Keesokan paginya.
Key seperti biasa akan membantu bersih-bersih rumah. Sedangkan istri dari Ayahnya akan memasak bakal sarapan mereka bertiga.
Saat ini masih jam 6:00 pagi, dan pekerjaan Key dimulai dengan menyapu. Tidak bisa meninggalkan kebiasaannya yang selalu memakai alat musik, di kuping kiri dan juga kanan dan tibalah saatnya Key bernyanyi ria.
Rindu aku rindu kamu ... jadi satuuu dan ketika tiba-tiba, laut.
Aaaaaa.
"Sakit telingaku!" rintih Key karena sedang enak-enaknya nyanyi, tapi tiba-tiba kupingnya di tarik oleh seseorang dari belakang.
"Makanya, lepas itu penutup kuping. Gak denger kan!" tukas Bu Endang yang sengaja menarik kuping Key, karena sedari tadi memanggil tak kunjung menimpali.
"Heran deh, punya anak gini amat." Bu Endang mendengus kesal karena lagi-lagi paginya di warnai oleh kejengkelan.
"Apaan sih Bu, memangnya gak bisa ya pas panggilnya pakai suara lembut." Key pun berujar sembari memegangi telinganya yang terasa panas, karena ulah sang ibu.
"Bukan gak bisa, kamu nya saja yang tuli! Maka biar denger lepas itu kabel." Dalam benak Bu Endang, ingin sekali memasukkannya dalam kantong agar Key tak bertingkah lagi.
Hehehehe
Key justru tertawa karena baru sadar jika memang telinganya diberi sumpalan, dan sekarang ini baru dilepaskan.
"Nah gitu kek dari tadi, jangan bisanya membuat orang berteriak seperti orang kemalingan." Bu Endang pun berujar dengan jemari yang tengah merogoh saku.
"Eh gak usah Bu, aku kan gak minta uang. Jangan diberikan sama Key," ujar Key dengan kedua tangan yang menolak.
"GR, siapa juga yang mau ngasih uang. Ibu mau minta tolong, tolong belikan terasi karena di dapur habis."
Duh, jadi malu kan.
Key, yang merasa malu hanya bisa tersenyum. Sambil menggaruk keningnya. Walau itu tidaklah gatal dan hanya beralasan Key, karena sudah kepalang malu.
"Asem bener. Kirain mau ngasih uang ternyata oh ternyata, selamat anda kena prank. Sungguh menyebalkan," batin Key yang hanya bisa diam sambil tangannya meraih uang yang diberikan oleh Bu Endang.
"Udah sana pergi! Ngapa masih diem kek burung keselek gitu itu muka," ujar Bu Endang saat menatap Key.
"Dasar Ibu durhakim. Bisa-bisanya ngatain Key kek burung keselek," ucap Key merajuk.
"Bodoh amat."
Setelah mengatakan hal itu. Bu Endang melanjutkan lagi acara masak memasak, karena masih ada yang harus dikerjakannya. Sebelum Ayah dari Key, dan suami dari Bu Endang sendiri bangun. Makanan sudah harus siap karena nantinya akan dibuat bekal ke ladang. Maklum mereka hanya orang desa yang mayoritas pekerjanya lebih banyak ke ladang dan juga pabrik.
Key, yang saat ini masih berada di jalan untuk membeli terasi, tidak sengaja ada lelaki yang resek. Sengaja menggoda Key, Key yang tak suka langsung mendatangi.
Cuit.
Cuit.
Dua lelaki sengaja menggoda Key, namun Key tak menggubris awalnya dan terus berjalan ke warung.
"Hye cewek, sini dong godain Abang. Ea … ea … ea," dua lelaki itu nampaknya belum tahu siapa Key, hingga dengan berani menggoda.
"Hye, Abang sini dong. Godain Key," ujar Key menimpali dengan senyuman jahatnya dan mengangkat jari satu jarinya sebagai kode.
"Wah Gus, kita samperin yuk. Kelihatannya ini cewek enak ajakannya," ujar lelaki dengan tubuh kurus dan rambut yang disemir layaknya ekor kuda.
"Yuk."
Tidak berapa lama.
Pakh.
Pakh.
Bukh.
Bukh.
Aaaaaaaaa.
"Dasar wanita monster," pekik si lelaki itu.
