Daging gepeng alias steak saat hendak di iris, tiba-tiba saja terbang dan mengenai wajah seseorang yang tak lain adalah papanya Brian, karena Key bisa menyimpulkan kalau itu orang tuanya. Terlihat dari wajahnya yang mirip dengan lelaki yang sekarang tepat dihadapannya.
Wajah bole Brian menambah aura ketampanan, dan rupanya wajah itu di dapatkan oleh sang papa yang juga keturunan bule, namun Key tidak tahu keluarga Brian berasal dari negara mana.
"Papa!" sontak tante Linda langsung membekap mulutnya. Sedangkan Brian tertawa karena ada pemandangan konyol di depannya, sebelum hal yang tak terduga di dengar.
"Siapa yang melempar daging ini!" marah lelaki tua itu namun nampak masih segar bugar.
Saat suami dari tante Linda marah, Key hanya tertunduk tidak berani menampakkan wajahnya karena takut. Wajah garangnya membuat Key langsung ketakutan.
"Calon mantu Mama katanya," jawab Brian dengan netra yang menatap ke arah Key, tanpa punya firasat apapun itu.
Dasar breng*sek.
Key mengumpat habis-habisan karena Brian dengan terang-terangan mengatakan akan hal itu.
"Ma," panggil sang suami.
"Iya Pa. Tolong di maklumi mungin Key tadi pas mau potong. Piringnya licin dan jadinya terbang deh itu isinya," kata tante Linda dengan senyuman yang terlihat di sudut bibirnya, karena merasa kasihan pada Key. Jadinya perempuan paruh baya itu berusaha membelanya.
"Kalau tak bisa makan kenapa gak bilang. Harusnya Mama sediakan ubi buat dia, agar memudahkannya untuk makan!"
Glegerrrrr.
Key yang mendengar akan hal itu, mencoba diam karena tidak mau mencari masalah dengan orang yang lebih tua.
Dan buat Key, kata-kata yang terlontar barusan. Itu sangat melukai hatinya karena biar dia miskin Key pun kerap makan makanan orang kaya, meski tidak seenak yang baru disajikan.
hanya karena masalah daging gepeng, harga dirinya direndahkan.
"Key, maaf Papa nya Brian cuma bercanda kok—."
"Siapa yang bercanda, lagian siapa dia? Bisa-bisanya Mama ajak makan di rumah ini dengan menu yang tak bisa rakyat jelata seperti dia makan ...."
BRAKKKK.
Suara gebrakan meja. Mampu membuat semua diam, dengan tatapan tajam serta aura dinginnya. Key seakan ingin memakan mangsanya hidup-hidup.
"Saya memang orang miskin, tapi anda juga tidak berhak berbicara kasar dengan saya!" Key yang tersulut emosi langsung mengatakan apa yang sudah sedari tadi ia coba tahan.
"Hye bocah, kau yang sopan saat berbicara dengan orang tua." Ucapan papa nya Brian, hanya dibalas dengan seulas senyuman oleh Key.
"Orang tua mana yang akan saya hormati, jika seperti anda." Key dengan berani langsung menunjuk wajah papanya Brian.
"Pa, sudahlah. Ini kan masalah kecil kenapa harus diperpanjang," ucap Brian menengahi agar masalah semakin tidak menjadi.
"Apa yang dikatakan Ian benar Pa, lagian Key tidak sengaja. Key anak yang baik jadi Mama rasa memang tidak ada unsur sengaja," sahut tante Linda, mencoba menenangkan suaminya yang bernama Axel.
"Lagian kenapa kalian bisa memungut bocah yang tak beradab itu, hum!"
"Pa!" bentak Brian.
"Hanya karena bocah seperti dia, kamu membentak Papa? Sihir apa yang diberikan sama kamu?" ujar papa Axsel pada Brian.
"Hye Tuan, saya punya rumah. Apa tampang saja ini terlihat orang yang tak punya rumah. Ingat, jika anda ingin dihormati maka bertuturlah yang sopan pada semua manusia ...."
"Tau apa kamu?"
"Saya berbicara berdasarkan fakta, karena sejatinya manusia di mata Tuhan itu sama."
