Ghost Paviliun
Milen sedikit pusing, dirinya yang ingin mengantar tugas skripsi, entah kenapa dibuat syok pening kepalanya, ketika melihat wanita berpakaian putih ke arah pohon tanpa kaki.
Ssssrrt!! Milen seolah berada di tempat lain, menatap beberapa orang bak saat ini ia diperlihatkan sesuatu.
"Karena kau, kami akan terbongkar! jadi ada baiknya kalian, kami lenyapkan sekarang juga!" ujar pria dengan wajah bersarung hitam.
Milen melihat tatto yang mirip dengan pelaku, sehingga Milen memencet tanpa orang itu tahu dari bilik belakang tangannya, dan membusungkan tongkat agar tiga pria itu pergi.
"Jadi bapak yang bunuh teman saya kan, kalian sadis. Harusnya dihukum mati agar mengurangi populasi manusia berhati iblis yang sangat jahat! kalian tidak punya hati, orangtua mereka sangat sedih. Bagaimana jika semua terjadi berbalik pada keluarga bapak?!" teriak Milen tapi tidak di dengar, saat melihat wanita berpakaian putih terbunuh.
"Banyak omong, bocah kencur! kau mati sekarang, jangan nasehati kami. Hyaak."
Milen menunduk, bahkan melindungi wanita itu. Tapi belum sempat lima centi, beberapa polisi mengerahkan senapan. Membuat pelaku yang mencelakai tidak jadi, ia ketar ketik pergi. Tapi sebuah borgol sudah menerjam mereka.
"Angkat tangan! kami tim polisi!"
Satu pelaku ditembak kakinya, satu lagi mengenai lengannya. Milen yang panik, tak punya bela diri ia menarik nafas dengan lega.
"Udah di amanin sama polisi, lepasin badan gue!" ujar Milen menatap tajam.
"Eh, iya. Sory Milen."
"Modus lo." sebal Milen, ia menepuk celananya banyak daun yang menempel.
Sosok Milen seolah terlihat tapi tak dianggap, melihat beberapa adegan mengenaskan. Milen mencoba kembali tenang dan pulang, entah kenapa Milen merasa hal aneh sering menimpanya.
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan aku ingin bersantai dulu hari ini. Setidaknya agar besok ketika aku sudah harus bekerja, aku akan lebih fresh. Jadi segera saja kulangkahkan kakiku menuju sebuah pondok yang letaknya dekat dengan tebing yang langsung menghadap ke pantai.
Kata Milen, pamannya sengaja mendesain paviliun di sana agar bisa menikmati pemandangan indah ketika pagi dan sore hari. Bahkan, kata Milen jika beruntung akan melihat kumpulan ubur-ubur yang terlihat bersinar di malam hari. Paman yang baik sekali, membuat pondok dekat dengan alam, tak sedikit pemandangan hotel milik paman Milen, sangat indah bernama Paviliun Family.
Aku tidak tau apakah itu benar, yang pasti saat ini aku sedang sangat ingin berendam air hangat. Meski begitu kami tidak boleh boros dalam menggunakan sumber daya listrik atau kami akan berada layaknya di zaman purba yang gelap, dan tanpa fasilitas pendukung.
Setelah melihat paviliun yang akan ditinggali selama masa pengerjaan proyek Paviliun Black Park, awalnya aku memang merasa sedikit aneh mengingat aku biasa tinggal di rumah yang luas dan penuh dengan fasilitas mewah.
Well, tidak masalah selagi tidak terlalu menyulitkan ku. Nyatanya Milen memang bisa diandalkan. Di kamar mandi yang tidak terlalu luas ini ia sudah menyiapkan air hangat di bak mandi. Bahkan, entah aroma terapi apa yang ia tambahkan sehingga aromanya semerbak dan menenangkan.
Tanpa membuang waktu Milen pun segera menanggalkan semua pakaian dan masuk ke dalam kubangan air yang memang sangat hangat dan nyaman ini. Sayangnya Milen lupa memesan jus untuk teman mandiku.
Kutarik nafas dalam, kemudian ku pejamkan mataku dan berusaha untuk merilekskan pikiranku. Tapi tiba-tiba, entah apa yang terjadi tapi lampu di kamar mandi mendadak padam. Seketika aku pun mulai panik karena jujur saja aku tidak takut apapun kecuali gelap.