"Huaaaaa … Makkk, aku di hajar sama gadis kekuatan super!" dan yang satunya berlari untuk mengadu pada Emak nya, karena mendapat bogeman yang sangat nikmat dari Key.
Fiuh.
Key, mengibaskan kedua tangannya dan setelah itu berjalan ke arah warung. Yang tidak berada jauh dari dirinya saat ini.
……
Selang berapa menit.
Key sudah sampai di rumah, namun pada saat dirinya mulai menginjakkan kaki di teras rumah matanya menangkap sosok yang tadi menggodanya.
"Lho itu kan pria mata ikan yang di gang tadi?"
"Key, ke sini kamu!"
Saat Key tengah memikirkan dua lelaki dan satu ibu-ibu. Sebuah suara memanggil namanya, yang tak lain adalah Ibunya.
"Ada apa Bu, kok rame gini? Di rumah kan sedang gak bagi-bagi sembako."
Pletak.
Auh.
"Sakit Bu, kenapa jari Ibu bisa selicin itu pas di keningku?" ujar Key pada Bu Endang.
"Lihat tuh, kamu apakan anak orang sampai babak telur gitu?"
"Bukan telur Bu, tapi babak belur." Key meralat kata-kata Bu Endang yang salah penyebutan.
"Terserah Ibu dong." Jawab Bu Endang sinis.
"Bu, terus ini bagaimana nasib ponakan saya?" suara wanita yang tadi sempat diam. Kini mulai angkat bicara dan meminta pertanggung jawaban dari Key dan Ibunya.
"Key sudah pulang, mending langsung tanya saja kenapa bisa ponakan Bu Rumi babak telur."
"Ya salam, telur lagi. Apa Ibu kira sekarang lagi ada kontes buat telur ceplok mata kambing?" batin Key yang tak habis pikir.
"Key, itu dua laki kenapa bisa bonyok?" sekarang Bu Endang menatap Key, meminta penjelasan kenapa sampai anak orang dibuat perkedel.
"Bu, Bude. Itu tuh bukan salah Key, salah siapa punya mata dan mulut gak bisa jaga, dan main goda Key pula!" Key pun akhirnya mengatakan kronologi dari masalah yang sekarang di hadapinya.
"Mana mungkin ponakan saya seperti itu. Mereka ini anak baik-baik dan datang ke sini buat liburan bukan dijadikan perkedel sama kamu!" seru Bude Rumi yang tidak terima jika dua keponakannya di hajar oleh Key.
"Jadi Bude gak percaya, dengan apa yang Key bilang?" ujar Key dengan tatapan tidak suka, dan mengira jika Key lah yang salah dan keponakan Bude Rumi adalah anak baik-baik.
Cih, menyebalkan.
"Ya jelas dong, mereka itu anak baik-baik. Tidak seperti kamu urakan dan lagaknya seperti preman saja," Bude Rumi justru malah menghina Key dan membela keponakannya yang sudah kurang ajar.
Memang, jika orang tua akan selalu membela anak meski itu salah. Akan tetapi, harusnya tidak menuduh orang tanpa sebab juga kan, kenapa harus di hajar. Apalagi yang memberi pelajaran adalah seorang wanita.
"Key, katakan! Dan jawab dengan jujur." Bu Endang memandangi Key dengan penuh kekhawatiran, ia takut. Takut jika Key memang sengaja menghajar anak orang tanpa sebab.
"Memangnya Ibu percaya, sama ucapan Bude Rumi. Lantas apakah Ibu percaya dengan dua lelaki dengan mata yang terus keluyuran. Tuh lihat bagaimana ini orang natap Key," ujar Key dengan diiringi senyuman yang terukir di sudut bibirnya.
Seketika dua lelaki yang sedari tadi mengelus pipinya, kini bungkam.
"Key dilawan. Jangan harap bisa lari dari kenyataan, karena aku juga gak sanggup buat lari juga." Key bergumam dalam hati seraya berjalan memutari dua lelaki tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Susah ketemu ibu tiri dan anak tiri yg kelakuannya 11 12 kek gini,Berantem2 manja gitu, ngakak terus aku bacanya dari tadi 🤣🤣🤣
2023-10-05
3
Anie Jung
Jagoan benar si Key 🤣🤣👍
2023-05-31
0
Buna Seta
Lanjut kak
2023-05-24
1