Bandara

*

Perang dingin kami berlanjut lagi saat tiba bandara, tiba-tiba dia menarik kerah bajuku dari belakang, aku menjerit terkejut.

"Aaa..." jeritku.

Dia lansung membekap mulutku dengan tangannya, tak menyia-nyiakan kesempatan, aku gigit tangan brengsek itu dengan sekuat tenagaku.

"Auw..." rintihnya sambil menarik tangannya secepat mungkin, walau tidak berdarah kupastikan gigitan itu pasti membiru di jemarinya.

"Kau ini" jelitnya sambil mengibaskan tangannya.

"Kau ingin membuat jermariku ini putus? Kau mengigit ku seperti seekor hewan buas, bisa-bisa tangan ku terinfeksi penyakit bar-bar mu itu"

"Siapa suruh juga tiba-tiba menarik kerah bajuku, untung saja tidak aku teriakin maling"

"Dan iya, aku seekor hewan buas, jadi Anda harus menjaga jarak dengan diriku" lanjutku

"Eh, aku ini majikanmu, apa kamu tidak punya sopan santun, berkatalah dengan baik"

"Kamu tidak lihat apa tanda ini, kamu mau mempermalukan dirimu, atau kamu memang sengaja mencari mangsa di dalam" tambahnya lagi.

"Oh astaga!" batinku

Aku tadi terlalu buru-buru dan tidak memperhatikan tanda khusus pria, yang aku tangkap hanya bacaan toilet yang membuatku bergegas melangkah ke arah sini.

Suhu udara yang terlalu dingin membuat kantung kemihku penuh ingin segera dikeluarkan.

Tetapi yang aku herankan kenapa dia berada disini, setauku, saat bu Sella mengambil Dio dari gendonganku, mereka lansung menuju salah satu coffe shop dalam bandara ini.

Jangan-jangan dia memang sengaja mengikuti dan sengaja membiarkan aku salah arah, dia ingin mencari-cari kesalahanku dan mempermalukan diriku.

Mulutnya itu tidak bisa disesuaikan dengan kondisi, dimana saja dia berada, selalu melontarkan kalimat pedas. "Mencari mangsa" dia kira aku ini seorang pemburu, atau otak mesumnya berpikir lebih kejam lagi dengan anggapan aku mencari pria dan menggoda pria-pria dalam ruangan toilet.

"Maaf" jawabku paksakan.

Kebutuhan mendesakku masih ingin segera dituntaskan, aku melilit kedua kakiku menahan sebisa mungkin.

"Kenapa kau masih disini" tegurnya.

Aku abaikan tegurannya.

Mataku sibuk melihat sekitar mencari-cari tanda toilet khusus wanita. Tetapi tidak juga kutemukan, apakah karena diriku terlalu panik. Dan desakan kantung kemihku yang sudah penuh terus mendorong-dorong membuatku sedikit gugup dan berkeringat menahannya.

"Toilet wanita dibelakang sana!" tunjuknya menyadari apa yang ingin aku cari.

"Terimakasih" jawabku terbirit-birit mencoba melangkahkan kaki meninggalkannya.

Aku sedikit lega, aku tidak perlu mengantri.

Keadaan toilet wanita tidak terlalu ramai jadi aku bisa lansung menuju satu bilik yang kosong untuk menuntaskan hajatku.

"Hush...! Pantas saja aku susah menemukannya, posisinya berbelakangan dengan ruang tunggu yang aku tempati tadi" dengusku sambil menuntaskan hajatku.

**

Mataku membola, saat kusadari, dia berdiri menyandar disalah satu pilar besar yang kokoh, yang berada tak jauh dari ruangan toilet.

Kedua tangan ia lipat diatas dadanya dan kakinya ia silangkan, pandangannya sibuk memperhatikan lalu-lalang para pramugari yang berlenggaaaak-lenggok berjalan di depannya.

"Dasar pria tua mesum" gumanku dengan tatapan sinis.

"Aku pura-pura tidak melihat saja" sambil berjalan mengendap-ngendap ingin melewatinya, bersembunyi diantara kerimunan orang-orang yang lalu.

