Sella
"Ayah! Bisakah perjodohanku di dibatalkan? Aku tidak mencintainya Yah." mohonku kepada Ayah.
"Cinta bisa hadir seiring waktu Sella" jawabnya dengan tegas.
"Ayah ingin yang terbaik untukmu, Alvano Fahrizi dia lelaki baik, hidupnya juga sudah mapan. Apalagi yang kau cari?" lanjut Ayah.
"Tetapi aku tidak mencintainya yah" bantahku.
"Cinta? Lalu siapa yang kau cintai? Pria yang kemarin mengantar dirimu pulang?" tanyanya.
"Iya Ayah" jawabku tegas.
"Lupakan dia, apa yang bisa kau harapkan dari pria seperti dia, tubuhnya saja penuh dengan tato. Ayah tidak suka kau berhubungan dengan dia, karena itu Ayah segera menjodohkan kamu dengan pria baik bukan seperti si Anu."
"Ardio Ayah, bukan si Anu" jawabku membela.
"Siapapun namanya Ayah tidak peduli"
"Dan ayah juga sudah tau tentang si-anu, dia tidak pantas untukmu Sella. Hidup ini tak hanya butuh cinta, kau juga memerlukan seseorang yang setia dan mampu melindungimu, sedangkan dia jauh berkebalikan dari semua itu. Pria yang hanya menghabiskan waktunya dengan hura-hura. Bagaimana dia bisa menghidupi kamu dan membahagiakanmu Sella. Ayah tidak ingin hidupmu sengsara dan kau menyesal karena memilihnya"
"Ayah Ardio sudah berubah, dia tidak seperti itu lagi, dia sekarang sedang belajar untuk merubah dirinya lebih baik. Tolong Ayah! Beri kami kesempatan agar kami bisa membuktikan bahwa kami pantas satu sama lain."
"Tidak Sella! Ayah takkan memberikanmu restu dengan pria brengsek itu. Cukup sudah! Kakakmu yang mengalami hal yang menyedihkan. Semua itu menyakitkan bagi Ayah melihat anaknya menderita, dan Ayah menyesal membiarkan dia menikah dengan pilihannya itu. Dan lihatlah sekarang kakakmu diselingkuhi, ditinggalkan begitu saja tanpa menafkahi anak-anaknya. Kau tau Sella ternyata selama ini, dia bekerja hanya memenuhi kebutuhan sendiri. Ayah tidak ingin kau mendapati suami seperti itu."
"Ayah, tidak semua orang itu sama. Tolong Ayah berikan kami kesempatan."
"Sudah Jangan membantah lagi, besok keluarga Fahrizi akan datang melamarmu. Jadi tata hatimu dan sikapmu, jangan sampai acara perjodohan ini gagal Sella."
Aku tidak mampu lagi untuk menolak, sesuatu yang sudah Ayah putuskan tidak akan mudah untuk kami bantah. Apalagi alasannya sangat kuat.
Makan malam sudah disiapkan, waktu hampir menunjukkan angka jam delapan malam, sebentar lagi keluarga Fahrizi akan tiba. Aku tetap diam membisu di dalam kamar sejak perdebatanku dengan Ayah. Untuk makan pun si bibi yang mengantarkan.
Di dalam kamar aku menangis dalam diam, dan berpikir bagaimana cara menggagalkan perjodohan ini atau bagaimana aku bisa memberitahu tentang ini kepada Ardi.
"Sella, segera turun! Keluarga Fahrizi sudah datang" panggil Kak Mela di balik pintu kamarku.
"Iya tunggu sebentar"
***
Perjamuan makan malam berlangsung begitu canggung bagiku, aku hanya menjawab pertanyaan dengan senyum yang kupaksakan. Aku lebih tertarik mendengar suara lentingan sendok yang beradu dengan piring daripada pembicaraan orang tuaku dengan keluarga Fahrizi.
Selesai kami menyantap makan malam keluargaku dan keluarga Fahrizi membahas tentang perjodohan kami dan sebulan ke depan acara akan segera dilaksanakan.
Alvano Fahrizi dia calonku, dia adalah teman sekelas di SMA dia begitu sopan dan terlihat sangat baik, aku pikir pria setampan dia, mapan, sopan dan baik akan mudah meluluhkan hatiku.
Dengan sedikit keyakinan dan tekanan dari ayah akhirnya aku mau menyetujui perjodohan ini.
***
Hari dimana aku menemui Ardi untuk memutuskan hubungan kami, yang sebenarnya belum terikat pasti, karena aku meminta Ardi untuk merubah dan memperbaiki dulu sikapnya baru bisa kami menjalin hubungan.
Tetapi aku tidak mampu untuk mengatakannya. Ardi yang sekarang butuh dukungan dariku, aku tidak mau merusak suasana hatinya.
"Sella, minggu depan aku akan tampil di salah satu stasiun TV, mereka sudah mengontrak kami" ucapnya dengan matanya berbinar-binar, impiannya sebentar lagi akan tercapai untuk menjadi Penyanyi.
