Pesona Babysitter
Malam kian larut, Sella masih sibuk menggendong bayi mungil itu. Hari ini dia agak rewel mungkin masa pertumbuhan membuat badan mungil itu harus beradaptasi dengan tubuhnya sendiri.
Nanny yang menjaga Dio juga sibuk membuat air susu yang baru, dari tadi susu yang disuguhkan pada Dio hanya sedikit yang ia sedot, nanny terpaksa berulang-ulang membuat susu baru.
"Sayang sebaiknya kamu tidur, biar aku yang menidurkan Dio," ungkapku agar Sella mau beristirahat. Ternyata merawat bayi tidak semudah yang kami bayangkan, teori-teori di buku panduan yang kami baca tidak semudah untuk di praktekkan. Sella mengangguk, lalu aku meraih Dio dari gendongan Sella. Dengan langkah kaki pendek Sella menuju kamar kami, posisi kamar kami berhadapan dengan kamar Dio.
Bayi ini tidur ditemani sang nanny, sesekali Sella yang menemaninya atau membawa bayi itu ke kamar kami.
Paginya aku sempatkan untuk membawa Dio ke dokter. Keadaan Dio sebenarnya baik baik saja, dia tidak perlu di beri obat obatan, tetapi cukup dengan ASI. Kerewelan anak berusia di bawah empat bulan ke bawah memang sering terjadi di tengah malam, yang aku pahami dari penjelasan si Dokter.
Dengan anjuran bi Inah, asisten di rumah yang sudah aku anggap seperti ibu sendiri. Kami mengangkat nanny baru buat Dio yang sekaligus bisa memberi Dio ASI.
"Nanny yang lama tetap dipekerjakan ke bagian lain, nanny yang baru sudah mulai bekerja hari ini." Jawab Sella saat aku menanyakan soal nanny untuk Dio.
Tidak lama setelah perbincanganku dengan Sella melalui handphone. Aku lansung begegas keluar dari kantor untuk pulang. Sepanjang perjalanan, aku membayangkan raut tampan Dio, kehadiran seorang anak angkat saja membuat hatiku mengembang. Apalagi kelak, ketika kami diberi kesempatan oleh tuhan untuk memiliki sendiri anak dari benih-benih cintaku dengan Sella.
Setiba di rumah, aku lansung menuju kamar Dio. Pintu kamar itu aku buka dengan lebar, ada sosok lain terbaring di ranjang bersama Dio. Dengan rasa penasaran aku menghampiri untuk lebih dekat.
"Oh shit," umpatku. Tidak sengaja aku melihat nanny Dio sedang memberi ASI buat Dio.
Posisi tubuhnya yang miring, sedaritadi ternyata dia sedang menyusui Dio. Aku melupakan bahwa hari ini Dio mempunyai nanny baru untuk menjaga dan menyusuinya, padahal tak lama yang lalu Sella sudah memberitahukan padaku. Saat aku masuk ke kamar ini, aku malah penasaran apa yang dilakukan sang nanny terbaring di atas ranjang.
Dia sedikit terkejut, tapi dengan cepat dia lalu tersenyum. "Saya Nanny baru buat Dio" ujarnya, lalu dengan cepat ia menutupi asetnya dengan kain yang berada dekatnya.
Nanny itu masih terlihat seperti bocah bagiku, menurutku umurnya kira-kira 15-17 tahun.
Bocah menyusui bocah, batinku merasa lucu sembari menahan senyum.
Lalu aku mengangguk padanya dan keluar menjauh dari kamar.
Apa yang kau pikirkan, batinku. Bayangan nanny itu berkeliaran di otak, menimbulkan suatu reaksi dalam diriku. Kepala mulai merasa pening, ada hasrat yang terbesit menjadikan bayangan itu makin berkeliaran.
Membangkitkan sesuatu yang bangkit pada saat yang tidak tepat. Aku mengumpat diri sendiri karena malu dan kecewa.
Sejak kejadian itu, aku jadi sering menghindari Dio, tepatnya, aku menjaga jarak dari nanny-nya Dio. Hanya saat berada di tangan Sella aku mau bermain dengan bayi tampan dan menggemaskan itu.
Hadirnya Dio membuat suatu penyemangat bagiku, rumah ini yang biasa sepi kini mulai ramai. Sella kini lebih banyak di rumah, membuat aku tambah senang, saat-saat pulang kini tak hanya pelayan yang menjamu, ada orang yang ku cintai dan sosok bayi yang mulai aku sayangi.