"Mau kemana kau?" tanyanya.

"Hehehe..." kekehku seraya membalikkan badanku mengarah ke hadapannya.

Dia hanya diam tanpa balas kekehanku, tetapi sorot matanya yang begitu tajam diikuti salah satu sudut bibirnya tertarik keatas, menyeringai seolah meremehkanku.

Membuat aku makin kesal, tanpa kusadari bibirku bawahku sudah maju mencibir.

"Kau ingin ditinggal apa?" tanyanya seraya membentak.

"Ti-tidak tuan" jawabku menunduk tetapi sudut mata atasku masih tetap memandangi sosok majikanku.

"Sella dan Dio, sudah naik ke atas. Cepatlah!" perintahnya diikuti gerakan tubuhnya berbalik berjalan menuju eskalator.

Aku dengan cepat mengikuti.

Tubuhnya yang tinggi dengan bahu yang lebar menutupi jarak pandangku ke depan, dengan cepat kulewati dia, bahunya dan bahuku berbenturan tetapi ku abaikan saja.

"Kau ini" lirihnya tetapi tetap terdengar marah

"Apa?" jawab ku pura-pura tidak tau dengan wajah polos.

"Tidak sopan" balasnya.

"Siapa suruh Anda berada di depan saya"

"Emang kenapa" tanyanya bingung.

"Anda begitu besar, saya takut Anda roboh dan menimpa tubuh kecil saya ini."

"Haah!" wajah tak paham terpatri di garis wajahnya, tetapi tak lama kemudian dia lansung mengerti. "Kau pikir aku pohon yang tiba-tiba roboh dan menimpamu"

"Siapa tau" jawabku cuek seraya memalingkan wajah mengarah ke depan.

"Astaga, kau ini! Membuat orang emosi saja" jawabnya

"Tuan tahan emosimu, tidak baik bagi kesehatan kamu! Apalagi usia Anda sudah termasuk usia yang rentan dengan penyakit jantung, jangan sampai Anda mati mendadak" gumanku seraya menahan tawa.

"Apa yang kau tertawakan? Memangnya ada yang lucu?"

"Tidak, saya hanya..."

"Hanya apa?" sambarnya

"Hanya..., ah tidak jadi" jawabku tidak jelas.

"Cepat katakan"

"Bukan apa-apa Tuan"

"Cepat katakan atau saya tinggal kamu disini"

"I-iya baik Tuan" jawabku terbata-bata. "Tetapi Anda jangan marah!" ucapku sedikit ragu.

"Tergantung apa yang kau katakan"

"Kalau begitu, aku tidak jadi bicara"

"Kau ini!" geramnya, "Ya bicaralah, aku tidak akan marah"

"Anda sudah janji Tuan, Anda harus tepati. Seorang pria yang dipegang adalah ucapannya jangan menodai jiwa pria-mu"

ucapku seraya berpikir, "Jiwa pria-mu" kata apa itu kekehku dalam hati.

Tetapi sudut bibiku sudah tak tak tahan menahan senyumku.

Aku sengaja memojokannya terlebih dahulu, untuk berjaga-jaga takut dia ingkar janji.

"Ya, katakanlah" ucapnya melunak.

Aku sedikit ragu-ragu untuk mengatakan dan terlihat hati-hati mengucapkan.

"Anda harus mampu menahan emosi, tidak baik bagi kesehatan dirimu Tuan! Apalagi usia Anda sudah termasuk usia yang rentan, se usiamu penyakit jantung mudah menyerang tubuhmu Tuan" ucapku yang tidak sepenuhnya mengutaran semua pemikiran konyolku tadi

Matanya membola marah, tangannya terkepal membuat urat-urat jemarinya menonjol.

Tetapi dia tetap diam menahan amarah.

"Tarik napas yang dalam Tuan, Anda pasti bisa menahannya" komporku seraya menahanan tawa.

Tetapi dia tetap melakukan intruksi dariku. Wajahnya mulai terlihat santai, gurat kemarahan mulai memudar dari wajahnya.

"Apa Anda baik-baik aja tuan" tanyaku polos tak berdosa.

