahi oleh air yang diberikan oleh Brian.
"Maaf."
Brian ikut duduk di samping Key, dan mengatakan permintaan maaf karena kejadian sewaktu di rumah tadi.
"Maaf atas ucapan dari papa tadi," ucap Brian yang mengulanginya lagi.
"Papa kamu tidak salah kok, memang bener apa yang dikatakan. Kalau aku tidak mampu membeli makanan seperti yang dihidangkan oleh tante Linda," ujar Key yang berusaha melupakan kejadian yang sempat membuatnya kecewa, dengan sikap yang tak bisa dicontoh.
"Tidak Key, saya mewakili papa." Brian untuk pertama kalinya memanggil dengan sebutan nama untuk Key, entah Brian yang merasa bersalah dengan sikap orang tuanya, atau hanya sekedar kasihan pada Key.
"Sudahlah, jangan dibahas lagi karena aku udah maafin papa Om." Jawab Key yang tak ingin mengingat kata-kata menyakitkan itu lagi, karena melupakan adalah hal yang bagus untuknya.
Obrolan pun masih berlanjut hingga Key lupa akan waktu pulang, dan sekilas melirik arloji yang berada di lengannya.
"Waduh!" ucap Key secara spontan dan Brian terkejut.
"Ada masalah apa sih. Lihat saya minum sampai tumpah," dengus Brian karena mukanya saat ini penuh dengan air, dan bajunya juga basah.
"Sekarang sudah jam 10, Om. Aku ada sif sore dan aku butuh tidur agar tidak ngantuk." Key pun menjelaskan kenapa dirinya bisa seheboh itu.
Brian yang merasa kasihan langsung menggandeng tangan Key.
"Kenapa main tarik saja sih, emangnya aku ini tampar apa!" Key merasa kesal karena tanpa aba-aba. Brian langsung menariknya dan membawa ke arah motornya.
"Sekarang naik, biar saya antar kamu pulang." Ucapan Brian mendapat tatapan tak biasa dari Key..
"Kenapa kamu menatap saya seperti itu," ujar Brian lagi.
"Memangnya Om bisa, nyetir dengan keadaan tangan bengkak?" tanya Key karena ia ingat bahwa tadi dirinyalah yang menggonceng Brian sampai masalah baru datang lagi.
"Jangan banyak tanya, dan segera naik." Brian pun memberikan instruksi agar Key langsung naik ke atas motornya tanpa banyak protes.
Detik berlalu dan menit pun berganti.
Kay sekarang sudah berada di rumah, dan menyuruh Brian agar segera pergi. Jika tidak, maka ibunya bisa melahapnya habis.
"Sekarang pergilah, dan terimakasih untuk tumpangannya." Key tidak menunggu Brian berbicara karena gadis itu langsung masuk meninggalkannya di luar.
Belum sempat membuka pintu, suara cempreng langsung menyambutnya.
"Darimana saja kamu ini. Apa kamu tidak melihat jam atau memang di sengaja! Lihat sekarang sudah jam 11 siang. Anak perempuan bukannya bantu beres-beres keluyuran saja," Key diam tidak berani membalas kemarahan ibunya.
"Jawab!" bentaknya lagi.
"Tadi jalan-jalan. Pas mau pulang gak bawa uang dan Hp mati," terang Key yang berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya pagi tadi.
Seketika bu Endang menghela nafas, karena tak bisa berkata-kata jika sudah seperti itu.
Hufff.
Ada-ada saja si Key, pikir bu Endang.
"Ya sudah kalau begitu buruan mandi, dan segera sarapan. Bukannya kamu nanti berangkat jam empat, dan jangan lupa untuk istirahat juga." Bu Endang lekas menyuruh Key untuk bersih-bersih dan memintanya istirahat juga.
Setelah menegur sang putri. Bu Endang kembali melanjutkan pekerjaannya, yang mana ia diminta suaminya menyusul ke ladang.
Sedangkan di dalam.
