Perjalanan

*

"Allin, kamu siap-siap ya" tiba tiba perintah bu Sella padaku, setelah ia menyelesaikan panggilan melalui ponselnya.

"Siap-siap apa Bu?" tanyaku kebingungan.

"Kamu ikut kami ke luar kota" jawab bu Sella.

Liburan yang ia rencanakan jauh-jauh hari, harus berbenturan dengan pekerjaan, dengan sedikit keterpaksaan ia harus membagi liburan itu dengan pekerjaan.

Tuan Vano sudah mengizinkan dan mereka harus membawa diriku untuk menjaga Dio.

Sepanjang perjalanan ke bandara, suasana begitu kaku, tak ada obrolan diantara kami. Sepasang suami istri dibelakang ku sibuk dengan gadgetnya.

Apakah mereka selalu begini?

Mereka tidak terlihat seperti sepasang suami istri, mungkin jika aku belum mengenal mereka, aku pasti menganggap mereka adalah patner kerja, mereka bicara seperlunya, tidak ada obrolan atau gurauan yang biasa dilakukan selayaknya sepasang suami istri.

Pak Herman, supir yang mengantar kami ke bandara, memecahkan keheningan ini dengan obrolan-obrolan ringan kepada Dio.

Bayi kecil itu sudah pasti takkan bisa menjawabnya, ia hanya menoleh dan tersenyum, atau dia mengabaikan panggilan pak Herman padanya.

"Lin, Den Dio sekarang sudah pintar apa?" tanyanya

"Aku sudah pintar merangkak Pak" jawabku sambil menyerupai suara anak-anak.

"Wah hebat ya Den Dio, sudah merangkak"

"Iya, aku juga lagi belajar bicara" jawabku tetap menyerupai suara anak-anak, sambil aku ciumi pipi Dio dengan gemas.

"Lap pipinya" sentak seseorang dari belakang bangku kursiku, seraya menyodorkan tisu basah.

Aku berdecih dan memutarkan bola mataku tanpa menoleh kepadanya, seraya mengambil tisu basah yang diberikannya.

"Cih, dikiranya aku najis apa" batinku

"Mulai sekarang berhenti menciumi Dio, saya tidak mau lagi ada aroma bagian tubuhmu melekat di badan Dio" timpanya lagi.

"Baik Tuan" jawabku seraya mengelap wajah Dio dengan tisu basah.

"Aroma bagian tubuhmu, apa maksudnya?, dasar pria tua mesum" umpatku dalam hati.

Pak Herman hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengarkan perdebatan kami.

Bu Sella tidak terusik sama sekali dengan perdebatan kami, ia tetap sibuk dengan ponselnya, mungkin pekerjaan terlalu menyita fokusnya, sehingga ia tidak menyadari tingkah suaminya yang begitu kekanak-kenalan, atau mungkin dia memang tidak peduli, entahlah!.

"Lin, kok Bapak perhatiin kamu sama Dio jadi mirip lo" pernyataan pak Herman menarikku kembali ke dunia nyata, sejak teguran tuan Vano padaku, aku memilih diam dan menyibukkan diriku dengan pemikiran-pemikiran tentang sikap bu Sella.

"Mirip gimana Pak" tanyaku

"Mirip apanya Pak, jangan samain Dio sama wanita cengeng ini. Sama tukang sayur ngak apa-apa Bapak samain dia" jawab si pria tua mesum itu memotong pembicaraan kami.

Dari tadi aku kira dia sudah sibuk dengan ponselnya, tak taunya dia tetap menyimak lagi obrolan kami.

"Sayang" tegur bu Sella memperingati tuan Vano.

Tetapi matanya tetap fokus ke layar ponselnya.

Aku begitu penasaran, apa yang dari tadi dia kerjakan, dia lebih senang menghabiskan waktunya dengan ponsel.

Manusia jaman kini, ponsel lebih menarik dan penting bagi mereka.

Mereka mungkin bisa berjahuan dengan keluarganya tetapi tidak bisa jauh dengan ponselnya, atau mereka lebih suka menghabiskan waktu luangnya bersama ponsel. Tidak, mungkin di segala situasi mereka tetap mencuri-curi waktu agar tetap bisa mengeserkan layar ponsel meski hanya sekedar melihat notifikasi.

"Cih! Tukang sayur" gumanku mengulangi salah satu kata pedas yang tadi keluar dari mulut si pria tua mesum.

Lagi-lagi aku berdecih sambil memanyunkan mulutku, meski aku tak membalas kata-katanya, tetapi aku sadar dari tadi dia pasti memperhatikan raut wajah kesalku.

"Huh, dasar pria tua mesum" umpatku lagi saat tatapan mata kami bertemu di balik kaca mobil, walau tak bersuara kutekankan ejaannya biar dia dapat membaca gerak bibirku.

"Dasar emak-emak" balasnya sengit.

Oh tuhan, dia benar-benar kekanakan.

Atau aku rasa mungkin dia tidak mendapati pelajaran moral di sekolah.