"Anda muslim kan?"
"Apa mata kamu buta sampai tidak bisa melihat jika ada figura yang berisikan Ayat Suci," tukas papa Axsel.
Key tersenyum getir, Key sudah tahu dari awal masuk hanya saja ingin menguji kesabaran lelaki berparas tampan. Meski usianya tak lagi mudah, dan mendapat panggilan seorang 'Papa' dan sekaranglah Key mengeluarkan apapun yang ia tahan sejak tadi.
"Ingat Tuan, semua umat di mata Tuhan sama! Kelak kita akan berada di lubang yang sama yaitu tanah, anda sewaktu kecil dimandikan dan kita sama, kelak jika kita mati akan dimandikan lagi. Jadi, jangan mentang-mentang anda kaya dan berbicara seenak jidat anda."
"Ok Tante, kalau begitu saya terimakasih atas jamuannya."
Brian dan tante Linda terperangah mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Key, sederhana namun kata-katanya mampu mengenai tepat di jantung.
Tuan Axsel hanya bisa menatap dalam ke arah angin, karena baru kali ini ia dikalahkan oleh sorang bocah ingusan, seperti Key.
"Ian, kejar." Tante Linda yang baru menyadari bahwa Key tak ada di sampingnya. Buru-buru menyuruh Brian untuk mengejarnya.
Tanpa banyak berpikir. Brian pun langsung mengejar Key, dan sedangkan tante Linda dan suaminya masih saja berdebat karena ia tidak menyukai sikap, gadis yang di bawanya tadi karena terlalu bar-bar.
...............
Sesampainya Key berada di luar rumah. Ia berusaha menetralkan deru nafasnya karena tidak menyangka bahwa akan berdebat dengan orang yang lebih tua.
"Apa dia pikir hanya orang kaya yang bisa menikmati daging mahal. Aku mampu hanya saja tidak berniat beli dan aku juga gak sengaja membuat daging itu terbang ke wajah orang, tapi tidak harus mengatakan hal yang menyakitkan juga, kan." Key yang terus berjalan dengan mulut yang terus mengomel, tidak sadar. Bahwa dibelakangnya ada sosok Brian yang membuntutinya.
"Sepertinya dia perlu menenangkan hatinya dulu. Biarlah aku akan seperti ini," gumam Brian yang merasa bersalah dengan kekacauan saat berada dirumahnya.
Lelah sedari tadi terus mengomel, sampai akhirnya Key berpikir untuk meminta Ayu menjemputnya.
Sayang, pada saat Key sudah mendapatkan gawai nya, justru kesialan mendatanginya.
Arghhh.
Key mengacak-acak rambutnya dengan sangat frustasi, karena tidal bisa menghubungi Ayu karena ponselnya mati.
"Terus bagaimana aku pulang. Tidak membawa dompet pula, dasar bodoh!" Key mengatai dirinya sendiri karena lupa tidak membawa uang. Lantas bagaimana Key bisa pulang, dan mengistirahatkan badannya.
Key yang kesal, dan di samping itu lelah karena sedari tadi berjalan terus. Lantas Key memilih untuk istirahat dan duduk di tepi jalan.
"Haus," batin Key memelas.
Sedangkan Brian yang tidak berada jauh dari Key. Melihatnya penuh dengan rasa kasihan dan juga rasa bersalah. Biar bagaimana pun ia juga yang membuat masalah.
"Kasian bocah tengil itu," gumam Brian yang sudah siap menghampirinya dan tidak lupa membawakan sebotol air mineral untuk Key.
Key bersendekul memikirkan bagaimana cara agar dirinya bisa segera pulang, dan di kawasan dimana Key berada. Terlihat sepi dan hanya ada beberapa pengendara saja.
Sejenak Key menatap jalanan, untuk menghilangkan rasa marahnya, namun tiba-tiba saja. Suara lelaki langsung membuatnya menoleh.
"Key."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ini er
satu mawar datang
2023-06-09
0
Anie Jung
Eehh Kok gitu Papa nya Brian.🤨
2023-06-02
0
Rini Antika
gak usah sombong jd orang
2023-05-26
0