Aku turut senang mendengarnya dalam hatiku aku mendoakan yang terbaik untuknya.
"Ar, kau harus selalu bahagia dan menjadi orang yang lebih baik lagi, baik tanpa diriku atau pun ada diriku di sampingmu"
"Sel, aku pasti berubah dan aku akan tunjukan padamu bahwa aku pantas untukmu, tunggulah aku" seraya tangannya menggenggam tanganku.
Aku hanya mampu membalas dengan senyum pilu, ada rasa sakit dalam hatiku. Banyak kata yang harusnya aku sampaikan tapi waktu tidak memberiku peluang, aku dihadapi pilihan sulit.
Pernikahanku dengan waktu konsernya bersamaan, aku tak mau karena diriku semua jadi rusak, cukup hatinya yang patah, setidaknya ada impiannya yang segera tercapai yang sedang menunggunya.
Melupakan diriku mungkin mudah baginya, seperti dia yang dulu yang mudah berganti pasangan.
*
Hari pernikahan tiba, semua tampak ceria kecuali aku. Sebuah senyum tetap harus terukir di wajahku, menjamu tamu-tamu yang hadir, dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka. Hotel tempat pesta pernikahan begitu ramai, banyaknya tamu yang tak ku kenal.
Sebagian besar tamu yang hadir adalah tamu dari keluarga Fahrizi, sedangkan aku hanya mengundang keluarga kecilku saja dan beberapa teman kuliah dan SMA.
Air mataku mulai tak tahan untuk berlinang, membasahi pipiku. Matanya memandangku dengan penuh luka, berdiri tak jauh dari panggung pelaminan. Keringatnya bercucuran di pelipisnya, seolah ribuan mil telah di lewatinya untuk sampai di sini.
Entah dari mana dia tau tentang pernikahanku ini, aku hanya mengundang beberapa teman akrabku satu jurusan. Karena kami berbeda jurusan dan gedung, dan dia juga tidak terlalu akrab dengan teman-teman satu jurasanku.
Matanya makin menusuk relung hatiku, dia masih terpaku di sana, diam membisu, matanya mulai berkaca.
Aku yang menghindari sorot matanya tetap tak mampu menahan air mataku, entah ada yang menyadari atau tidak ketegangan antara kami berdua.
Sesekali aku tetap memastikan dirinya masih tetap berdiri diam disitu, entah berapa lama waktu yang dia habiskan memandangiku di pelaminan.
Alunan nada terdengar syahdu, menyayat hatiku yang pilu menambah goresan lukaku yang sudah dalam, rasanya sakit dan pedih.
Aku pikir dia sudah pergi, tetapi dia berdiri disana mempersembahkan lagu untuk mempelai pengantin. Sesak didadaku sudah tak bisa aku bendung, sebentar lagi pertahanan ku akan hancur di depan ratusan pasang mata di dalam ruangan pesta ini.
Aku meminta izin kepada Vano, mengatakan bahwa aku sudah mulai pusing dan tak sanggup lagi berdiri. Dia dengan tanggap merangkul pinggangku membawa aku menuju ke kamar hotel yang sudah dipersiapkan untuk malam pengantin kami.
Lagunya makin syahdu menyayat hati, aku berjalan sedikit gemetar menahan rasa bersalah yang teramat dalam. Sesekali Vano menanyakan keadaanku.
"Apakah kau baik-baik saja," tanyanya.
Aku hanya mengangguk dalam tundukan kepalaku. Saat aku mencoba mencuri pandang ke arah Ardio, ia sedang menghapus jejak air matanya.
Gemuruh di dadaku makin menjadi aku setengah berlari menuju kamar mandi yang terdekat, menyeret gaunku, dan menghiraukan kepanikan Vano yang tampak khawatir.
Dari balik pintu suara Vano terdengar, mempertanyakan keadaanku, aku menjawab bahwa aku sedikit masuk angin karena kelelahan.
Bait syair lagunya tetap mengalun pilu di ruang kamar mandi, aku menangis tertahan, dadaku tersengal berat, air mataku sebisanya aku tahan agar tidak mengalir banyak.
Hari ini, hari spesial bagi dua keluarga. Apa yang akan dipikirkan para tamu melihat pengantin wanita keluar dari kamar mandi dengan mata yang sembab dan hiasan wajah yang luntur. Itu yang aku pikirkan untuk mengalihkan perhatianku dan menahan tangisku yang ingin terjun bebas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nabipa
pantes anak angkatnya dinamain Dio
2021-06-22
0
Win_dha88
sella pake KB mk nya selama 5 tahun menikah belum di karuniai anak...
krn dia belum move on dr ardio...
2021-03-14
0
Min
mjngkinkah ardi cowo yg bikin anak samaalin ya thor,,,agak nyambung klo di pikir"....apalagi dio mirip ma alin.mungkin dio itu tegar yg di buang tantenya di pintu panti
2020-09-25
3