Lihatlah! Bagaimana buruk sikapnya kepada diriku, apa dia tidak sadar aku ini wanita yang memiliki sikap femininitas, yang tidak suka di bentak, di pojokkan apalagi di lecehkan, kami wanita ingin selalu di lindungi, di sayang dan di manja.

"Tidak...! Amit-amit dah, di manja oleh pria tua mesum itu" batinku seraya mengangkat bahuku seolah geli dan jijik.

***

POV

Vano

Perjalanan begitu hening.

Bagiku, biasanya kondisi begini takkan menganggu, aku akan menikmatinya, ini adalah kesenangan bagiku memperhatikan kesibukan Sella, bagaima rautnya berubah-ubah. Mengagumi kecantikannya diam-diam adalah hal yang sudah biasa kulakukan sejak jaman kami masih di sekolah menengah.

Tetapi saat ini ada seorang yang selalu menarik perhatianku, Allina.

Dia yang dari tadi sibuk mengajari Dio, mengenalkan benda-benda dari buku bacaan anak-anak tingkat dini, mimik wajahnya yang berubah menekankan setiap bacaan yang ia baca, kadang di iringi dengan gerak-gerakan sebagai bentuk simulasi dari objek bacaanya.

Dio yang duduk di pangkuan tampak tak peduli, dia lebih suka membalikkan buku bacaan itu. Sesekali Allin memperingati dengan meraih tangannya lalu menciumnya atau sengaja ia gigit dengan gemas.

Meski begitu Dio tetap mengikuti intruksi yang di berikan Allin, walau hanya kata yang sama yang dikeluar dari mulut mungil itu.

Pembelajaran usia dini memang jarang dianjurkan untuk anak-anak usia dibawah satu tahun. Tetapi Simulasi yang rutin akan mendapat nilai plus untuk kinerja otaknya yang sedang masa-masa pertumbuhan, apalagi dengan mengenalkan benda-benda disekitarnya, seringnya interaksi obrolan-obrolan pada bayi cepat meningkatkan ketangkasannya dalam bicara.

Pembelajaran dini juga dapat menjadi titik awal lebih cepat bagi orang tua untuk mengetahui gejala-gejala keterbelakangan atau suatu penyakit dari si bayi.

Banyak kini anak-anak yang terlambat bicara, kadang orang tua tak paham kondisi anaknya sendiri.

Keterlambatan bicara, bagi mereka di anggap hal biasa. Dan bergulirnya waktu, anak-anaknya tetap tak mampu untuk berinteraksi dengan sekeliling dan hanya mampu mengeluarkan beberapa kata, barulah mereka menyadari sepenuhnya!.

Salah satunya Autis, penyakit yang paling di takuti para orang tua.

Autisme adalah gangguan otak yang membatasi kemampuan seseorang anak untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain. Naluri orang tua-lah yang harus peka mengamati masa tumbuh kembang anak, untuk dapat mengenali gajala sejak dini.

"Lin, Den Dio sekarang sudah pintar apa?" tanyanya pak Herman ke pada Allin. Seketika menarik kesadaranku yang dari tadi terlalu sibuk memperhatikan Babysitter Dio.

Aku merasa kesal sendiri saat melihat interaksi Pak Herman dengan Allin, mereka mengabaikanku. Apalagi Sella masih saja sibuk dengan ponselnya. Baru kali ini aku merasa di abaikan, padahal siapa mereka, mengapa aku ingin mereka menyertakan diriku dalam obrolannya.

"Huhh...!" dengusku dalam hati.

Kekesalan ku bertambah saat Dio berulang kali mendapatkan kecupan-kecupan ringan dari mulut si gadis emak-emak itu.

Kenapa dengan diriku.

"Lap pipinya" sentakku tidak terima.

Aku dapat melihat jelas raut wajah Allin yang menyeringai kecut dan matanya membola tidak suka.

Ya, sekarang dia lebih berani, ia tidak ragu-ragu lagi untuk menampakkan ketidaksukaan-nya dengan sikapku, semua ekspresi jelek di wajahnya akan iya pertontonkan untuk melawanku.

Kalimat-kalimat pedas tetap saja aku lepaskan untuk menyerangnya, meski ia tidak membalas dengan kata-kata tetapi sorot matanya begitu tajam ia hunuskan untuk menyerang balik.

"Dasar pria tua mesum" itu yang kutangkap dari gerakan bibirnya yang tak bersuara.

Ya, kalimat yang sering digunakannya sebagai senjata untuk menyerangku.

"Dasar emak-emak" balasku seraya menahan senyum melihat kemarahan di matanya.