Aku mungkin akan terlihat sangat payah ketika berada di tempat yang gelap. Bukan karena takut akan muncul hantu atau sejenisnya. Tapi nafasku terasa sangat sesak ketika aku berada di tempat yang gelap. Seolah semua dinding, menjadi bergerak dan berusaha menghimpit ku.
Dengan panik akhirnya aku berusaha mencari handuk dalam kegelapan. Untungnya aku menemukannya dengan mudah dan segera kulilitkan di pinggangku. Aku tau seharusnya dalam keadaan seperti itu, aku harus mencari senter atau setidaknya lilin sebagai penerangan.
Entah kenapa, Milen yang menginap di paviliun milik paman. Terlihat sepi, padahal bangunan sangat keren. Tanpa sadar, satu pohon bergerak tanpa adanya angin, kursi dan meja bergerak ke kanan dan ke kiri. Milen menyudahi aksi berendamnya, ia lilitkan handuk untuk menutupi tubuhnya.
Milen segera mengambil sandal, setelah itu dengan cepat ia menutup pintu kaca, dan menutup hordeng. Tanpa sadar sebuah cahaya kilat dan petir, menampakan sebuah wajah dan muka seseorang dengan suara yang tidak biasa.
Sssssh! jauhi kamar ini, paviliun ini milikku! bisikan nyata membuat Milen menutup kedua kupingnya.
Suara gamblang, memekik telinga Milen. Milen merasakan ketakutan, ia merasakan ada yang berbeda. Tidak tau kenapa, sosok itu sepertinya buatan atau sengaja di taruh di paviliun ini.
Cepat cepat Milen berlari ke kamar, ia mengambil pakaian dengan cepat memakainya. Setelah ia meraih tas, ponselnya terjatuh. Satu benda membuat Paviliun terpental ke kening, dan terjatuh.
"Braaagh."
Aarggh, sakit sekali. Milen bangkit, dan terdengar suara gedoran pintu dengan kencang.
Dor .. Door .. Dor.
Suara ketukan itu hingga delapan kali dengan keras, Milen kembali fokus. Menutup mata agar raganya tahu, siapa sosok di depannya ini.
'Kamar ini keramat, penunggunya disini sengaja di taruh. Setiap yang menempati kamar ini, dia akan kembali dengan kecelakaan.' batin Milen begitu saja.
Milen berlari dan terbentur, sehingga nampak seseorang menyapa Milen.
"Mil lo kenapa?" tanya Brian.
"Dia datang, orang itu bawa ayam hitam, kain hitam dan pisau. Lalu setiap ktp yang memesan atau mendapatkan kamar ini secara gratis, dia akan dijadikan tumbal dengan darah ayam di atas kain hitam dan identitasnya." lirih Milen, yang menengkuk lehernya dan Brian berusaha menarik nafas, membawa Milen ketempat terang.
Buugh!
Saat Brian mengangkat Milen mencoba membantu Milen berdiri, tiba saja kepala Brian di pukul oleh seseorang dari belakang, hingga Milen pun ikut terjatuh.
Milen hanya mendengar suara seseorang dengan berbisik, karena raganya saat itu berada di alam lain, layaknya berkomunikasi apa yang terjadi.
"Angkat cepat dia! bawa dia pergi ke tempat biasa." ucap orang asing.
Tapi baru beberapa saat tertidur, entah kenapa aku merasa udara terasa begitu dingin. Bahkan aku bisa mendengar suara desiran angin dengan sangat jelas. Kubuka mataku yang sebenarnya masih terasa sangat berat.
Dan astaga! Apa ini?! Kenapa tiba-tiba Aku dan Brian berada di depan bangunan Paviliun Black Park?! dengan kaki, tangan terikat dan lilin mengelilingi.
Milen sudah terikat, mencoba berteriak memanggil Brian segera sadar, entah kenapa ruangan gelap gulita membuat Milen bingung dengan apa yang terjadi dengannya saat ini.
Toloooong! Brian bangun!! teriak Milen, yang sedikit ketakutan melihat apa yang ada di depannya.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Tiana
hadir
2023-10-17
0
Gomen nasai
awal-awal udah disuguhi tragedi, keren sih, feel nya dapet
2023-06-24
1
Gomen nasai
Termasuk pobia sama kegelapan ya
2023-06-24
1