"Hmm" jawabnya, "Aku tidak setua yang kau kira, umurku baru tiga puluh tahun" tambahnya

Aku hanya mengangguk mengerti, tidak ingin menambah kemarahannya lagi, dia tadi cukup tersiksa menahan kemarahannya.

*

Tiba di atas eskalator, aku menunggu dia bergerak, lalu mengikuti. Tidak aku sadari kami tiba di depan toilet pria.

"Oh astaga," gumanku.

Ternyata dia mengerjaiku.

"Tuan, bisakah kau antar aku ke tempat bu Sella" pintaku seraya menahan emosi.

"Tunggu disini, jangan kemana-kemana!" Perintahnya dan mengabaikan permintaanku.

"Seharusnya Anda tadi tuntaskan dibawah, bukan diam saja berdiri memandangi pramugari" umpatku dalam hati.

"Jangan mengumpat dalam hati" jawabnya seolah bisa membaca jalan pikiranku.

"Ini salah dirimu, aku tau kau orang yang mudah panik. Aku tidak bisa memprediksi seberapa lama aku menuntaskan hajatku dalam ruangan itu. Aku takut kau mencari-cari keberadaan kami, Sella menyuruhku untuk mengikuti dirimu, memastikan dirimu tidak terpisah dari kami"

"Jadi kau jangan terlalu besar kepala. Diam dan tunggu aku disini" perintahnya.

"Terimakasih Tuan" jawab ku tulus.

Ada rasa senang dalam lubuk hatiku, meski dia bermulut pedas tetapi dia tidak seegois yang aku pikirkan , dia tetap mengkhawatirkan ku sebagai pegawainya.

Sosoknya mulai beranjak dan pergi menuju tempat pembuangan hajatnya.

"Iya, aku akan selalu menunggu mu Tuan" jawabku semanis mungkin, sedikit berteriak karena sosoknya mulai memasuki pintu toilet.

"...!???" dia tampak terlihat geli seraya mengangkat kedua bahunya seolah merinding mendengar suara manisku, mungkin?.

Sepertinya bukan terdengar manis tetapi manja. Kulihat orang-orang sekelilingku bergerak memperhatikanku, mungkin mereka berpikir aku pekerja yang sedang menggoda tuannya atau bisa jadi mengira aku lebih kejam dari itu.