Terpopuler

Comments

Ita Rosita

Ita Rosita

gumuuussshhhh😘😘😘

2020-10-25

1

Setiya

Setiya

manteeeb

2020-10-20

1

Resliana Ana

Resliana Ana

😇😇😇

2020-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Jumpa
2 Panti Asuhan
3 Terulang Lagi!
4 Perjalanan
5 Bandara
6 Ruang Menyusui
7 Pesawat
8 Kamar Hotel
9 Liburan
10 Liburan part 2
11 Sella
12 Kekalahan Sella
13 Alat Kontrasepsi
14 Permainan Hati
15 Tidur Bersama
16 Menyentuh
17 Melamar
18 Kamar Mandi
19 Keputusan
20 Merayu
21 Persiapan Pernikahan
22 Persiapan Pernikahan 2
23 Serangan Panik
24 Pernikahan
25 Kamar Pengantin
26 Malam Pertama
27 Kejujuran
28 Menunggumu
29 Mencuri
30 Pulang
31 Berharap
32 Tertangkap
33 Bian
34 Luluh
35 Mengerikan
36 Trauma
37 Ketakutan
38 Simpanan
39 Ke kompakan
40 Lingerie
41 Cemburu
42 Allin Menggoda
43 Berdamai denga masa lalu
44 Jurusan apa?
45 Jangan sentuh dia!
46 Siapa perempuan itu?
47 Mila
48 Terungkap
49 Allin cemburu.
50 Penyakit Hati
51 Ayah Sella
52 Akhiri
53 Mendorong
54 Maafkan aku!
55 Vano kembali
56 Cerai
57 Sandiwara
58 Allin Pingsan
59 Pesan
60 Siapa Tegar?
61 Hamil
62 Menolak
63 Berbisik
64 Bencilah aku!
65 Kegilaan
66 Kau butuh keduanya
67 Aku takkan sepertimu!
68 Bolehkah aku menyentuhmu!
69 Terimakasih
70 Perempuan licik
71 KUMAN
72 ISU
73 Rencana licik
74 Dia kakakku
75 Jangan panggil
76 Konferensi Pers
77 Gambar
78 Test DNA
79 Nasihat Bi Inah
80 Mie instan
81 Bertemu
82 Istri yang rukun
83 Allin VS Sella
84 Tawaran Mila
85 Bertanggung Jawab
86 Pantat Ayam
87 Menghantui
88 Tau Diri
89 Merasa Beruntung.
90 Aku tak apa
91 Penjelasan
92 Penjelasan 2
93 Cara pikir
94 Kabar Bahagia
95 Tegar bukan anakmu!
96 Akhirnya
97 UCAPAN TERIMA KASIH
98 Extra part 1
99 Extra part 2
100 Extra part 3
101 Extra part 4
102 Extra part 5
103 Extra part 6
104 Extra Part 7
105 Extra Part 8
106 Extra Part 9
107 Extra Part 10
108 Extra Part 11
109 Extra Part 12
110 Hallo
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Awal Jumpa
2
Panti Asuhan
3
Terulang Lagi!
4
Perjalanan
5
Bandara
6
Ruang Menyusui
7
Pesawat
8
Kamar Hotel
9
Liburan
10
Liburan part 2
11
Sella
12
Kekalahan Sella
13
Alat Kontrasepsi
14
Permainan Hati
15
Tidur Bersama
16
Menyentuh
17
Melamar
18
Kamar Mandi
19
Keputusan
20
Merayu
21
Persiapan Pernikahan
22
Persiapan Pernikahan 2
23
Serangan Panik
24
Pernikahan
25
Kamar Pengantin
26
Malam Pertama
27
Kejujuran
28
Menunggumu
29
Mencuri
30
Pulang
31
Berharap
32
Tertangkap
33
Bian
34
Luluh
35
Mengerikan
36
Trauma
37
Ketakutan
38
Simpanan
39
Ke kompakan
40
Lingerie
41
Cemburu
42
Allin Menggoda
43
Berdamai denga masa lalu
44
Jurusan apa?
45
Jangan sentuh dia!
46
Siapa perempuan itu?
47
Mila
48
Terungkap
49
Allin cemburu.
50
Penyakit Hati
51
Ayah Sella
52
Akhiri
53
Mendorong
54
Maafkan aku!
55
Vano kembali
56
Cerai
57
Sandiwara
58
Allin Pingsan
59
Pesan
60
Siapa Tegar?
61
Hamil
62
Menolak
63
Berbisik
64
Bencilah aku!
65
Kegilaan
66
Kau butuh keduanya
67
Aku takkan sepertimu!
68
Bolehkah aku menyentuhmu!
69
Terimakasih
70
Perempuan licik
71
KUMAN
72
ISU
73
Rencana licik
74
Dia kakakku
75
Jangan panggil
76
Konferensi Pers
77
Gambar
78
Test DNA
79
Nasihat Bi Inah
80
Mie instan
81
Bertemu
82
Istri yang rukun
83
Allin VS Sella
84
Tawaran Mila
85
Bertanggung Jawab
86
Pantat Ayam
87
Menghantui
88
Tau Diri
89
Merasa Beruntung.
90
Aku tak apa
91
Penjelasan
92
Penjelasan 2
93
Cara pikir
94
Kabar Bahagia
95
Tegar bukan anakmu!
96
Akhirnya
97
UCAPAN TERIMA KASIH
98
Extra part 1
99
Extra part 2
100
Extra part 3
101
Extra part 4
102
Extra part 5
103
Extra part 6
104
Extra Part 7
105
Extra Part 8
106
Extra Part 9
107
Extra Part 10
108
Extra Part 11
109
Extra Part 12
110
Hallo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!