"Kenapa aku bisa bertemu dengan manusia sombong begitu, ya?" Key yang sudah mandi dan sedang menghadap piring. Tidak langsung makan, melainkan memikirkan akan kejadian di rumah Brian. Entah kenapa juga tiba-tiba bayangan tersebut lewat di otaknya Key.
"Bodoh lah, kalau tante Linda benci sama aku. Apa pedulinya lagian dasar keluarga aneh," gumam Key dengan menyendok kan nasi ke dalam mulutnya.
hoaaam
Nasi di piring telah habis dan kini tiba-tiba Key merasakan kantuk yang luar biasa.
Saat Key berjalan untuk keluar dari dapur. Ia berpapasan dengan bapaknya, yang kebetulan baru saja pulang dari ladang.
"Key, baru pulang?"
"Udah dari tadi kali, Pak."
"Oh, kirain tadi gak ada pulang lupa sama rumahnya."
Seketika Key memutar tubuhnya dan menatap bapaknya.
"Bapak nyindir, ya?" Key menyilangkan kedua tangannya dan mempertanyakan apa yang baru saja pak Rudi katakan, tepatnya sebuah sindiran.
"Kaga, emangnya kamu merasa?" ujar bapaknya Key dengan nada masa bodohnya.
"Jiah ... kalau mau nyindir jangan tanggung-tanggung Pak," kata Key dengan bibir mencabik karena kesal.
"Tuh kan, merasa."
"Bapak jangan kabur!" seru Key, karena bapaknya Key setelah mengatakan hal tersebut. Langsung pergi dan meninggalkan Key yang masih kesal.
"Udah dibuat kesel, nyampe rumah makin bertambah kesel saja." Key yang pada akhirnya masuk ke dalam kamar, namun dengan mulut yang masih komat-kamit layaknya seorang dukun yang membacakan mantra pada pasiennya.
"Namun, lama kelamaan. Rasa kantuk tak bisa dihindari hingga mulut yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. Akhirnya kini diam dan mata pun terpejam, Key yang sekarang tengah pergi ke pulau mimpi dan menikmati kepergiannya di alam bawa sadarnya.
Sedangkan orang tua Key yang sekarang tengah asik mengobrol, sembari mengingat masa mudanya dulu, dan tidak lupa dua cangkir kopi pemberani karena tidak ada lagi yang tersaji di atas meja selain kopi.
Mereka bercengkrama hingga membicarakan Key.
"Pak, tadi waktu Ibu nyusul ke ladang. Tiba-tiba ada ibu-ibu yang memanggil dan bertanya soal Key," kata bu Endang pada sang suami.
"Memangnya apa yang dikatakan sama Ibu?" tanya bapaknya Key.
"Tadi mereka bilang bahwa Key pulang sama seorang laki-laki."
Uhuk.
Uhuk.
"Tuh kan, tersedak." Pak Rudi pun lantas membersihkan mulutnya yang belepotan akibat kopi yang ia minum tumpah karena tersedak.
"Kok nyalahin Ibu sih, orang Bapak yang minum." Bu Endang menghela nafas saat suaminya menyalahkannya.
"Ya lagian, Ibu tadi bilang kalau Key pulang diantar laki-laki kan, makanya Bapak langsung tersedak." Bapaknya Key mencoba menjelaskan.
"Iya kan, orang-orang bilangnya begitu. Kira-kira siapa ya, Pak?" Bu Endang pun bertanya-tanya tentang siapa si lelaki tersebut, dan dengan jari yang diletakkan di pelipis seolah-olah bu Endang harus mencari jawabannya sendiri.
"Orang Ibu saja kaga tau, mana mungkin Bapak juga tahu. Ada-ada saja," gerutu bapaknya Key.
Pada saat mereka sedang asik mengobrol, terdengar suara ketukan pintu. Hingga membuat keduanya saling tatap.
"Pak, ada tamu?" kata Bu Endang.
"Siapa ya Bu, sore-sore bertamu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ini er
iklan datanggg
2023-06-09
1
Anie Jung
Yg bertamu Brian seperti nya 🤔😁?
Sok tahu 🤣🤣🤭🤭
2023-06-03
0
Rini Antika
Semangat terus, vote mendarat 💪💪
2023-05-29
0