"Bodoh amat" pikirku

Terpopuler

Comments

Zalfa

Zalfa

🤣🤣🤣

2020-10-31

0

Lilis wahyuningsih

Lilis wahyuningsih

pertengkaran majikan dan pegawainya

2020-10-08

0

Bayu Alvaro

Bayu Alvaro

gak adalah pembantu sebebas itu bicara dengan majikan tor.....😁

2020-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Jumpa
2 Panti Asuhan
3 Terulang Lagi!
4 Perjalanan
5 Bandara
6 Ruang Menyusui
7 Pesawat
8 Kamar Hotel
9 Liburan
10 Liburan part 2
11 Sella
12 Kekalahan Sella
13 Alat Kontrasepsi
14 Permainan Hati
15 Tidur Bersama
16 Menyentuh
17 Melamar
18 Kamar Mandi
19 Keputusan
20 Merayu
21 Persiapan Pernikahan
22 Persiapan Pernikahan 2
23 Serangan Panik
24 Pernikahan
25 Kamar Pengantin
26 Malam Pertama
27 Kejujuran
28 Menunggumu
29 Mencuri
30 Pulang
31 Berharap
32 Tertangkap
33 Bian
34 Luluh
35 Mengerikan
36 Trauma
37 Ketakutan
38 Simpanan
39 Ke kompakan
40 Lingerie
41 Cemburu
42 Allin Menggoda
43 Berdamai denga masa lalu
44 Jurusan apa?
45 Jangan sentuh dia!
46 Siapa perempuan itu?
47 Mila
48 Terungkap
49 Allin cemburu.
50 Penyakit Hati
51 Ayah Sella
52 Akhiri
53 Mendorong
54 Maafkan aku!
55 Vano kembali
56 Cerai
57 Sandiwara
58 Allin Pingsan
59 Pesan
60 Siapa Tegar?
61 Hamil
62 Menolak
63 Berbisik
64 Bencilah aku!
65 Kegilaan
66 Kau butuh keduanya
67 Aku takkan sepertimu!
68 Bolehkah aku menyentuhmu!
69 Terimakasih
70 Perempuan licik
71 KUMAN
72 ISU
73 Rencana licik
74 Dia kakakku
75 Jangan panggil
76 Konferensi Pers
77 Gambar
78 Test DNA
79 Nasihat Bi Inah
80 Mie instan
81 Bertemu
82 Istri yang rukun
83 Allin VS Sella
84 Tawaran Mila
85 Bertanggung Jawab
86 Pantat Ayam
87 Menghantui
88 Tau Diri
89 Merasa Beruntung.
90 Aku tak apa
91 Penjelasan
92 Penjelasan 2
93 Cara pikir
94 Kabar Bahagia
95 Tegar bukan anakmu!
96 Akhirnya
97 UCAPAN TERIMA KASIH
98 Extra part 1
99 Extra part 2
100 Extra part 3
101 Extra part 4
102 Extra part 5
103 Extra part 6
104 Extra Part 7
105 Extra Part 8
106 Extra Part 9
107 Extra Part 10
108 Extra Part 11
109 Extra Part 12
110 Hallo
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Awal Jumpa
2
Panti Asuhan
3
Terulang Lagi!
4
Perjalanan
5
Bandara
6
Ruang Menyusui
7
Pesawat
8
Kamar Hotel
9
Liburan
10
Liburan part 2
11
Sella
12
Kekalahan Sella
13
Alat Kontrasepsi
14
Permainan Hati
15
Tidur Bersama
16
Menyentuh
17
Melamar
18
Kamar Mandi
19
Keputusan
20
Merayu
21
Persiapan Pernikahan
22
Persiapan Pernikahan 2
23
Serangan Panik
24
Pernikahan
25
Kamar Pengantin
26
Malam Pertama
27
Kejujuran
28
Menunggumu
29
Mencuri
30
Pulang
31
Berharap
32
Tertangkap
33
Bian
34
Luluh
35
Mengerikan
36
Trauma
37
Ketakutan
38
Simpanan
39
Ke kompakan
40
Lingerie
41
Cemburu
42
Allin Menggoda
43
Berdamai denga masa lalu
44
Jurusan apa?
45
Jangan sentuh dia!
46
Siapa perempuan itu?
47
Mila
48
Terungkap
49
Allin cemburu.
50
Penyakit Hati
51
Ayah Sella
52
Akhiri
53
Mendorong
54
Maafkan aku!
55
Vano kembali
56
Cerai
57
Sandiwara
58
Allin Pingsan
59
Pesan
60
Siapa Tegar?
61
Hamil
62
Menolak
63
Berbisik
64
Bencilah aku!
65
Kegilaan
66
Kau butuh keduanya
67
Aku takkan sepertimu!
68
Bolehkah aku menyentuhmu!
69
Terimakasih
70
Perempuan licik
71
KUMAN
72
ISU
73
Rencana licik
74
Dia kakakku
75
Jangan panggil
76
Konferensi Pers
77
Gambar
78
Test DNA
79
Nasihat Bi Inah
80
Mie instan
81
Bertemu
82
Istri yang rukun
83
Allin VS Sella
84
Tawaran Mila
85
Bertanggung Jawab
86
Pantat Ayam
87
Menghantui
88
Tau Diri
89
Merasa Beruntung.
90
Aku tak apa
91
Penjelasan
92
Penjelasan 2
93
Cara pikir
94
Kabar Bahagia
95
Tegar bukan anakmu!
96
Akhirnya
97
UCAPAN TERIMA KASIH
98
Extra part 1
99
Extra part 2
100
Extra part 3
101
Extra part 4
102
Extra part 5
103
Extra part 6
104
Extra Part 7
105
Extra Part 8
106
Extra Part 9
107
Extra Part 10
108
Extra Part 11
109
Extra Part 12
110
Hallo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!