Kekalahan Sella.
"Cepat katakan? Sebaiknya yang kau bicarakan sesuatu yang penting, aku tidak mau menyia-nyiakan waktu ku membahas yang tidak penting" ucapku begitu dingin, tanpa merasa berdosa sama sekali, meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan.
"Bagimu ini mungkin tidak penting, tetapi bagiku penting. Sella jawab yang jujur! Bahwa kau masih mencintaiku, katakan pernikahan ini hanya paksaan dari orang tua mu, aku akan mengerti dan aku akan menunggu mu Sella"
"Aku memang bisa hidup tanpa mu, tetapi aku tidak bisa menghabiskan hidupku tanpamu."
"Sella, please katakan sesuatu"
Aku menghela napas lebih dalam, ternyata menjawab pertanyaan nya tidak semudah yang aku kira. Sudah beberapa kali dia menghubungi ku untuk bertemu. Tetapi aku selalu menghindar, rasa bersalahku membuat aku takut bertemu dengannya.
Dari manakah aku memulai untuk menjelaskan semuanya. Aku tidak ingin lagi menbuat dia lebih terluka lagi, saat sedang cinta-cintanya di tinggal. Dan kini dia masih tetap berharap.
Dalam lubuk hatiku mendengar kalimat-kalimatnya melambungkan ku jauh tinggi, ada rasa bahagia dalam hatiku bahwa dia mampu memaafkan ku dan menunggu diriku yang tidak setia ini.
"Baiklah, pertama kau benar! Jika aku di jodohkan. Yang kedua kau salah, aku tidak mencintaimu, yang aku cintai suamiku, dia cinta pertamaku sejak di SMA. Dan yang ketiga kau tak perlu menunggu ku, itu hanya membuang-buang waktu mu" jawabku begitu dingin, rasanya kalimat itu menghujam jantung ku sendiri, berasa sakit dan perih.
"Kau berbohong!! Mulutmu bisa berbicara begitu tetapi tidak gerak tubuhmu. Aku mengenalmu Sella lebih dari yang kau tau. Lihat matamu mulai berkaca, tanganmu mengepal dan begetar."
"Terserah padamu! Percaya atau tidak, yang ingin kukatakan sudah kukatakan, sebaiknya aku pergi"
"Tetap diam ditempat, aku belum selesai" perintahnya begitu dominan.
Aku duduk kembali, menantang bola matanya. Seringai muncul di bibirnya mentertawakan sikap keras kepala ku.
"Apalagi yang kau inginkan, cepat katakan!"
"Aku ingin melihatmu, aku benar-benar rindu padamu" matanya berkaca, lalu tetes demi tetes air mata itu jatuh bebas tanpa ia hentikan, dia tidak menghalau sedikitpun, ia biarkan pipinya basah, ia biarkan diriku memandangi sosoknya yang rapuh.
Air mataku juga tak lagi dapat di bendung, aku menangis terisak-isak, dadaku terasa sesak, napasku terasa begitu berat.
Tubuhnya bergerak bangkit, menggeser ujung kursi, melewati meja, dan menarik tanganku untuk berdiri, dengan cepat wajahku sudah terpendam di dalam dekapan dadanya.
Air mataku makin deras suara isakan ku tak dapat lagi kutahan, pertahanan ku hancur, di hadapan dia yang aku cintai, dia yang aku sakiti, dia yang ku khianati, dia yang tetap berdiri di tempat yang sama menunggu ku dalam luka.
"Aku sangat sangat mencintaimu Sella, biarkan aku menunggumu"
"Tidak!!!" jawabku dengan cepat, menjauhkan diriku dari dekapannya.
"Kenapa" tanyanya lagi.
"Semua ini sudah jelas salah dan jangan lagi kita membuat kesalahan" jawabku serambi melangkah mundur, merentangkan jarak antara kami agar tak bersentuhan. Tangannya mencoba menggapai tubuhku, tetapi dengan cepat aku tepis.
Dia menggeleng-geleng, "Aku tidak bisa Sella. Sungguh aku tidak bisa" tangannya meremas-remas rambut di kepalanya, air matanya jatuh lagi merembes.
"Aku mohon!! Lepaskan aku! Dan lupakan aku Ar! Ini menyakitkan kita. Seharusnya kau sekarang membenciku, bukan mengharapkan aku lagi" air mataku tak kalah deras darinya, air hidungku pun ikut mengalir, tanpa peduli lagi aku menghapus dengan kerah bajuku, seperti anak-anak kecil sedang menangis.