***
Allina
Hidup tidak semudah yang aku pikirkan. Ada tuntutan yang harus di penuhi. Kini aku bukan lagi seorang anak remaja, yang biasa hari-harinya disibukkan dengan belajar, bermain, atau nongkrong bersama teman sebayaku.
Kehidupan dunia remaja yang tak bisa lepas dengan dunia hiburan, telah membuat diriku rusak, meninggalkan jejak seorang bayi tak berdosa hadir ke dunia ini. Untuk memenuhi kebutuhannya aku butuh pekerjaan, dan di sinilah aku sekarang. Ini adalah tempat kerja kedua, sebelumnya aku bekerja di tempat kakaknya bu Sella.
Setelah beberapa bulan aku bekerja menjadi babysitter Dio, aku mulai menyayangi bayi ini. Ada rasa begitu mengikat, tidak ingin jauh dari Dio.
Semua gerak-gerik dan celotehanya, membuat hidup berasa lebih semangat. Sedikit demi sedikit luka hidupku mulai memudar, aku jadi sering tertawa dan tersenyum melihat sosok malaikat kecil yang ada di hadapanku.
Di lain pihak ada rasa sesal di dalam relung hatiku, seharusnya kini aku bersama dengan bayiku sendiri, bermain dan tertawa bersama. Kadang itulah yang membuat aku sesekali menangis diam-diam.
"Bi, saya ingin membawa Dio untuk keluar kota beberapa hari. Bagaimana menurut Bibi, apa Dio akan tenang jika dia hanya diberi susu formula saja?" Tanya bu Sella
Keluarga bu Sella merencanakan untuk berpergian ke luar kota, dia akan serta membawa Dio bersama mereka. Sedikit ada rasa tidak setuju, tetapi, aku siapa? Aku hanya seorang nanny yang bertugas menjaga dan memberikan Asi.
Aku bukan Ibunya, tekanku, ketika aku berniat mau mengutarakan pendapatku.
Bi Inah yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan di meja makan menoleh dan tersenyum menanggapi pertanyaan bu Sella. Sedangkan aku sibuk menyuapi Dio dengan bubur bayinya.
"Pasti dia akan tenang Non, Dio hanya bergantung Alin pada saat mau tidur saja" jawab bi Inah meyakinkan bu Sella. Ya, hanya bi Inah yang memanggil bu Sella dengan kata nona, mungkin sudah begitu lama bi Inah bekerja di rumah ini, di lihat bagaimana cara dirinya memanggil bu Sella.
***
Usia Dio, kini sudah menginjak lebih dari enam bulan. Dia sudah mulai belajar makanan pendamping dan susu formula, meski begitu Asi tetap menjadi prioritas utama untuk kebutuhan Dio. Bu Sella dan suaminya sudah sepakat agar Dio tetap di beri ASI sampai usianya dua tahun.
Saat bu Sella di rumah, Dio memang lebih sering menghabiskan waktunya bersama orang tua angkatnya. Dio sangat dimanjakan oleh keduanya, mereka begitu tulus menyayangi Dio. Tetapi jika anak itu mulai bosan ia akan merengek mencari-cari sosok diriku dan menggapai-gapai ingin diraih, setelah itu ia bergelayut manja dalam rangkulanku.
Kadang aku merasa karena kedekatanku dengan Dio, tuan Vano tidak menyukai keberadaanku. Dia sering menjauh jika aku berada di sekitar Dio, kecuali ada bu Sella di samping kami. Pandangan matanya begitu tajam dan dingin menatapku. Aku suka merinding saat tatapan mata kami bertemu, aku akan menanggapi dengan menunduk atau membuang muka.
Bukan hanya tatapannya saja yang tajam, kalimatnya juga kadang sering menusuk menyakiti diriku. Apalagi semenjak aku ketangkap basah oleh matanya sendiri, aku yang sedang menyusui DIo dalam keadaan setengah tertidur. Sedangkan Dio yang berada disampingku asyik bermain di atas ranjang, ia begitu marah dan cukup kasar membentakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Saepul 𝐙⃝🦜
Kuy ngulang baca lagi 😍
2022-10-24
0
Imas Aisha Raya
anak Alin, ayahnya siapa ya?
2021-06-12
0
Aulia
menarik
2021-03-20
0