"Ar, aku mohon. Aku takkan bisa hidup tenang, sedangkan kau masih tetap menungguku, masih mencintaiku, aku akan menjadi seorang penghianat bagi dirimu dan suamiku. Dia kini yang berhak atas diriku Ar. Maafkan aku menorehkan luka ini, sungguh aku tidak menginginkan semua ini terjadi"
"Kenapa, kau tidak bilang dari awal. Aku akan berjuang untuk cinta kita. Aku akan memohon atau bersujud pada Ayahmu agar dia merestui kita"
"Kenapa Sella??" tanyanya begitu kalah. Kalah dengan keadaan, kalah dengan waktu, kalah dengan takdir.
"Kau tau aku sedang berjuang untuk memantaskan diriku di mata mu dan keluarga mu. Kenapa kau tidak percaya Sella? Kenapa kau melepaskan ku begitu saja? Kenapa kau tidak memberikan ku kesempatan berjuang dihadapan Ayahmu? Seharusnya kau memberi tahu aku, kita hadapin bersama. Kau tidak bisa selalu menjadi pahlawan Sella, yang mengorbankan dirimu tetapi disini akulah yang paling tersakii, tertusuk tanpa perlawanan. Di saat aku sedang berjuang untuk cinta kita. Ya Sella, kau penghianat! Kau yang mengajarkan arti cinta kepadaku, memasuki relung hatiku, bersemayam di dalamnya tanpa aku mampu untuk mencabutnya. Aku bisa saja memaksakan mencabutnya tetapi aku takut nyawaku sendiri yang akan menghilang."
"Tidak Ar! Kau harus tetap hidup dengan baik, impianmu sudah di depan mata. Aku memohon padamu Ar hiduplah dengan baik" ucapku sudah begitu lemah, tenaga ku tiba-tiba hilang terserap ke setiap kalimatnya.
Ya disini akulah penjahatnya, aku bukan pahlawan dari keadaan ini, ternyata aku hanya menyelamatkan diriku sendiri dari tuntutan Ayah, ternyata aku menyelamatkan diriku dari ketidak mampuanku memperjuangkan cintaku, ternyata aku menyelamatkan diriku dari masa lalu kakaku, ternyata aku menyelamatkan diriku dari ketidak pastian hidup tentang masa depan.
Aku yang salah tidak memperjuangkan cintaku, aku yang kalah dan lari diam-diam dari cintaku.
Tubuhku terduduk lemas menyadari begitu banyak kesalahan yang telah aku perbuat, menghancurkan diriku sendiri dan orang yang aku cinta.
Cukup kami berdua menjadi korban, aku tidak ingin lagi orang lain terluka, baik keluargaku, suamiku, dan keluarga suamiku.
Ardi mencoba mengulurkan tangannya untuk membantu membangunkan ku, tetapi sebelum terjadi aku dengan cepat aku menghentikannya.
"Ar, tetap diam! Aku masih sanggup bangun" jawabku bangkit. Air mata kami mulai mengering, sejenak kami terdiam.
"Ar, disini akulah penjahatnya, aku yang membuat kesalahan. Ar, hanya dirimulah yang dapat membantuku untuk membenahi kesalahan ini. Aku tidak bisa lagi melakukan kesalahan lagi. Jadi tolong lupakan semua kisah kita Ar. Diantara kita ada suamiku, orang tuaku dan mertuaku Ar, mereka akan terluka dan kecewa jika aku merusak pernikan ini.
Ardio mengangguk kalah."
"Aku akan mencoba menjauh, dan tidak akan mengganggu lagi" ucapnya dalam posisi menundukkan kepalanya.
Kedua tangannya saling menyatu dan mengepal satu sama lain, nada suaranya terdengar kecewa. Lagi-lagi kami kalah dengan takdir, ingin berjuang tetapi takdir memaksa kami untuk menyerah.
"Tetapi aku masih tetap menunggumu sampai kau bahagia dengan pernikahan mu itu. Jadi berbahagialah. Aku tidak ingin melihatmu sedih, jika itu terjadi aku akan memperjuangkan mu lagi, Sella" ucapnya begitu yakin.
Aku menggeleng-geleng tidak setuju dengan pernyataan itu. "Aku akan bahagia" lirihku dengan sedikit rasa ragu dalam hatiku.
"Baiklah, aku akan pergi. Aku tidak ingin mengantarmu, aku yakin kau menginginkan begitu, berjauhan denganku itu yang kau mau kan"
Aku hanya mengangguk, meng-iyakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
🍁ɪᴹ᭄ εɱɓµɳ ƶεℓεɳε❦🍆
baca ulang k sekian kalix
2021-07-05
0
Nia Tii
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-06-20
0
Cuzy Bago
Hatiku ngilu thor😭😭😭😭
2020-10-10
1